Berita Populer Sumbar

Berita Populer Sumbar: Sekilas Sejarah Tabuik Pariaman dan Struktur Tabuik Pangkek Ateh dan Bawah

Editor: Mona Triana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prosesi tabuik naiak pangkek dalam pergelaran budaya Hoyak Tabuik Pariaman 2022. Puncak Hoyak Tabuik Pariaman 2022 digelar Minggu (14/8/2022)

TRIBUNPADANG.COM - Simak berikut ini berita Populer Sumbar yang telah tayang selama 24 jam terakhir di TribunPadang.com.

Ada berita tentang Sekilas Sejarah Tabuik Pariaman, Warisan Budaya yang Masih Terus Dilestarikan.

Kemudian berita Struktur Tabuik Pangkek Ateh dan Bawah di Prosesi Puncak Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2022.

Baca berita selengkapnya :

1. Sekilas sejarah Tabuik Pariaman atau Tabuik Piaman, warisan budaya yang masih terus dilestarikan masyarakat setempat.

Tabuik Pariaman atau Tabuik Piaman memiliki daya tarik tersendiri.

Masyarakat setempat melestarikan Tabuik Pariaman atau Tabuik Piaman melalui Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2022.

Tuo Tabuik Subarang generasi ke lima Zulbakri, mengatakan sejarah Tabuik berawal dari peringatan kematian cucu Rasulullah SAW saat peristiwa perang di Padang Karbala.

Peristiwa Asyura itu terjadi tepat pada 10 Muharram tahun 61 Hijriah atau bertepatan dengan 10 Oktober tahun 680.

Diketahui Tabuik ini menurut sejarah berasal dari orang India yang bergabung dalam pasukan Islam Thamil di Bengkulu tahun 1826, di bawah kekuasaan Thomas Stamford Rafles dari kerajaan Inggris.

Setelah perjanjian London 17 Maret tahun 1829, Bengkulu dikuasai oleh Belanda dan Inggris menguasai Singapura.

Hal itu menyebabkan pasukan Islam Thamil Bengkulu akhirnya menyebar, diantaranya ada yang sampai ke Pariaman.

"Sejak itulah perayaan Tabuik hadir dan terus dipelihara hingga jadi budaya masyarakat Pariaman," ujarnya.

Sementara penamaan Tabuik kata dia, muncul saat perang di Padang Karbala, atas kebesaran Allah SWT secara mengejutkan jenazah Husein (cucu Rasulullah SAW) diangkat ke langit menggunakan Buraq.

Buraq ini sejenis hewan, tubuhnya seperti kuda, kepalanya seperti manusia serta mempunyai sayap lebar dengan mengusung peti jenazah di pundaknya.

"Buraq pembawa peti tersebutlah yang dinamakan Tabuik," terangnya.

Seiring dengan perkembangan zaman, Tabuik bagi masyarakat Pariaman merupakan sebuah budaya untuk penunjang pariwisata.

Dalam pelaksanaannya sebelum Hoyak Tabuik dimulai, masing-masing rumah Tabuik menyiapkan sebuah tempat persegi empat dan dilingkari dengan bambu.

Di dalamnya diberi tanda sebagai kiasan bercorak makam yang dinamakan Daraga.

Fungsi Daraga adalah sebagai pusat prosesi dan tempat pelaksanaan maatam.

Dengan adanya Daraga baru berlangsung sejumlah prosesi, pertama adalah prosesi maambiak tanah.

Prosesi ini dimulai setiap 1 Muharram, pada prosesi ini kedua rumah Tabuik (Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa) melakukan pengambilan tanah di Desa Pauh dan Kelurahan Alai Galombang.

Dalam pelaksanaannya kedua rumah Tabuik melakukan arak-arakan dari tempat masing-masing menggunakan gandang tasa.

Pengambilan tanah dilakukan oleh seorang laki-laki berjubah putih, melambangkan kesucian.

Tanahnya bermakna kehidupan manusia yang berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Lalu, pada 5 Muharram dilaksanakan prosesi maambiak batang pisang.

Prosesi ini merupakan cerminan dari ketajaman pedang milik husein yang digunakan saat perang di Padang Karbala.

Maambiak Batang Pisang ini dilakukan oleh seorang laki-laki dengan berpakaian silat.

Batang pisang tersebut harus putus dengan sekali tebas.

Selanjutnya, pada 7 Muharram dilakukan prosesi maatam, seusai sholat Dzuhur oleh pihak keluarga penghuni rumah Tabuik, dengan berjalan mengelilingi daraga sambil membawa peralatan Tabuik seperti jari-jari, saroban (Sorban) dan pedang sebagai pertanda kesedihan mendalam atas kematian Husein

Di hari yang sama juga berlangsung prosesi maarak jari-jari, melambangkan jari tangan Hosein yang tercincang.

Tujuannya untuk diinformasikan kepada masyarakat bukti kekejaman sewaktu perperangan di Padang Karbala.

Pelaksanaanya dimeriahkan oleh hoyak Tabuik lenong (sebuah Tabuik berukuran kecil) yang diletakkan diatas kepala seorang laki-laki sambil diiringi oleh gandang tasa.

Selang sehari, tanggal 8 Muharram berlangsung prosesi maarak saroban, dengan tujuan mengabarkan kepada masyarakat penutup kepala Hosein yang terbunuh dalam perang padang karbala.

Hampir serupa dengan peristiwa maarak panja, kegiatan ini juga diiringi miniatur Tabuik lenong dan gemuruh gandang tasa sambil bersorak sorai.

Lalu puncaknya tanggal 10 muharram menjelang fajar, dua bagian fisik Tabuik (Pangkek Ateh dan Pangkek Bawah) yang telah siap dibangun di rumah Tabuik, disatukan saat prosesiTabuik naik pangkek (Naik pangkat).

Seiring matahari terbit, Tabuik diarak ke jalan, dihoyak sepanjang hari tanggal 10 muharram setiap tahunnya.

Pada pukul 09.00 WIB, Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang disuguhkan pada pengunjung pesta Tabuik sebagai hakekat peristiwa perang karbala dalam sejarah Islam.

Acara hoyak Tabuik akan berlangsung hingga sore hari.

Secara perlahan Tabuik dibawa menuju pinggir pantai seiring turunnya matahari.

Tepat pukul 18.00 WIB, masing-masing Tabuik dilemparkan ke laut oleh kelompok anak nagari Pasa dan Subarang.

Namun karena saat ini pelaksanaan Hoyak Tabuik Pariaman sudah menjadi penunjang pariwisata, terjadi penyesuaian jadwal.

Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2022 ini, prosesi mambuang Tabuik ke laut berlangsung pada Minggu (14/8/2022) atau bertepatan dengan 16 Muharram 1444 H.

Baca juga: Gubernur Sumbar Sebut Pesona Hoyak Tabuik Pariaman Sebagai Festival Terbesar di Pesisir Sumatera

Baca juga: Serba-serbi Tabuik Pariaman: Beberapa Kali Laporan Anak Tersesat, Diumumkan di Pantai Gandoriah

2. Prosesi Tabuik Pariaman atau puncak Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2022 akan digelar hari ini, Minggu (14/8/2022).

Pengunjung akan melihat Tabuik Pariaman dengan tinggi mencapai 12 meter pada prosesi puncak Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2022 ini.

Tabuik Pariaman itu dikerjakan sejak awal Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2022 diselenggarakan, 31 Juli 2022 oleh kedua rumah Tabuik.

Dalam pengerjaan struktur Tabuik dibagi dua yaitu pangkek ateh (pangkat atas) dan pangkek bawah (pangkat bawah).

Tuo Tabuik Subarang Generasi kelima Zulbakri, menjelaskan pada pangkek ateh Tabuik terdiri atas puncak Tabuik dan jantuang Tabuik.

Ia mengutarakan pada bagian atas ada kendi bergambar kalajengking, Bungo Salapan dan jantuang (jantung) Tabuik sebanyak empat buah.

"Kalajengking pada kendi itu sendiri memiliki arti filosofis bagi orang Pariaman," katanya, Sabtu (13/8/2022).

Kalajengking yang memiliki tabiat diam-diam dan pantang diganggu, karena kalau diganggu pasti akan menjepit, persis seperti perangai orang Pariaman.

Menurutnya orang Pariaman itu pantang diganggu dan tidak suka mencari musuh, namun kalau ada akan dihadapi.

Laki-laki yang akrab disapa Mak Etek ini juga menjelaskan pada pangkek bawah Tabuik terdapat biliak (kamar) Tabuik.

Biliak ini berjumlah tujuh buah, itu lambang dari tatanan kehidupan bermasyarakat orang Pariaman.

Bilik itu dibuat bertingkat, bagian paling atas melambangkan niniak mamak, seterusnya alim ulama, cadiak pandai, pemuka masyarakat, Bundo kandung, orang sumando dan paling bawah anak kamanakan.

Kemudian di bawah biliak tabuik ada Buraq, Buraq tersebut merupakan kendaraan Rasulullah SAW sewaktu isra' mi'raj.

"Dalam Tabuik, peran Buraq melambangkan kendaraan yang membawa jasad Husein (cucu nabi) setelah terbantai di Padang Karbala," jelasnya.

Pada bagian bawah Buraq terlihat seperti binatang dan identik dengan warna hitam.

Serta dilengkapi dengan sayap dan kaki untuk bagian pangkek bawah Tabuik. (*)

 

 

Berita Terkini