KISAH INSPIRATIF
Kisah Kakek Awaluddin, Penjual Kacang Balado di Padang, Menyasar Pasar Kampus karena 'Dendam'
Kisah Kakek Awaluddin, Penjual Kacang Balado di Padang, 'Dendam' dengan Kampus Jadi Motivasi Bisnis
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Saridal Maijar
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Setiap hari Awaluddin Danur menyusuri jalan-jalan di pusat kota untuk menjajakan kacang balado.
Dari rumahnya di Perumnas Belimbing, Kota Padang, Sumatera Barat, ia mengendarai sepeda motor matic miliknya hingga ke lokasi utama sasaran penjualannya.
Sejak tahun 2000, ia menjual kacang balado dengan pola seperti itu.
"Sasaran utama penjualan, ya kampus," kata ayah tiga orang anak ini.
• KISAH INSPIRATIF-Supardi Pernah Jualan Pakaian hingga Mainan Anak-anak, Kini Jadi Ketua DPRD Sumbar
Ia sangat pandai dalam hal pemasaran.
Bahkan, tak hanya kampus di Kota Padang, ia juga menjajakan dagangannya hingga ke Pekanbaru.
"Menjual kacang balado di Pekanbaru selama satu bulan, di Padang satu bulan," terangnya kepada TribunPadang.com, Minggu (6/10/2019).
Mulanya, ia masuk ke kampus Universitas Bung Hatta di awal tahun 2000.
Lalu, merambah ke Kampus Unand pada akhir tahun 2000.
• KISAH Perantau Minang Ini Selama 15 Tahun Mengadu Nasib di Wamena, Budirman Ingin Kembali Asalkan
Tahun 2001, ia mulai mengembangkan usahanya ke UNP dan berlanjut ke seluruh universitas yang ada di Kota Padang.
"Tahun 2009 usaha kacang balado dikembangkan ke Pekanbaru.
Utamanya bergerak ke UNRI, UIR, lalu berlanjut ke Stikes dan STMIK Hangtuah, terakhir UIN Suska Riau," jelas pria berusia 70 tahun ini.
Ada dua versi kenapa Awaluddin Danur menjual kacang balado dengan sasaran dan target utama universitas.
Pertama, ia memilih universitas karena punya rasa 'sakit hati' dan 'dendam' kepada universitas.
• Kisah Warung Mi Narako Ganti Nama Jadi Minarko, Saran Orangtua Sebelum Imbauan Pemko Padang
"Tak sedikit uang saya habis oleh universitas. Anak saya kuliah di sana," terangnya sambil tertawa terbahak.
Sakit hati atau dendam yang dimaksud Awaluddin Danur yakni dendam positif.
"Saya ambil uang yang telah keluar untuk biaya kuliah anak saya, dengan berjualan kacang tiap hari," sebutnya.
Awaluddin Danur menyebut anak sulungnya kuliah di Universitas Bung Hatta, anak kedua dan bungsunya kuliah di Unand.
"Anak saya tiga. Alhamdulillah, telah selesai kuliah semuanya," ungkapnya.
Namun ia tak bisa mengukur apakah anaknya sudah sukses atau belum. Baginya sukses itu relatif.
• Kisah Para Penyintas Gempa Dahsyat 10 Tahun Lalu di Sumbar, Ada yang Terjepit Selama 18 Jam
Ia memiliki prinsip bagaimana anaknya tidak bekerja dengan orang lain, tetapi anaknyalah yang menciptakan pekerjaan untuk orang lain.
"Dari tiga anak, hanya satu yang bekerja yakni sebagai seorang polisi. Dulu kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unand.
Ia masuk polisi. Tidak mau dilarang. Akhirnya ia pindah ke Universitas Eka Sakti melanjutkan kuliahnya setelah menjadi polisi," jelasnya.
Dua anaknya yang lain, pertama alumni Universitas Bung Hatta angkatan 2000 telah mengelola usaha kacang Balado di Pekanbaru dan sekitarnya.
Nomor dua, alumni Unand angkatan 2003 Fakultas Hukum.
• KISAH INSPIRATIF - Saltia Aufari Terobsesi Bisa Jadi Relawan yang Diutus ke Palestina
Dia juga mengelola kacang Balado untuk Kota Padang dan sekitarnya.
"Yang membuat kacang balado karyawan. Sekarang ada sekitar sembilan karyawan di dua kota itu," pungkasnya.
Kini, Awaluddin Danur tengah merintis pasar kelas menengah ke atas.
Menurutnya, kampus serta dinas kota dan dinas provinsi termasuk kelas menengah ke atas.
Sementara, kedua anaknya fokus ke pasar kelas menengah ke bawah dengan menitipkannya di warung-warung, mulai kaki lima hingga ke swalayan.
