BERITA POPULER SUMBAR
SUMBAR - Aldi Taher dan Syamsu Jalal Pilih Jalur Independen| Kronologi Pelecehan Bule Jerman
Hingga 24 jam terakhir, pemberitaan populer di Kanal Sumatera Barat portal TribunPadang.com, tentang Aldi Taher bersama Mayjen TNI (Purn) Syamsu Jalal
Penulis: Emil Mahmud | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Hingga 24 jam terakhir, pemberitaan populer di Kanal Sumatera Barat portal TribunPadang.com, tentang Aldi Taher bersama Mayjen TNI (Purn) Syamsu Jalal mendeklarasikan dirinya maju melalui jalur perseorangan pada Pilgub Sumbar 2020.
Simak berikut rangkumannya
1. Aldi Taher dan Syamsu Jalal Bertekad Maju Melalui Jalur Independen, Ini Alasan Mereka
Aldi Taher bersama Mayjen TNI (Purn) Syamsu Jalal mendeklarasikan dirinya maju melalui jalur perseorangan pada Pilgub Sumbar 2020.
Syamsu Jalal merupakan seorang tokoh militer dari TNI-AD dan pengacara Indonesia kelahiran Padang, 22 Desember 1943.

Berpasangan dengan Mayjen (Purn) Syamsu Djalal, kali ini Aldi Taher maju bukan sebagai bakal calon Gubernur Sumbar, tetapi bakal calon Wakil Gubernur Sumbar.
"Kami siap maju mencalon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar 2020-2025. Insya Allah Jalal-Aldi (Jadi)," kata Aldi Taher, Jumat (31/1/2020).
Aldi Taher memilih menjadi calon orang nomor dua di Sumbar karena dirinya menghargai orang yang lebih tua darinya.
Menurut dia, Mayjen (Purn) Syamsu Djalal sudah memiliki pengalaman dan telah cukup lama malang melintang di beberapa jabatan strategis.
Di antaranya Komandan Pusat Polisi Militer ABRI dan Jaksa Agung Muda Intelijen di Kejaksaan Agung Republik Indonesia.
"Karena saya cinta Niniak Mamak. Beliau juga jenderal yang tawaduk," sebut ayah dua anak ini.
Sebagai survivor kanker, Aldi Taher bersyukur telah diberi kesembuhan oleh Yang Mahakuasa.
Berita selengkapnya klik di sini!
2. Kronologi Pelecehan Seksual Warga Jerman oleh Pencuci Karpet di Bukittinggi, Awalnya Buntuti Korban
Seorang warga Jerman yang ada di Bukittinggi menjadi korban pelecehan seksual oleh seorang pemuda yang bekerja menjadi pencuci karpet.
Aksi pelecehan itu terjadi Kamis (30/1/2020) pagi sekitar pukul 09.00 WIB.
Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Stefanus Satake Bayu Setianto menuturkan pelecehan seksual itu terjadi di Tangah Jua Bukittinggi, Sumbar.

Pelaku melakukan perbuatan tidak senonoh pada warga negara asing inisial LS yang masih berusia 19 tahun.
Kini, pencuci karpet yang berinisial RSA (25) tahun sudah dalam penanganan polisi.
"Saat ini pelaku sedang menjalani pemeriksaan di Mapolres Bukittinggi," ujarnya.
Kronologi terjadinya dugaan pelecehan seksual terhadap warga negara asing (WNA) asal Jerman di Bukittinggi, Kamis (30/1/2020).
Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Stefanus Satake Bayu Setianto membenarkan kejadian tersebut, dan mengatakan bahwa pelaku berinisial RSA (25) berada di Polres Bukittingi.
"Saat ini pelaku RSA sedang mejalani proses pemeriksaan oleh satuan Reskrim Polres Bukittinggi," katanya.
Pemeriksaan terhadap RSA dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi motif pelaku hingga melakukan perbuatan tak terpuji itu.(*)
Berita selengkapnya klik di sini!
3. Maimunah Terkejut Anaknya yang Masih Balita Idap Kanker Darah Leukimia, Kemoterapi Selama Tiga Tahun
aimunah terkejut dan tidak percaya anak balitanya, Irfan Rizki harus mengidap kanker darah Leukimia.
Maimunah seorang petani, di Desa Simaung Mudiak, Nagari Nan Tujuh Kecamatan Palupuh Kabupatem Agam, Sumatera Barat.
Maimunah mengungkapkan, dirinya pertama kali mendengar kata leukimia, ketika dijelaskan dokter yang memeriksa Irfan beberapa tahun yang lalu.
"Dokter bilang sakit Irfan namanya Leukimia, waktu itu terkejut ketika dijelaskan kanker darah," kata Maimunah pada Kamis (30/1/2020) di Padang.
Di keluarga Maimunah maupun keluarga suaminya tidak pernah ada yang idap penyakit kanker.
"Jangankan keturunan, di sebelas desa di Nagari nan tujuah, di Keluruahan Palupuah itu, Irfan pertama dan satunya yang idap itu," tambahnya.
Maimunah mengatakan, menurut dokter Irfan idap leukimia berasal dari makanan pengawet atau makanan instan.
"Rumah kami jauh dari kedai, jauh dari pasar, makanan itu kami serumah yang makannya, tapi kenapa tidak semuanya yang kena, kenapa cuma Irfan. Itu karena takdir" kata Maimunah.
Maimunah mengatakan, menurut dokter Irfan harus melakukan kemoterapi selama tiga tahun.