Berita Populer Padang

4 BERITA POPULER PADANG: Cuaca Buruk Picu Banjir Rob, Nelayan Tak Melaut dan Harga Ikan Jadi Mahal

Akibat cuaca buruk membuat nelayan tidak melaut, dan hal itu berdampak pada harga ikan yang melonjak tajam.

Editor: Rezi Azwar
TribunPadang.com/Panji Rahmat
BANJIR ROB- Suasana kawasan Purus Atas, Kelurahan Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat, yang merupakan daerah langganan musibah banjir rob, Selasa (11/11/2025). Simak sejumlah informasi menarik yang disajikan dalam rangkuman berita populer Padang setelah tayang 24 jam terakhir di TribunPadang.com. 
Ringkasan Berita:
  • Banjir rob menjadi peristiwa tahunan bagi masyarakat di kawasan Purus Atas, Kelurahan Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang.
  • Kehidupan masyarakat yang tinggal di kawasan langganan banjir, paling tinggi sampai pinggang dan masuk ke dalam rumah.
  • Akibat cuaca buruk membuat nelayan tidak melaut, dan hal itu berdampak pada harga ikan yang melonjak tajam.

TRIBUNPADANG.COM, PADANG – Simak sejumlah informasi menarik yang disajikan dalam rangkuman berita populer Padang setelah tayang 24 jam terakhir di TribunPadang.com.

Ada berita terkait banjir rob yang sudah menjadi peristiwa tahunan bagi masyarakat di kawasan Purus Atas, Kelurahan Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang.

Seperti halnya Yusni (68) yang sudah sejak kecil menghadapi bencana banjir rob, bahkan yang paling membekas baginya saat tahun 1990-an, karena air mencapai setinggi pinggang dan masuk ke dalam rumahnya.

Pengamat Lingkungan Universitas Andalas, Prof Isril Berd, melihat masalah ini merupakan gabungan dari fenomena alam dan tanggung jawab pemerintah untuk menjaga lingkungan, khususnya di sepanjang aliran sungai.

Baca juga: 4 BERITA POPULER SUMBAR: Produksi Padi Merosot, BMKG Ingatkan Cuaca Buruk bagi Kapal ke Mentawai

Akibat cuaca buruk membuat nelayan tidak melaut, dan hal itu berdampak pada harga ikan yang melonjak tajam.

Baca berita selengkapnya:

1. Banjir Rob Jadi Musibah Tahunan di Purus Atas Padang, Warga: Kalau Hujan, Air Masuk ke Rumah

BANJIR ROB- Seorang warga melintas dengan sepeda di kawasan Purus Atas, Kelurahan Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat, Selasa (11/11/2025). Kawasan trersebut merupakan daerah langganan banjir rob yang ada di Kota Padang.
BANJIR ROB- Seorang warga melintas dengan sepeda di kawasan Purus Atas, Kelurahan Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat, Selasa (11/11/2025). Kawasan trersebut merupakan daerah langganan banjir rob yang ada di Kota Padang. (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

Banjir rob di kawasan Purus Atas, Kelurahan Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat, sudah menjadi bencana tahunan bagi masyarakat setempat, Selasa (11/11/2025).

Ketakutan akan menyelimuti mereka ketika perhitungan bulan sudah masuk ke bulan 14 (November 2025), menurut nelayan setempat Syafril (75) itu sudah petanda untuk lebih waspada.

Baca juga: Ajang UMKM yang Berubah Jadi Hiburan Inspiratif, Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas Curi Hati Masyarakat

Hitungan bulan itu, merupakan gaya perhitungan para nelayan setempat, perhitungan itu pula yang membuat mereka lebih mudah mendeteksi bencana banjir rob sebelum terjadi.

Jika sudah sampai pada perhitungan itu, Syafril bersama warga langganan banjir rob sudah mulai mengemasi barang mereka untuk diletakkan di tempat lebih tinggi.

“Dua hari yang lewat bencana itu sudah terjadi, air di kali meluap hingga di atas mata kaki. Tapi kami sudah waspada sejak beberapa hari sebelumnya,” ujar Syafril, ditemui TribunPadang.com dalam perjalanan di sekitar tempat lokasi air meluap.

Ia menerangkan banjir rob terjadi pada sore hari saat kondisi pasang naik, hingga tanggul pembatas air tidak mampu menampung dan mengisi kali yang berada di belakang rumah warga yang hanya berjarak ratusan meter dari muara Pantai Padang.

Baca juga: Gelombang Tinggi Lumpuhkan Aktivitas Nelayan di Padang, BMKG Imbau Tetap Waspada

Syafril mengaku banjir rob yang terjadi beberapa hari lalu, sifatnya masih normal, karena tidak disertai oleh hujan lebat.

“Kalau disertai hujan airnya bisa masuk ke rumah. Bahkan dulu airnya bisa setinggi pinggang dan durasinya bisa sampai pagi hari, baru air surut,” ujarnya mengenang kejadian lampau.

Warga lainnya berkisah, kejadian banjir rob di daerah tersebut sudah menjadi bencana menahun yang tidak terelakkan, mereka hanya bisa belajar dari setiap bencana banjir rob yang datang.

Baca juga: Malam Minggu Warga Pariaman Bakal Lebih Seru, Car Free Night Siap Geliatkan Ekonomi Lokal

Menurut mereka tidak ada pilihan lain, selain meningkatkan kewaspadaan, dari pada menunggu sentuhan atau upaya lain dari pemerintah untuk menyelesaikan persoalan.

Beberapa warga mengaku, lebih memilih untuk mengeluarkan biaya tambahan untuk meninggikan bagian rumah yang hendak dimasuki air dan memindahkan barang berharga agar tidak terendam jika memang air masuk.

"Kalau harapan tentu ada pada pemerintah, dengan melakukan pengerukan dan memperbaiki pintu air di dekat muara. supaya pasang tidak masuk sampai ke pemukiman," ujar Syafril.

2. Kisah Warga Padang yang Tumbuh Bersama Banjir Rob, Yusni Ingat saat Air Pernah Setinggi Pinggang

BANJIR ROB- Masyarakat di Purus Atas, Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, saat melakukan aktivitas normal setelah dua hari lalu harus membersihkan rumah pasca banjir rob akibat pasang air laut dari sore hingga malam, Selasa (11/11/2025).
BANJIR ROB- Masyarakat di Purus Atas, Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, saat melakukan aktivitas normal setelah dua hari lalu harus membersihkan rumah pasca banjir rob akibat pasang air laut dari sore hingga malam, Selasa (11/11/2025). (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

Alam Takambang Jadi Guru (Alam Terkembang Jadi Guru) pepatah Minang yang sangat melekat bagi masyarakat Purus Atas, Kelurahan Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat, yang harus berjibaku setiap tahun dengan musibah banjir rob, Selasa (11/11/2025).

Seperti halnya Yusni (68) yang sudah sejak kecil menghadapi bencana banjir rob, bahkan yang paling membekas baginya saat tahun 1990-an, karena air mencapai setinggi pinggang dan masuk ke dalam rumahnya.

Namun, belakangan kondisi terus berubah, masyarakat mulai paham cara mengatasi bencana ini dengan meningkatkan kewaspadaan, mulai dari mengemasi barang ke tempat lebih tinggi sampai meninggikan bagian tertentu dari rumahnya.

Baca juga: Peringatan Dini BMKG: Hujan Lebat Disertai Petir dan Angin Kencang di Wilayah Sumbar Malam Ini

“Kalau warga yang baru melakukan pembangunan, mereka langsung memasang pondasi lebih tinggi, supaya aman,” ujarnya.

Yusni berkisah, banjir rob ini sudah seperti satu kesatuan dengan perjalanan hidupnya, karena belum ada solusi yang jelas dari pemerintah atas kejadian menahun ini.

Buktinya dalam pekan pertama November 2025, banjir rob kembali menggenangi pemukiman masyarakat, meski tidak tinggi tapi tetap mengganggu aktivitas masyarakat.

“Kalau pasang naik beberapa kali, tapi yang meluap ada sekali. Kebetulan kalau di bagian tempat saya tinggal rumah sudah ditinggikan jadi tidak masuk. Tapi, di dekat pintu air biasanya itu lebih besar,” ujarnya.

