Kakek 69 Tahun di Padang Jalankan Bisnis Kos-kosan, Ngeluh Tak Ada Penghuni di Masa Pandemi

Penulis: Rizka Desri Yusfita
Editor: Mona Triana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kakek Musyairi saat ditemui di rumahnya, Senin (18/10/2021)

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Menjalani usaha di tengah pandemi Covid-19 bukanlah sebuah hal yang mudah.

Persaingan usaha sangat ketat sebab banyak orang berlomba-lomba membangun usahanya. Tak terkecuali bisnis kos-kosan.

Seperti yang dialami oleh seorang pemilik kos di Jalan Puyuh Nomor 5, Air Tawar, Kota Padang, Sumbar Musyairi.

Baca juga: Uang Kertas Milik Seorang Nenek di Lubuklinggau, Rusak Dimakan Tikus: Kisahnya Viral di Media Sosial

Baca juga: Tulislah Pesan yang Terdapat pada Dongeng Kisah Petani dan Anak Harimau !

Saat ditemui TribunPadang.com Senin (18/10/2021) siang, Musyairi tengah duduk santai di rumahnya. Senyum ramah diperlihatkan dari wajahnya. 

Ia sedikit bercerita tentang kisah hidupnya menjalani bisnis kosan-kosan di masa pandemi corona ini.

Di usianya yang ke-69 tahun dirinya tinggal di sebuah rumah yang juga diperuntukan untuk kosan putri.

Baca juga: Ceritakanlah Kembali Isi Dongeng Kisah Semut dan Merpati di depan Teman Sekelompok!

Baca juga: Dari Paragraf Berapa Kamu Menemukan Pelajaran dari Dongeng Kisah Semut dan Merpati?

Rumah itu yang menjadi tempatnya berlindung dari teriknya matahari dan dinginnya malam.

Dia sudah menjadikan rumah itu sebagai kos-kosan 10 tahun terakhir semenjak sang istri meninggal dunia.

Tapi kosan itu kini sepi. Kamar-kamar itu terlihat kosong. Tak berpenghuni. 

"Sejak istri saya meninggal 10 tahun yang lalu, saya sendiri. Makanya dibuka kos-kosan," kata Musyairi.

Baca juga: Pelajaran Apa yang Kamu Dapatkan dari Dongeng Kisah Semut dan Merpati? Jawaban Tema 2 Kelas 3 Hal 68

Baca juga: Update Juventus vs AC Milan Sisakan Kisah di Balik Layar, Allegri Lerai Pertikaian Szczesny & Rabiot

Dari jauh kosannya terlihat sempit, hanya muat untuk beberapa orang. Lantai tidak beralaskan keramik. 

"Di sini ada lima kamar, harga Rp300 ribu per kepala, itu sudah termasuk biaya listrik dan air," tutur Musyairi.

Musyairi menuturkan letak kos-kosannya yang dekat dengan kampus UNP biasanya tak pernah kosong.

"Biasanya kalau normal nggak pernah kosong, tapi sejak pandemi ditinggal penghuni dan sekarang kosong, banyak yang pulang kampung dan segala macamnya," ujarnya pria yang memiliki 6 orang anak ini.

Baca juga: Kisah Penjual Sayur Semi Organik di Kawasan GHAS Padang, Reni Kuliahkan Anak di Jurusan Arsitektur

Baca juga: VIRAL Kakek 71 Tahun Jago Bikin Konten TikTok di Padang, Ngaku Sering Dihujat, Ini Kisahnya

Tak ada lagi uang kos yang biasanya ditagihnya setiap bulan.

Selama tak ada pemasukan dari sewa kamar kos, ia mengaku hidup dari belas kasihan orang lain.

Usia yang tak lagi muda sehingga kemampuannya untuk bekerja sangat terbatas.

"Ya harus menelan ludah dalam-dalam demi menjalani hidup. Makan saja diberi tetangga dan orang sekitar. Tiap hari dikasih makan," ungkap Musyairi.

Baca juga: Pelajari Kisah Semut dan Merpati, Tema 2 Kelas 3 SD Halaman 68 70 71 Subtema 2

Baca juga: Kisah Nenek Martini Hidupi 2 Cucu yang Ditinggal Orang Tua di Padang, Hampir Diusir dari Kontrakan

Sesekali Musyairi merasa khawatir dan panik karena tak ada pemasukan. Ia susah membayar tagihan listrik.

"Punya anak, tapi hidupnya susah juga. Tidak mungkin kan merepotkan mereka," ujar Musyairi.

Sebelum membuka bisnis kos-kosan, Musyairi bekerja sebagai sopir truk. Berangkat pukul 5 sore dari Padang, tiba pagi di Kota Pekanbaru.

Baca juga: Kisah Nenek 70 Tahun di Padang Pariaman yang Rumahnya Terendam Banjir: Tidak Bisa Tidur di Kasur

Ia tidak bisa bertemu anak-anaknya. Empat tahun ia menjalani pekerjaan tersebut. Setelah itu pindah.

"Delapan tahun jadi sopir truk rokok Commodore, setelah itu nganggur sampai sekarang," ungkapnya.

Musyairi berharap kamar kos-kosannya kembali riuh dan ramai. Apalagi saat ini belajar tatap muka di kampus sudah dimulai.

"Ya berharapnya ada yang ngekos, lumayan untuk biaya hidup sehari-hari," tutup Musyairi. (*)

Berita Terkini