KISAH INSPIRATIF

KISAH Pengamen 'Rabab' Menjajakan Karya Seni Sekaligus Mengandalkan Alat Musik Tradisional

Tidak sedikit seniman jalanan yang memiliki suara emas hingga bermain alat musik yang tak biasanya, sehingga sajian hiburan dapat dinikmati banyak ora

Penulis: Merinda Faradianti | Editor: Emil Mahmud
TribunPadang.com/Merinda Faradianti
Hengki AS bersama teman duetnya saat memainkan alat musik Rabab 

Sebenarnya, Hengki mengakui sempat merasa malu, karena memainkan Rabab untuk mengamen di jalanan.

"Ini turun-temurun, tapi mungkin ada kendala ataupun kesempatan untuk menambah kehidupan.

Kita lihat penyanyi-penyanyi lain, seperti musisi yang sudah terkenal Roma Irama awalnya mereka juga mengamen," tutur pria 50 tahun tersebut.

Lirik yang nyanyikan saat bermain Rabab merupakan pantun yang spontan di rangkain oleh sang pendendang.

"Jadi kalau insting kita tinggi untuk membawakan cerita, orang memberi tahu saja untuk membawakan cerita apa kejadian awalnya, di mana, namanyan siapa itu kita bisa karang dijadikan suatu cerita. Kita lihat bisa langsung kita bawakan.

Tidak musti apa yang dinyanyikan itu tertulis kalau tertulis mungkin hanya 1-2 yang dapat. Kita apa yang di lihat bisa jadi pantun. Kita bisa menasehati orang," ujarnya nya lagi.

Kreatifitas Seniman

Menurutnya jika lirik dituliskan maka akan membuat kreatifitas Pedendang Rabab akan berkurang.

"Kita catat dan kita hapal mungkin dalam 10 hanya 2 yang dapat. Yang paling sering saya bawakan tentang peruntungan.

Kalau masalahnya saat kita ngamen kita sering bawakan yang sedih-sedih. Kalau di pentas lain lagi karena main ini tidak sembarangan. Ini mistisnya tinggi," tegasnya.

Hengki berpendapat jika seorang pemain Rabab memainkan alat musik tersebut secara sembarangan tanpa mengikuti peraturan yang sudah ada maka akan mendapatkan ganjaran.

"Mistisnya kan kuat, dulu Rabab ini senar nya memakai benang 7 warna. Kalau orang menyebutnya 'benang pincono'.

Siapapun yang tahu alat musik ini pasti akan beranggapan yang memainkannya memiliki ilmu. Jika dimainkan secara sembarangan bisa-bisa tidak sanggup berdiri," katanya.

Menurut Hengki minat masyarakat terhadap alat musik Rabab tersebut terbilang rendah.

Alasannya, lantaran relatif banyaknya masyarakat yang kurang antusias sehingga sebagian anak-anak muda pun enggan belajar dan memainkan alat musik tersebut.

"Kalau minat masyarakat masih kurang karena masalahnya mereka tidak ingin tahu.

Ya, harapannya sama-sama kita jaga warisan dan peninggalan tetua kita. Dulu Rabab ini alat musik yang terpandang pada masanya," tutup Hengki AS.(*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved