DESI terlihat sibuk mengatur keluar masuk mobil maupun motor di tempat parkir, Selasa (26/10/2021) siang.
Mengenakan topi caping khas petani yang dipadankan dengan jilbab coklat, keringat Desi mengucur deras di bawah teriknya sinar matahari.
Desi bercerita sudah 10 tahun lamanya bekerja sebagai juru parkir menggantikan mantan suaminya.
Tampak berseragam oranye serta masker kain berwarna merah muda, ia memandu dan menjaga kendaraan yang diparkir untuk sementara waktu.
"Parkir, parkir. Ke luar, Nak?," ucap Desi ramah.
Tidak pernah terpikir oleh Desi menjadi seorang juru parkir.
Sebelumnya ia hanya ibu tumah tangga. Namun sejak berpisah dengan suaminya, ia terpaksa melakoni pekerjaan yang biasa dikerjakan kaum laki-laki itu.
"Suami saya masuk penjara. Ada pelanggaran hukum yang ia lakukan. Sejak saat itu, saya besarkan lima orang anak dari pekerjaan juru parkir," ungkap Desi.
Baca juga: Juru Parkir Viral Adu Jotos dengan Pengunjung di Pantai Padang, Pelaku Juga Melakukan Pemerasan
Baca juga: Update Manfaat Ketapang Jadi Obat Penawar Nyeri saat Haid, Pengusir Sariawan dan Gatal-gatal
Setiap hari, Desi mengandalkan hidup di lahan-lahan parkir itu tepatnya di depan salah satu toko buku di Padang, Sumbar.
Lahan parkir Desi tak ramai siang itu. Tak banyak motor ataupun mobil yang berjejer ditinggal pemiliknya yang sedang ke toko buku.
Ia mengaku mematok tarif parkir Rp2 ribu untuk motor dan Rp3 ribu untuk mobil. Tarif itu tidak ditentukan lama kendaraan parkir.
"Tidak ada hitungan jam dalam pungutan tarif parkir ini. Untuk pendapatan sehari, tidak dapat dipastikan," ujar Desi.
Dari hasil juru parkir, Desi bisa menyetor ke Dinas Perhubungan sebesar Rp 20 ribu sehari. Sisanya, untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.
Desi bersyukur masih bisa makan dari dengan hasil kerja kerasnya itu.
"Alhamdulillah, masih bisa makan. Terkadang kan pengendara membayar lebih biaya parkir, ada yang ngasih Rp 100 ribu hingga 200 ribu," tutur Desi.
Bagi Desi, menjadi tukang parkir adalah pekerjaan yang mulia. Pekerjaannya halal dan berkah, uangnya bisa dibawa pulang.
Baca juga: KISAH Kakek Asril Acik Selama 49 Tahun Jadi Juru Parkir, Tidak Masalah Jika Ada yang tak Mau Bayar
Baca juga: HUT ke-111, PT Semen Padang Bagikan Empek-empek kepada Juru Parkir dan PKL di Gallery Balanjo
Selain itu, Desi bertemu dengan banyak orang baik setiap harinya.
Dibalik suka itu, Desi juga merasakan duka menjadi juru parkir.
Sekalipun ia tak pernah menyerah, dia mau menanggung risiko apapun.
"Pernah helm pengunjung hilang, tentu diganti," ucap Desi.
Tantangan yang lain yang harus ia hadapi ialah berpanas-panasan melawan terik matahari. Ada pula pengendara yang tidak bayar parkir.
Bahkan, ada juga yang melempar uangnya begitu saja ke jalanan.
"Tidak tahu alasannya apa, jadi uangnya dilempar. Ya sudahlah saya kejar, tidak masalah, saya jelaskan saya tidak meminta-minta, kalau tidak mau ya sudah, saya ikhlas," ujar Desi.
Tak ada sedikitpun rasa malu Desi ketika menjadi juru parkir.
"Kenapa harus malu. Kita tidak minta -minta. Orang saja ada yang susah makan," tukas Desi.
Desi percaya rezeki itu sudah ada yang ngatur.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, yakni 63 tahun Desi mengaku masih punya fisik kuat sebagai juru parkir.
"Alhamdulillah Allah SWT masih beri kekuatan dan nikmat kesehatan. Biar lah tidak mendapat uang banyak, asal bisa makan," imbuh Desi. (TribunPadang.com/Rizka Desri Yusfita)