Berita Sumbar Hari Ini

Sapi Mati Mendadak di Limapuluh Kota karena Kabut Asap? Begini Penjelasan Dinas Peternakan Sumbar

Sejumlah sapi mati mendadak di Jorong Lareh Nan Panjang, Kenagarian Labuah Gunung, Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar

Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Saridal Maijar
TRIBUN TIMUR/MUTMAINNAH
Ilustrasi sapi mati 

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita

TRIBUNPADANG.COM, PADANG – Sejumlah sapi mati mendadak di Jorong Lareh Nan Panjang, Kenagarian Labuah Gunung, Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat ( Sumbar).

Warga menduga, sapi tersebut mati mendadak akibat terpapar kabut asap yang menyelimuti Limapuluh Kota sebulan terakhir.

Lantas, benarkah sapi tersebut mati karena kabut asap?

Kabut Asap Makin Pekat, Sejumlah Sapi Milik Warga di Limapuluh Kota Mati Mendadak

Kabut asap dapat berdampak langsung pada kesehatan, khususnya Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).

Namun, tak hanya berdampak pada kesehatan manusia, kabut asap juga berdampak buruk bagi kesehatan hewan.

Demikian diungkapkan Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumbar, M Kamil.

"Kalau memang kabut asap sudah pekat dan kualitas udara masuk level berbahaya, itu berdampak pada kesehatan hewan.

Kabut Asap Makin Pekat, Ini Langkah Penanganan dari Pemprov Sumatera Barat

Hewan bisa terserang ISPA sama seperti manusia," kata M Kamil saat dihubungi TribunPadang.com, Senin (23/9/2019).

Dikatakan M Kamil, hewan tidak menunjukan ciri-ciri khusus ketika terserang ISPA.

"Hewan tidak batuk secara konstan seperti manusia, tetapi pernapasannya mulai sesak atau istilah kedokteran hewannya dyspnea.

Hal tersebut bisa dilihat dari pergerakan pernapasan di bagian perut," jelas M Kamil.

Selain itu, juga berdampak secara umum pada nafsu makan.

POPULER SUPERSKOR - PSM Makassar Tak Bisa Tampil Penuh| Kabut Asap Jelang Laga Semen Padang FC

Apabila infeksi berlanjut hingga kronis, nantinya akan berdampak pada paru-paru.

"Itu bisa dilihat nanti setelah uji laboratorium," pungkas M Kamil.

M Kamil menambahkan, jika kabut asap mencapai level berbahaya juga akan memberikan dampak kepada kondisi fisik hewan, seperti mata hewan memerah dan perih.

"Sebetulnya, hewan peka terhadap rasa sakit dan perih. Hanya saja hewan bisa menahannya. Kami dari Dinas Peternakan tidak melihat sampai ke aspek itu," ungkap M Kamil.

Peternak, kata M Kamil, jika ia memperhatikan kondisi ternaknya, dia bisa melihat apa yang sesungguhnya terjadi.

Kabut Asap Tebal, Curah Hujan Rendah di Padang, Perlukah Modifikasi Cuaca? Ini Penjelasan BMKG

Namun, itupun terdeteksi apabila memang kabut asap berada di level berbahaya.

Menurut M Kamil, kualitas udara di Sumbar saat ini bukan hanya persoalan kabut asap tetapi juga ancaman kekeringan.

"Kekeringan ini berdampak pada ketersediaan pakan. Kami mengimbau peternak, persoalan pakan perlu menjadi perhatian," ucap M Kamil.

Banyak hal yang menyebabkan kekurangan pakan.

Untuk itu, harus ada cara lain seperti memanfaatkan jerami sebagai sumber pakan dengan melakukan fermentasi dan lain sebagainya.

Kabut Asap Makin Pekat, Dosen, Pegawai dan Mahasiswa Universitas Negeri Padang Gelar Salat Istisqa

Kalau memang bergantung pada rumput yang hijau, kata dia, akan sangat sulit menemukan rumput itu dalam kondisi kabut asap yang kian pekat dan musim kemarau yang panjang.

"Mineral dan konsentrat perlu diberikan kepada hewan," sambung M Kamil.

Hingga kini, dia mengklaim belum menerima laporan adanya kematian ternak akibat kabut asap.

Tetapi ia memastikan, kabut asap memang berdampak terhadap kesehatan hewan.

Jikapun ada ia menerima laporan, hewan yang mati mendadak tersebut bukan karena kabut asap.

"Kalau untuk sapi yang mati mendadak di Jorong Lareh Nan Panjang, Kabupaten Limapuluh Kota saya belum menerima laporan," ungkap M Kamil.

Kabut Asap Makin Pekat, Dosen, Pegawai dan Mahasiswa Universitas Negeri Padang Gelar Salat Istisqa

M Kamil menjelaskan, jika hewan khususnya sapi yang mati itu sapi lokal, kemungkinan sapi tersebut mengidap penyakit lain.

"Bisa jadi penyakit menular, akibat persoalan pakan, atau karena kelalaian manajemen peternakan dan sebagainya," jelas M Kamil.

Ia menuturkan, sebulan yang lalu, dia pernah menerima laporan, ada hewan yang mati di Limapuluh Kota dan tim kesehatan hewan sudah melakukan investigasi ke lapangan.

Beberapa waktu lalu juga ada hewan yang mati akibat virus Jembrana.

Namun itu khusus sapi Bali di daerah Pesisir Selatan dan Limapuluh Kota dan vaksin sudah didroping ke sana.

"Biasanya, kalau memang ada wabah, mereka akan lapor ke kami karena nanti akan diinput dalam sistem informasi kesehatan hewan nasional," ujar M Kamil.

Darije Kalezic Optimistis Apabila 2 Kipernya tidak Cedera, PSM Bisa Ungguli Semen Padang FC

Tak hanya M Kamil, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Kota Padang Sovia Hariani juga mengungkap, kabut asap berpengaruh terhadap hewan.

"Bagaimanapun, hewan juga bernapas menghirup oksigen. Kalau hewan makan dan menghirup karbon dioksida ataupun karbon oksida, otomatis nanti akan menjadi racun di dalam peredaran darahnya," jelas Sovia Hariani.

Jika menjadi racun, hal tersebut akan menyebabkan sistem pernapasan dan reproduksi hewan terganggu.

Tidak jauh berbeda dengan dampak kabut asap terhadap manusia, hewan juga akan mengalami ISPA.

Oleh karena itu, kata Sovia, peternak harus meningkatkan komposisi (kandungan) pakan di dalam pemberian pakan pada hewan ternaknya.

"Pakannya harus lebih sehat dan komplet. Misalnya, jika biasanya hanya memberikan rumput hijau di lapangan, kalau bisa dia menambah mineral dan zat zat kandungan lainnya," imbau Sovia.

Kiper PSM Makassar Luka Robek di Wajah saat Laga Kontra Semen Padang FC, Pelatih Sesalkan Ini

Sejumlah Sapi Mati Mendadak

Diberitakan sebelumnya, sejumlah sapi milik warga di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat ( Sumbar), mati mendadak.

Peristiwa ini terjadi tepatnya di Jorong Lareh Nan Panjang, Kenagarian Labuah Gunung, Kecamatan Lareh Sago Halaban.

Warga menduga, sapi tersebut mati gara-gara terpapar kabut asap yang menyelimuti Limapuluh Kota sebulan terakhir.

Satu ekor di antara sejumlah sapi yang mati tersebut adalah milik Andre Zaky, warga Jorong Lareh Nan Panjang.

“Sapi milik saya itu mati kemarin, sekarang sudah dikubur,” kata Andre Zaky kepada TribunPadang.com melalui sambungan seluler, Senin (23/9/2019).

RAMALAN ZODIAK Besok Selasa 24 September 2019: Cancer Rindukan Seseorang, Libra Kedatangan Tamu

Tak hanya sapi miliknya, namun warga lainnya di Jorong Lareh Nan Panjang juga banyak yang mati.

“Kalau tidak salah, ada tiga ekor sapi milik tetangga yang mati mendadak saja,” sebut Andre.

Sapi yang mati ini terkesan mendadak. Menurut dia, pagi terlihat sakit, pada sorenya sudah mati.

Kemudian, ada 6 sapi milik warga Jorong Lareh Nan Panjang yang terpaksa disembelih karena sudah sakit.

Kejadiannya dalam seminggu terakhir ini.

“Rata-rata sapi sakit yang terpaksa disembelih ini, rata-rata dalam keadaan hamil. Mungkin beberapa hari lagi melahirkan,” ujarnya.

Curah Hujan Rendah, PDAM Kota Padang Distribusikan Lebih 100.000 Liter Air Setiap Hari

Warga lainnya yang melihat sapinya mati, sambung Andre, bergegas menjualnya.

“Sekarang ramai yang jual sapi, takutnya nanti mati mendadak, kan rugi,” kata dia.

Tak hanya di Jorong Lareh Nan Panjang, dari informasi yang ia terima, fenomena yang sama juga terjadi di jorong tetangga.

Andre Zaky menjelaskan, sebelum mati, sapi tersebut terlihat murung, mata sayu, ingus meleleh, dan tak berselera makan.

Kuat dugaan Andre, sapi-sapi yang sakit dan berujung mati mendadak ini, karena terpapar kabut asap.

Zulham Zamrun Beberkan Alasan dari Gelandang Beralih Jadi Kiper Pengganti PSM Makassar

Di mana, kata dia, asap begitu pekat menyelimuti Limapuluh Kota beberapa sebulan terakhir.

“Kandang sapi kan di tempat terbuka saja, makanya sapi mudah terpapar asap,” ujarnya.

Ia berharap, permasalahan ini juga ada solusi dari pemerintah setempat.

“Hal ini juga sudah meresahkan masyarakat yang terus dihantui rasa kekawatiran,” tegasnya.

Tak hanya sapi ternak warga, kabut asap juga sudah berdampak kepada warga setempat.

Andre juga merasa asap telah membuat matanya perih dan tenggorokan sakit.

"Asapnya semakin parah,” ujar dia.

Apalagi, warga di Jorong Lareh Nan Panjang bekerja di luar rumah sebagai petani.

“Rata-rata di sini warga ke sawah. Bahaya juga kan kalau terus-terusan bekerja menghirup asap,” ujarnya.(*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved