Berita Sumbar Hari Ini

KISAH INSPIRATIF - Saltia Aufari Terobsesi Bisa Jadi Relawan yang Diutus ke Palestina

Berbicara mengenai profesi saat zaman milenial ini banyak pekerjaan yang tak biasa juga bisa dilakukan oleh perempuan.

Penulis: Merinda Faradianti | Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA/DOK.SALTIA AUFARI
Anggota ACT, Saltia Aufari 

Saltia Aufari, Anggota Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumatera Barat (Sumbar) Sering Nangis Saat Turun Ke Lapangan

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Merinda Faradianti

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Berbicara mengenai profesi saat zaman milenial ini banyak pekerjaan yang tak biasa juga bisa dilakukan oleh perempuan.

Seorang anggota dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumbar memaparkan pihaknya kerap membantu korban bencana dan korban kemanusiaan.

Tidak sedikit perempuan yang ikut serta kegiatan kemanusiaan, termasuk, Saltia Aufari yang pernah ikut turun ke lapangan saat terjadinya bencana.

Perempuan asal Kota Payakumbuh kelahiran 1988 tersebut menuturkan alasan dirinya mau bergabung di lembaga kemanusian tersebut.

"Saat dulu ACT baru buka di Sumbar memang ingin bekerja di kancah kemanusiaan," kata Saltia Aufari, yang sudah jadi Anggota ACT Sumbar semenjak 2017 saat ditemui di kantor ACT, Jumat (27/9/2019) siang.

Menurut Alumni Unand Jurusan Ilmu Pangan dirinya saat remaja memang ingin menjadi salah satu perempuan yang berprofesi di bidang kemanusiaan.

"Jadi pengin terjun ke lokasi-lokasi bencana ingin membantu korban bencana. Walaupun dari jurusan kuliah ga nyambung. Tergerak saja hatinya, dan memang mau fokus di sini," jelas Saltia Aufari.

Terlahir dari 7 bersaudara, Tia panggilan akrabnya semasa kuliah memang sudah aktif di kegiatan kampus termasuk menjadi anggota BEM Unand.

"Untuk saat ini tidak pengen nyari kerja yang lain dari dulu memang pengen fokus di kancah kemanusiaan saja.

Harapan saya masuk di ACT ini awalnya berharap lebih bisa membantu banyak orang. Saat waktu kuliah memang sudah aktif di BEM, dari SMA memang suka kegiatan baksos," ucap Saltia Aufari, yang masih memendam cita-cita untuk menjadi relawan ke Palestina.

Anak ke-lima dari 7 bersaudara tersebut mengungkapkan pada saat awal ia bergabung dengan lembaga kemanusiaan keluarga sempat menentang. Namun karena keinginan hatinya yang kuat akhirnya keluarga Tia bisa menerima.

"Dari keluarga support karena saya juga sudah menjelaskan bagaimana cara kerja di lembaga kemanusiaan.

Selama di ACT banyak pengalaman yang di dapatkan, temen-temen semakin bertambah, dari kita pun juga bisa mengajak masyarakat dan teman-teman lainnya bergabung untuk melakukan aksi kemanusiaan," ungkap Saltia Aufari.

Menurutnya, hal yang membuat dirinya nyaman bekerja di lembaga kemanusiaan karena banyaknya kegiatan sosial yang ia dan teman-teman lainnya lakukan setiap hari.

"Yang membuat nyaman di sini tak hanya kegiatan sosialnya tapi juga rasa kekeluargaan yang ditimbulkan di sini.

Pernah dulu turun ke lokasi bencana saat banjir di Padang, kita waktu itu membagi-bagikan makanan.

Memang dampak yang dihasilkan dari bencana tersebut besar yang kasihan itu anak-anak. Pada saat itu nangis," kenang Saltia Aufari.

Saltia Aufari mengatakan bahwa dirinya termasuk perempuan yang mudah menangis melihat keadaan korban bencana ataupun korban kemanusiaan. Tak hanya itu, Tia juga tidak tahan melihat darah.

"Pada waktu bencana banjir itu sempat dilarang Kacab (Kepla Cabang) tapi dengan berbagai alasan akhirnya di turunkan ke lapangan. Pada saat itu nangis tapi disamping itu melihat anak-anak yang masih ceria dan tertawa akhirnya luluh juga.

KISAH INSPIRATIF - Sosok Sugesti Edward, Pengusaha Batu Bara Perempuan dari Sumatera Barat

KISAH INSPIRATIF - Alisa Septiani Masih 22 Tahun Sukses Meraih Kursi di DPRD Dharmasraya

Pernah juga ke Mentawai sampai meneteskan air mata. Kan, kita ke daerah Sikakap dan ada satu kawasan nama Tubeket dan di sana muslim semua. Untuk kesana kita lewatin laut terus ke rawa-rawa baru sampe ke kampung.

Saat berada di sana saya merasakan kembali ke masa-masa kita kecil-kecul lihat pakaian mereka. Yang membuat kita bangga di sana 100 persen Muslim gak ada yang Non Muslim. Jadi nyampe di sana melihat anak-anak saya merasa terharu dan berkata kurang syukur apa aku ya Allah," ucap Saltia Aufari sambil mata berkaca-kaca.

KISAH INSPIRATIF - Bripda Dina Agustiana Jadi Juara Favorit Lomba MC Berbahasa Inggris

KISAH INSPIRATIF - Ermanto Sempat Dicari Rektor Setelah Lulus Jadi Sarjana, Inilah Penyebabnya

Walaupun sudah diizinkan dirinya bekerja di lembaga kemanusiaan, dirinya pernah dilarang keras oleh kedua orang tuanya untuk melakukan aksi kemanusiaan di Mentawai.

"Sering nangis waktu turun ke lapangan. Keluarga saat ke Mentawai itu melarang namun waktu dirayu-rayu dan bilang ini, karena Lillahitaala.

Akhirnya Apak sama Amak (Ayah dan ibu) membolehkan karena diberi alasan ingin melihat keadaan di sana dan ingin membantu," tutup Saltia Aufari.(*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved