Spice Route Connexion Indonesia 2019
Nelayan di Pariaman Segera Terapkan Aplikasi Fish On, Program Kemenkomaritim RI
Rangkaian program Kemenkomaritim Republik Indonesia (RI), yakni Spice Route Connexion Indonesia 2019 di Kota Padang
Penulis: Rezi Azwar | Editor: Emil Mahmud
Kemenkomaritim Akan Adakan Sosialiasi Aplikasi Fish On di Pariaman Bersama Nelayan
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Rangkaian program Kemenkomaritim Republik Indonesia (RI), yakni Spice Route Connexion Indonesia 2019 di Kota Padang dan Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar, mulai Sabtu dan Minggu (7-8/9/2019).
• Indonesia Mengalami Kerugian Puluhan Triliun Rupiah Lantaran Bencana Alam Setiap Tahun
Pada Minggu ini giliran di Kota Pariaman, yang menjadi tuan rumah, Sosialiasasi aplikasi fish on, secara langsung bersama nelayan di Pariaman dari Kemenkomaritim RI.
Seminar Pembangunan Potensi Maritim dan Mitigasi Bencana yang digagas kementerian terkait dan pemerintah daerah, Kota Padang dan Pariaman, Provinsi Sumbar serta didukung juga Kompas-Gramedia selama dua hari di Sumbar.
• Tahun 2021 Rempah Warisan Budaya Indonesia Diusung Jadi Warisan Dunia
• Spice Route Connexion Indonesia 2019 di Padang & Pariaman, Perkenalkan Rempah-rempah Asal Indonesia
Sebelumnya, Sabtu (7/9/2019) kemarin telah diadakan Seminar Pembangunan Potensi Maritim dan Mitigasi Bencana di Hotel Mercure di Padang, Sumbar.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Wali kota Padang Mahyeldi Ansharullah, Staff Ahli Menteri Bidang Sosio-Antropologi Dr Ir Tukul Rameyo Adi, Peneliti Bidang Botani Dr Ary Prihardhyantoro, dan Direktur Perbaikan Darurat BNPB Medi Herlianto, dan Mayje TNI (Mar) Bambang Suswantono.
Tenaga Ahli Menko Maritim Bidang SDM, Agus Purwoto mengatakan bahwa negara Indonesia adalah negara tropis penghasil rempah.
"Kita adalah negara tropis pengahasil rempah, sampai penjajah datang ke Nusantara karena rempah," ujar Agus Purwoto, Sabtu (7/9/2019).
Agus Purwoto menjelaskan bahwa di Nusantara rempah sudah dibawa dengan kapal tradisional yang menggunakan candik hingga ke Benua lain.
Dikatakannya, bahwa rempah yang dibawa tersebut dibawa ke Benua jauh sebelum masa penjajah datang.
Agus Purwoto juga mengatakan bahwa setiap daerah memiliki jenis potensi berbeda dari hasil alamnya.
"Kami memilih Padang, karena kita lihat semua daerah di Indoensia adalah daerah tropis yang tidak pernah lepas dari resiko bencana Alam," kata Agus Purwoto.
Disebutkannya bahwa ada potensi-potensi yang bisa digali untuk kesejahteraan dan mitigasi bencana.
"Padang dikenal sebagi Kota yang bersih, dan berisiko terhadap bencana," kata Agus Purwoto.
Dikatakannya tahapan Spice Rute untuk dijadikan warisan dunia, yang berada di Indonesia bakal dikenalkan ke dunia Internasional.
Selanjutnya, bakal ada di dalamnya yaitu dari UNESCO yang akan melakukan asesmen.
Agus Purwoto menambahkan dalam membangun potensi maritim, saat ini ada pelaut, dan itu merupakan medianya.
Agus Purwoto ingin mengangkat potensi tersebut untuk bisa mengangkat kesejahteraan serta keterlibatan nelayan ada program fish on yang diterapkan.
"Program fish on artinya, sama modelnya seperti android kebanyakan. Tapi ada program yang bisa mengetahui dimana lokasi ikan, kemudian keadaan cuaca, bagaimana dalam keadaan darurat untuk menghubungi siapa," kata Agus Purwoto.
Ditambahkannya, dalam program fish on tersebut juga bagaimana nelayan bisa memasarkan agar tidak selalu ke tengkulak.
"Inilah yang diupayakan untuk memitigasi resiko, dari nelayan itu sendiri agar hasil melaut nelayan bisa lebih meningkat," kata Agus Purwoto.
Rugi Triliunan Rupiah
Sementara itu, Direktur Pebaikan Darurat BPNB, Medi Herlianto mengatakan rata-rata Indonesia mengalami kerugian Rp 30 triliun setiap tahun, karena bencana alam.
"Rata-rata Indonesia kehilangan 30 triliunan rupiah, karena bencana alam," kata Medi Herlianto saat Seminar Pembangunan Potensi Maritim dan Mitigasi Bencana di Mercure Hotel, Padang pada Sabtu (7/9/2019).
Menurut Medi Herlian, Menteri ekonomi mengatakan setiap tahun Indonesia mengalami kerugian ekonomi 22 Triliun.
Melalui seminar yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan spice route connexion Indonesia (SRCI) 2019, Medi Herlianto mengulas ada bencana tsunami, abrasi dan dan plastik.
"Indonesia nomor 2 penghasil plastik di dunia dan plastik tersebut ke laut, serta sekitar 3,2 juta ton pertahun sampah mengalir ke laut.
Dimungkinkan pada Tahun 2030 lebih banyak plastik daripada ikan di laut kita," tambahnya.
Medi Herlianto juga mengatakan Indonesia haruslah bergerak untuk memitigasi bencana dengan melakukan pembangun yang berencana.
"Kita tidak tahu kapan persis terjadinya bencana. Namun kita bisa menyiapkan diri dengan mitigasi bencana.
Jika Indonesia abai terhadap mitigasi bencana berarti Indonesia abai terhadap keselamatan anak cucu," kata Medi Herlianto.(*)
*) Tulisan ini diulas dari artikel yang telah tayang di Tribunpadang.com dengan judul Indonesia Mengalami Kerugian Puluhan Triliun Rupiah Lantaran Bencana Alam Setiap Tahun serta sumber lainnya.