PREVIEW - Raksasa Eropa Antara Ledakan Der Oranje atau Pembelajaran Der Panzer
Dua Raksasa Eropa, masing-masing Tim nasional (Timnas) Belanda dan Jerman selalu jadi perbincangan di ajang Piala Eropa.
Penulis: Emil Mahmud | Editor: Saridal Maijar
Kegagalan di Euro 2016 dan Piala Dunia 2018 membuat para pelatih Belanda mulai belajar dari sekeliling mereka.
"Belanda beruntung bahwa perkembangan sepak bola tetangga dekat mereka, Jerman, Prancis, dan Belgia solid dan bisa menjadi contoh," ucapnya melanjutkan.
Ia lalu mengungkapkan soal rivalitas Belanda dan Jerman yang kerap panas. Para pencinta sepak bola tentu masih ingat bagaimana gelandang Belanda, Frank Rijkaard, meludahi penyerang Jerman Barat, Rudi Voeller, dua kali saat kedua negara bertemu di Piala Dunia 1990.
Namun, ia mengatakan bahwa kondisi sekarang sudah berbeda.
• Cek Jadwal Film Bioskop 23 Maret 2019 di XXI Transmart dan Plaza Andalas Kota Padang
• Striker Venezuela Kecoh Kiper Argentina Lewat Eksekusi Penalti Aneh Melompat
"Sesungguhnya, orang Belanda sekarang menyukai Jerman. Bukan hanya di sepak bola tetapi juga di politik dan berbagai bidang lain. Padahal, 25 tahun lalu ada obsesi dari orang Belanda terhadap Jerman, ketidaksukaan secara umum yang berkaitan dengan Perang Dunia Kedua," tuturnya.
"Namun, sentimen ini sudah tidak ada lagi. Di sepak bola, banyak orang Belanda mendukung timnas Jerman. Belanda menyadari bahwa mereka sangat mirip dengan orang Jerman."
Ia lalu mengungkapkan bagaimana gaya sepak bola Jerman juga membuat mereka menjadi tim atraktif, terutama saat menjadi juara dunia pada 2014.
"Jerman belajar dari Belanda beberapa tahun lalu dan kini gantian Belanda yang belajar dari Jerman," ungkapnya.
"Ini adalah cara untuk sampai ke puncak, belajar dari yang terbaik dan meniru hal-hal positif yang mereka lakukan," tuturnya.
Tulisan ini diperkaya dari berbagai sumber, termasuk artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kebangkitan Timnas Belanda dan Evolusi Rivalitas Oranje dengan Jerman"