Hari HIV Sedunia 2019 di Padang

Penularan HIV Hanya Bisa Melalui Perilaku Berisiko, Ini Pesan Dinkes Sumbar

Penularan HIV sebetulnya tidak melalui air liur, keringat, sentuhan, hingga ciuman.

Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Emil Mahmud
TribunPadang.com /Rizka Desri Yusfita
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar Linarni Jamil di Padang, Senin (2/12/2019). 

Penularan HIV Hanya Bisa Melalui Perilaku Berisiko, Ini Pesan Dinkes Sumbar

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Penularan HIV sebetulnya tidak melalui air liur, keringat, sentuhan, hingga ciuman.

Namun, penularan HIV berasal dari kontak cairan tubuh seperti darah dan sperma melalui perilaku seksual dan penggunaan jarum suntik.

Demikian diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar Linarni Jamil di Padang, Senin (2/12/2019).

"Dulu, HIV ini rentan terhadap perilaku berisiko seperti perempuan pekerja seksual, pemakai jarum suntik dan seks bebas, tapi sekarang beralih ke perilaku yang menyimpang dan persentasenya banyak dilakukan lelaki suka lelaki (LSL)," terang Linarni Jamil.

Linarni Jamil menjelaskan, pada peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2019, Indonesia menyerap tema global dengan tema nasional “Bersama Masyarakat Meraih Sukses”.

Sesuai tema tersebut Dinas Kesehatan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk meraih sukses dalam mencapai three zero pada tahun 2030.

Three zero pertama yaitu Zero HIV ainfection (tidak ada lagi infeksi karena HIV dan AIDS), artinya menolkan untuk adanya kasus baru.

Kemudian, Zero AIDS Related Death (tidak ada lagi kematian karena AIDS).

"Kita tidak menginginkan adanya kematian akibat AIDS. Oleh karena itu, kita ajak masyarakat melakukan preventif," kata Linarni Jamil.

"Ayo, ikut tes HIV terutama untuk orang yang berisiko atau yang disebut populasi kunci (LGBT, warga binaan, pemakai jarum suntik, dan lainnya," sambungnya.

Dikatakan Linarni Jamil, untuk kelompok berisiko, seharusnya mereka sesegera mungkin melakukan tes atau pemeriksaan HIV.

Linarni Jamil bercerita, Mr X di Padang mulai bekerja sebagai Lelaki Pekerja Seksual sejak Tahun 2009.

Lalu pada 2014 lalu dia drop dan setelah melakukan tes, dia dinyatakan positif.

Setelah positif dia mengaku sudah mendengar adanya ajakan dari Dinkes untuk melakukan tes HIV, tetapi dia mengindahkan.

"Alasannya bisa jadi, karena uang dan trend," ungkap Linarni Jamil.

Saat ini, Dinkes Sumbar lebih memberikan penekanan kepada orang tua untuk mendidik anak di rumah.

Menurut Linarni Jamil, lama kelamaan pengidap HIV bergeser.

"Dulu, umumnya yang datang ke pelayanan kesehatan rata-rata berusia 20-40 tahun. Tapi sekarang lama-lama bergeser. Ada anak SD yang disodomi ramai-ramai di Padang. Berawal dari menonton youtube berisikan konten pornografi," kata Linarni Jamil.

Linarni Jamil tak ingin, orang tua bangga melihat anaknya berdiam diri di rumah saja dan berkurung di dalam kamar, tapi mestinya anak-anak sudah mulai diberikan pengetahuan tentang HIV/AIDS.

Intinya, jangan pernah ada yang menyentuh alat-alat vital di tubuh mereka, baik perempuan maupun laki laki.

"Sekarang anak usia PAUD Sudah diberi handphone.
Kadangkala, di akun media sosial, misalnya facebook tiba-tiba muncul konten pornografi. Pertama, mereka jijik. Tapi karena rasa ingin tahu, mereka membuka itu. Dan itu bisa menyebabkan kecanduan," jelasnya.

Makanya, pencegahan harus dimulai dari rumah terlebih dahulu.

Keluarga dan diri sendiri yang diselamatkan terlebih dahulu.

Baru kemudian, pencegahan dari Dinas Kesehatan yakni sesegera mungkin melakukan tes HIV.

Kemudian juga, selain populasi kunci, pemeriksaan juga dilakukan kepada populasi umum misalnya ibu hamil.

Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan dari ibu ke bayi.

Bagaimana agar tidak kematian yang terjadi? Maka minum obat seumur hidup.

Obatnya ialah obat antiretroviral yang digratiskan oleh pemerintah.

Zero three terakhir ialah Discrimination AIDS (tidak ada lagi diskriminasi terhadap ODHA atau orang dengan HIV dan AIDS.

Kenapa masyarakat jijik melihat pengidap HIV? Padahal, menurut Linarni Jamil, penularannya tidak sama dengan TBC yang menular melalui bersin.

"Stigma seperti itu masih ada dan berkembang di masyarakat," ungkap Linarni Jamil.

Mereka berpikir, kata dia, HIV bisa menular dengan bersalaman. Lalu melalui sendok yang bersamaan, memakai handphone/HP bersamaan, atau berpelukan.

"Bukan itu. Penularannya melalui darah, luka yang terbuka, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Prinsipnya masuk ke dalam tibuh kita. Kalau di luar saja tidak. Stigma itu harus dihilangkan. Maka, jangan jauhi orang atau anak dengan HIV/AIDS," tutur Linarni Jamil. (*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved