Haji 2019
20 Tahun Kumpulkan Upah Jadi Sopir di Pasaman Sumbar, Waldi dan Istri Akhirnya Bisa Naik Haji
Setelah 20 tahun menabung, akhirnya sopir kanvas di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, bisa berangkat haji bertama istri tahun ini.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Saridal Maijar
Setelah 20 tahun menabung, akhirnya sopir kanvas di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, bisa berangkat haji bertama istri tahun ini.
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Waldi Idrus (49), merasa bersyukur karena tahun ini bisa berangkat bersama istri tercinta untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Ditemui di Aula Utama Asrama Haji Embarkasi Padang, Waldi Idrus tampak sumringah sembari memegang satu kantong obat-obatan yang akan dibawanya ke Arab Saudi.
Ia menyebutkan, dirinya tak menduga akan dipanggil Allah bersama istri untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.
• Nenek Rosmah Bersyukur Bisa Naik Haji Berkat Jualan Baju Bekas Semenjak Tahun 1995
“Saya terharu dan bersyukur masih sempat dipanggil Allah untuk berangkat ke Tanah Suci.
Ini kan panggilan Allah, bukan panggilan manusia," kata ayah lima orang anak ini.
Siapa sangka, Waldi Idrus yang bekerja sebagai sopir bisa berangkat haji tahun ini.
Sehari-hari ia bekerja sebagai sopir mendistribusi produk dalam jumlah yang banyak menggunakan roda empat milik kakaknya.
Ia mendistribusikan barang ke grosir atau toko.
• Kabar Sumbar Hari Ini - Firdaus Fuad Bersyukur Bisa Dua Kali Beribadah Haji ke Tanah Suci
Upah sebagai sopir itulah yang disisihkan untuk ditabung sejak 20 tahun lalu.
Waldi Idrus tinggal di Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman.
Mulai dari Kecamatan Panti menuju Kecamatan Padang Gelugur kemudian Tapus hingga ke Rao, ia menyinggahi kedai-kedai milik warga untuk mengantar barang.
Sesekali ia juga melewati rute Kecamatan Panti menuju Lubuk Sikaping dan Panti menuju Kecamatan Duo Koto Pasaman.
Waldi Idrus mengantar barang seperti buku, pena, dan alat tulis lainnya ke grosir atau toko.
• 392 Jamaah Calon Haji Embarkasi Padang Kloter 4 Bertolak ke Madinah Rabu 10 Juli 2019
Upah yang tak menentu tak jadi soal. Yang penting mimpi berhaji menurutnya bisa terkabul.
"Sejak lajang saya sudah bekerja. Sekitar tahun 1995 lah. Upah yang didapatkan tergantung. Namanya juga jalan-jalan ngisi warung.
Kalau ada jual beli, tentu banyak untung. Kalau jual beli sedikit, tentu sedikit juga untungnya," ungkap Waldi Idrus.
Berkat usaha dan kerja kerasnya selama 20 tahun, Waldi Idrus mampu menyisihkan uangnya untuk dapat mewujudkan keinginannya.
• Pertama Kali Jadi Pemandu Haji dari Padang, Syamsidir: Tugasku dan Ibadahku
"Ya menabung mulai dari sedikit-sedikit. Kata orang lama kan jadi bukit," ucapnya tersenyum.
Ia sudah berkeinginan berangkat ke Tanah Suci sejak masih lajang.
Waldi Idrus mengatakan, agar bisa mendaftar haji, ia harus mengumpulkan uang sebesar Rp 25 juta.
“Awal mendaftar harus mampu mengumpulkan uang sebesar Rp 25 juta untuk mendapatkan nomor porsi.
Nomor porsi ini adalah semacam nomor antrian untuk berangkat haji," jelas Waldi Idrus.
Setelah itu, ia semakin giat melunasi ongkos haji dalam 8 tahun belakangan.
• INILAH Jenis Kurma yang Laris Manis untuk Buah Tangan Sepulang Ibadah Haji dan Umrah
Akhirnya, ia mendapat nomor porsi pada tahun 2011 dan kemudian ia bisa mendaftar haji.
Memiliki lima anak yang masih sekolah, tak menyurutkan niat hati Waldi Idrus menyisihkan uangnya untuk berhaji.
Waldi Idrus mengaku ia mendapat pesan dari neneknya untuk bisa melaksanakan ibadah haji.
"Cita-cita naik haji sejak turun temurun. Nenek saya pernah bilang, kalau ada rezeki, silakan pergi haji.
Begitupun dengan ibu saya. Kalau ada rezeki, nak, berangkatlah haji," ujar Waldi menirukan pesan nenek dan ibunya.
• [Populer Padang] Tank Operasi Trikora di Pantai Padang|Kisah Yeffirman Pemandu Haji|Pengaduan PPDB
Suami dari Nur Aini ini mengatakan, dari semua anggota keluarga, hanya dia yang belum menginjakan kaki ke Mekah.
"Orangtua saya sudah naik haji. Terus saudara-saudara juga sudah naik haji. Kini tinggal saya sendiri. Saya anak bungsu yang akan berangkat," ucapnya.
Dari situlah Waldi Idrus semakin giat menabung dengan mengumpulkan uang hasil berkeliling mengantar barang ke grosiran atau toko.
"Motivasi dari nenek dan orangtua," ujarnya.
• Kisah Yeffirman, Pemandu Haji dari Padang: Membantu Jemaah Sekaligus Tunaikan Rukun Islam Kelima
Waldi Idrus berharap selamat sampai Tanah Suci dan kembali ke Tanah Air.
Ia juga berdoa agar diberikan kesehatan, dimudahkan rezeki, dan sehat-sehat seluruh anggota keluarganya.
Di Tanah Suci, Waldi akan menghabiskan waktu selama 42 hari. Sementara, anak-anaknya ditinggalkan bersama saudaranya yang lain.
Layaknya calon jemaah haji yang telah siap bertolak ke Tanah Suci, Waldi Idrus bersama sang istri juga telah mempersiapkan segala pakaian dan perlengkapan.
• Fikril dan Maksum Jadi Jamaah Calon Haji Termuda dan Tertua dari Pasaman Barat Sumbar
"Cuma berbekalan baju ihram, baju sehari-hari dan handuk. Kami tidak ada membawa makanan," jelasnya.
Idrus mengaku membendung rasa sedih yang amat dalam ketika meninggalkan keluarganya.
"Diantar sama keluarga hingga ke Lubuk Sikaping. Ketika berangkat sangat sedih meninggalkan keluarga. Sekarang gak terasa lagi," ujarnya.
Waldi Idrus semata-mata naik haji hanya untuk mendapatkan ridho Allah.
"Mudah-mudahan menjadi haji yang mabrur," ucapnya.(*)