Banjir rob dinikmati dengan cara berbeda oleh Yulit (48) yang sudah lebih menerima keadaan ketimbang menyalahkan pemerintah.

Ia mengaku selalu waspada jika perhitungan bulan menurut nelayan sudah masuk untuk banjir rob terjadi.

“Biasanya barang-barang sudah saya kemasi dan waktu tidur akan saya persingkat. Takut nanti setelah pasang naik hujan terjadi,” ujarnya.

Baca juga: Tren Positif Jumlah Usaha di Padang, Mantan Ketua HIPMI Braditi Moulevey: Kolaborasi Lintas Sektor

Hujan ini menurutnya masalah yang sulit diprediksi oleh masyarakat, karena banjir rob yang disertai hujan bisa membuat genangan air lebih tinggi dan masuk ke dalam rumah.

Bersama keluarganya, Yulit mengaku bergantian untuk tidur agar nanti jika air naik ada yang berjaga dan membangun keluarga lain untuk mengevakuasi barang.

“Bahkan dulu pernah kami harus sampai mengungsi kalau airnya terlalu tinggi,” tuturnya.

Semua antisipasi ini menurutnya tidak hadir dari sosialisasi-sosialisasi dari pemerintah, namun hanya pengalaman setiap tahun yang ia alami.

3. Banjir Rob Melanda Kota Padang, Pengamat Lingkungan: Pemerintah Harus Mulai Perbaiki Hulu Sungai

ANCAMAN BANJIR BANDANG: Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Sumatera Barat, Isril Berd, saat diwawancarai setelah rapat dengan BPDAS Agam Kuantan, Selasa (9/9/2025). Forum DAS Sumbar harapkan komitmen bersama dari stakeholder terkait untuk mengantisipasi ancaman banjir bandang di aliran Batang Anai.    
ANCAMAN BANJIR BANDANG: Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Sumatera Barat, Isril Berd, saat diwawancarai setelah rapat dengan BPDAS Agam Kuantan, Selasa (9/9/2025). (TribunPadang.com)

Bencana banjir rob yang rutin menerpa wilayah dekat muara di sepanjang garis Pantai Kota Padang, Sumatera Barat, harus mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Pengamat Lingkungan Universitas Andalas, Prof Isril Berd, melihat masalah ini merupakan gabungan dari fenomena alam dan tanggung jawab pemerintah untuk menjaga lingkungan, khususnya di sepanjang aliran sungai.

Ia menerangkan bencana banjir rob ini, banjir yang terjadi di bibir pantai akibat gelombang pasang air laut akibat perubahan cuaca dan bertemu dengan aliran air dari darat menuju muara.

Baca juga: Prakiraan Cuaca 7 Kota di Sumbar Rabu 12 November 2025, Waspadai Hujan Ringan di Padang dan Pariaman

“Jadi banjir ini terjadi karena pertemuan dua volume air besar dari darat dan laut,” ujarnya.

Banjir ini di Kota Padang sering terjadi di kawasan Batang Arau, Pantai Air Manis, Purus Atas, Ulak Karang, dan Air Tawar.

Prof Isril Berd memastikan bahwa jika kedua unsur pertemuan air tersebut tidak terjadi bencana yang ada belum bisa diklasifikasikan menjadi banjir rob.

“Kalau pasang saja yang naik, yaitu fenomena alam, mau gimana lagi. Tapi kalau dipadukan dengan volume air dari darat ini baru bencana alam,” ujarnya.

Guna mengantisipasi banjir rob, pemerintah menurutnya bisa mengambil peran dengan memastikan normalisasi arus sungai, seperti memastikan tutupan bekas pembukaan lahan dan sampah di hulu sudah steril.

Serta memastikan bantaran sungai di bagian hulu sudah diperbaiki dengan mengurangi pembukaan lahan serta menjaga kawasan hijau hingga bagian muara.

Baca juga: Hampir Sepekan Tak Melaut Akibat Cuaca Buruk, Nelayan Purus Padang Berharap Bantuan Pemerintah

“Pembukaan lahan harus dikurangi, pembangunan yang mengganggu resapan air juga harus diawasi. Kalau tidak banjir rob akan terus mengancam,” tuturnya.

Ia menyebut, situasi banjir rob ini akan terus mengganas jika pemerintah menganggap kejadian ini fenomena alam semata.

Bahkan ia memprediksi banjir rob di Kota Padang bisa mengganas seperti halnya di Pulau Jawa, intensitas genangan air lebih lama hingga mengganggu aktivitas masyarakat bahkan roda ekonomi.

“Sebelum semua itu terjadi, tentu perlu langkah antisipasi,” tuturnya.

4. Cuaca Buruk Picu Kenaikan Harga Ikan di Padang, Naik hingga Rp500 Ribu per Keranjang

LAPAK PEDAGANG IKAN- Penampakan ikan yang dijual oleh pedang di los ikan, di Pasar Raya Kota Padang, Selasa (11/11/2025). Pedagang ikan, Rido mengaku harga ikan 'sisiak''per keranjang melonjak naik Rp300.000-500.000 pasca pasokan ikan menipis.
LAPAK PEDAGANG IKAN- Penampakan ikan yang dijual oleh pedang di los ikan, di Pasar Raya Kota Padang, Selasa (11/11/2025). Pedagang ikan, Rido mengaku harga ikan 'sisiak''per keranjang melonjak naik Rp300.000-500.000 pasca pasokan ikan menipis. (TribunPadang.com/Muhammad Iqbal)

Harga ikan per keranjang melonjak drastis di Pasar Raya Padang, akibat pasokan ikan berkurang.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh pedagang ikan, Rido kepada Tribunpadang.com, Selasa (11/11/2025).

Pasar Raya Padang berlokasi di Kelurahan Kampung Jao, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat.

Baca juga: BMKG Ingatkan Wisatawan Cuaca Buruk, Laut Mentawai Masih Berisiko untuk Kapal Kecil

Rido mengatakan, harga ikan melonjak naik saat sekarang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

"Naik sekarang, karena stoknya kan menipis," jelasnya.

Ia mengaku, harga per keranjang ikan tuna atau 'sisiak' sekarang mencapai Rp1.000.000 hingga Rp1.200.000.

"Biasanya beli per keranjang atau per kilo, kalau satu keranjang ikan 'sisiak' sekarang Rp1.000.000 hingga Rp1.200.000," sebutnya.

"Naik sekitar Rp300.000 hingga Rp500.000-an lah," sambung Rido.

Kata Rido, harga itu berbeda dengan pasokan ikan mencukupi di tempat pelelangan.

"Kalau pasokan banyak, biasanya hanya Rp700.000 hingga Rp800.000 per keranjang ikan sisiak," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, Pedagang ikan di Pasar Raya Kota Padang mengaku pasokan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) mengalami penurunan.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh beberapa pedagang ikan saat memberikan keterangan kepada Tribunpadang.com, Selasa (11/11/2025).

Salah satu pedagang ikan, Rido mengatakan bahwa pasokan ikan di TPI mengalami penurunan.

Baca juga: Wako Ramlan Sebut Ekonomi Bukittinggi Bakal Berdampak Saat MTQ Nasional Berlangsung

"Iya berkurang saat ini," ujar Rido saat ditemui di los ikan di Pasar Raya Kota Padang.

Rido menjelaskan, berkurangnya pasokan ikan disebabkan karena nelayan tidak melaut beberapa waktu terakhir.

 "Karena nelayan tidak melaut, jadi stok sedikit, tidak ada ikan baru," sebutnya.

Penyebab nelayan tidak melaut kata Rido disebabkan karena cuaca buruk dalam beberapa waktu terakhir.

Baca juga: GMNI Sijunjung Gelar Refleksi Hari Pahlawan, Mahasiswa dan Pemuda Gelar Diskusi

"Ya, karena cuaca buruk kan, bagaimana hendak ke laut," sebutnya.

Sama halnya dengan Rido, Pardi yang juga pedagang ikan di Pasar Raya Kota Padang juga menyebut pasokan ikan saat sekarang menurun.

"Menurun saat sekarang, karena tidak ada ikan baru yang masuk," ujarnya.

"Jadi, kami hanya menjual ikan yang ada saja," sambung Pardi.(*)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved