Nenek Rosmah Bersyukur Bisa Naik Haji Berkat Jualan Baju Bekas Semenjak Tahun 1995
Dari Hasil Menabung Penghasilan Jualan Baju Bekas, Rosmah Bersyukur Bisa Naik Haji. Setiap harinya Rosmah (72) bekeja dari pagi hingga sore hari untuk
Penulis: Emil Mahmud | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM - Setiap harinya Rosmah (72) bekeja dari pagi hingga sore hari untuk berjualan pakaian bekas dari kampung ke kampung yang berada di Kecamatan Riausilip, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung (Babel).
Selama bertahun-tahun Rosmah yang akrab disapa Ros ini menjalani profesinya sebagai penjual pakaian bekas.
Hasil dari menjual pakaian bekas itulah menjadi penopang biaya hidup dan menabung untuk bisa naik haji.
Apabila dilihat dari penghasilannya yang tidak menentu, tidak menyurutkan langkah Ros untuk terus berusaha agar bisa membantu menghidupi anak dan suami yang sedang sakit saat itu.
Modal niat yang kuat serta ketekunannya membuat setiap langkah Ros, yang berat terasa ringan, dengan penuh doa, setiap harinya ia beranjak dari rumah untuk mencari nafkah menjual baju bekas.
Ditemui di kediamanya, di Desa Pemali, Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka, Ros menceritakan perjuangannya menjual baju bekas dari kampung ke kampung.
Saat bercerita Ros tak kuasa menahan air mata yang jatuh ke pipinya. Dia merasa tak kuasa mengenang perjuangan hidupnya saat itu.
Tetes bening disudut matanya yang mengalir mengungkap kesedihan yang dirasakannya. Dengan jilbab yang dipakai Ros mengusap air mata dan menutupi wajahnya menahan kesedihan.
Dia terlihat sedih, namun berusaha kuat menceritakan perjuangannya bisa naik haji dengan penghasilan dari berjualan baju bekas.
Istri dari almarhum Basirin Durasit ini, mengatakan jualan baju bekas digelutinya. Dari rumah ke rumah ia mencari pakaian bekas yang masih layak pakai untuk dijualnya.
Harga jualnya juga tak seberapa trekadang hanya dihargai Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu satu bajunya.
"Pekerjaan berjualan baju bekas seperti daster, seprai, baju kaos, celana jeans, itu bajunya diambil di rumah nelayan yang ada baju bekas, yang ditukar dengan panci-panci dengan sistem barter.
Baju bekas itu dijual, ke kampung kampung seperti ke Mapur, Aik Abet di Kecamatan Riausilip," ungkap Rosmah.
Hasil dari jualan baju bekas tersebut, kata Ros, tidak menentu dari Rp 100 ribu hingga Rp 30 ribu setiap harinya, ia dapatkan namun dari hasil itu ia berbagi untuk beli beras, menabung serta kebutuhan lainnya.
"Saya jualan sudah semenjak 1995 hingga saat ini masih jualan, namun sekarang bajunya tidak bekas, tetapi baru, dan jualannya tidak jauh hanya di sekitar sini saja,"ungkap ibu enam orang anak ini, yang semuanya telah menikah.