"Nitip selama seminggu baru diambil kembali," ujarnya.
• KISAH INSPIRATIF - Sosok Sugesti Edward, Pengusaha Batu Bara Perempuan dari Sumatera Barat
Motivasi kedua yang membuat suami dari Yusnidar Yusuf ini berjualan di kampus ialah karena kampus merupakan lahan atau tempat peredaran uang kedua terbanyak di dunia.
"Kampus lahan yang sangat bagus untuk dunia usaha. Mahasiswa itu banyak. Rata-rata mereka berbelanja Rp 30 ribu per harinya," kata pria kelahiran 3 Juli 1949 ini.
Dalam sehari, Awaluddin Danur mampu menjual kacang balado sebanyak 200 set/pack dengan harga Rp 10 ribu per set/pack.
Ia berharap ke depan anak-anaknya bisa melanjutkan usaha kacang balado lebih baik daripada yang ia kelola selama ini.
"Makin lama pangsa pasar makin kompetitif. Tentu perlu skill manusia yang lebih bagus," ujarnya.
Kacang balado Awaluddin Danur diberi nama Kacang Balado Pauh Sembilan.
Nama tersebut memiliki arti dan makna yang luar biasa baginya.
• Siswa SMA di Dharmasyara Sulap Daun Pepaya Jadi Keripik yang Gurih, Ini Resep dan Cara Memasaknya
"Itu kan kebanggaan orang Kota Padang. Pauh Sembilan itu terdiri atas dua kecamatan. Kuranji dan Pauh.
Kalau Pauh Sembilan berarti orang Padang merasa memiliki. Kalau sudah merasa memiliki, daya beli tentu meningkat," ujarnya.
Kacang Balado Pauh Sembilan diracik istri Awaluddin Danur, Yusnidar Yusuf.
"Ibu yang meracik bumbu. Memang ibu orang pertama yang membuat kacang balado di Sumatera Barat tahun 1984," kata dia.
"Saat itu, belum ada keripik balado di Sumbar yang model sekarang. Keripik Balado yang tradisional saja," sambungnya.
Di balik gigihnya Awaluddin Danur menjual kacang balado, ada keinginan yang tersimpan di dalam lubuk hatinya untuk anak muda.
• BREAKING NEWS: 433 Perantau Minang di Wamena Papua Tiba di Sumbar, 185 Lagi dalam Perjalanan
Ia ingin anak muda mengubah pola pendidikan Indonesia.
Baginya, pola pendidikan di Indonesia masih rancu.
Dalam artian, 74 tahun Merdeka, pendidikan Indonesia masih jalan di tempat.
"Ketergantungan terhadap orang lain masih sangat kental. Orang Indonesia mendidik anaknya untuk menjadi pekerja," kata pria asli Batusangkar ini.
Yang diinginkan orang Indonesia saat ini, sebut Awaluddin, keluarnya gaji ke-14.
Setelah mendapatkan itu mereka senang dan bahagia.
Oleh karena itu, ia ingin generasi muda mengubah fenomena tersebut.
Jepang, Korea, Taiwan, dan Cina, mereka mendidik anaknya untuk jadi juragan.
• DOWNLOAD Lagu MP3 Nazia Marwiana Terdiam Sepi Andaikan Waktu Bisa Kuputar Kembali, Ada DJ Tik Tok
"Yang diincar gaji ke-41. Tak terhingga," katanya berseloroh.
Dikatakannya, kalau hal tersebut tidak diubah, dua Pemilu lagi Indonesia akan habis.
Kualitas masyarakat Indonesia makin turun.
"Orang tuanya hanya tamat SD, dia bisa jadi sarjana. Tapi setelah ia menjadi sarjana, mampukah ia menciptakan sarjana untuk seluruh anaknya nanti," tanya laki-laki yang hanya tamat SMA ini.
Awaluddin menceritakan ia memiliki basic sebagai pekerja sosial sejak tahun 1984 dan berbarengan dengan lahirnya kacang Balado.
• Kru Kapal MV Dharma Lautan Ruby Ditemukan Meninggal Dunia di Area Pelabuhan Teluk Bayur
"Tahun 1990 dapat predikat pekerja sosial masyarakat teladan Sumatera Barat dan dapat undangan ke Istana ke Jakarta dalam rangka mengikuti upacara kemerdekaan Indonesia ke-45," ujarnya.
Memiliki background aktivis, makanya Awaluddin tidak sulit masuk kampus.
Karena bahasa generasi muda, telah lama ia ketahui.
"Saya berkecimpung dengan generasi muda selama 30 tahun lamanya. Bahkan, saya pernah menjadi anggota dewan satu periode terakhir orde baru," tuturnya.(*)