Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Pembangunan tahap II Jalan Tol Padang-Pekanbaru (Padang-Sicincin-Kapalo Hilalang) titik 4,2 kilometer (km) sampai 36,6 km ditargetkan selesai pada tahun 2022.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan pengerasan jalan saat ini masih berlangsung.
"Pekerjaan fisik itu tidak berhenti. Pokoknya Selesai masalah tanah ini, bangun (lagi). Kalau ada masalah, tinggalkan dulu, begitu seterusnya," kata Irwan Prayitno.
Baca juga: Ganti Rugi Pengadaan Tanah Jalan Tol Padang-Pekanbaru, Irwan Prayitno: Harga Tanah Sudah Terbuka
Baca juga: Lahan Terancam Proyek Jalan Tol Padang-Pekanbaru, Warga Limapuluh Kota Mengadu ke DPRD Sumbar
Ia menargetkan Sta 4,2-36,6 Km ini selesai pada 2022.
"Tergantung masalah tanah juga," tutur Irwan Prayitno.
Irwan Prayitno mengaku ada kendala dalam pembangunan jalan tol Padang-Pekanbaru karena sebagian besar berada ditanah ulayat.
Kata dia, tapi tim yang bekerja baik provinsi maupun kota kabupaten dan PUPR luar biasa melakukan sosialisasi ke masyarakat.
Sehingga kendala-kendala tersebut satu per satu bisa diselesaikan.
"Tanah Ulayat itu sebenarnya kita beri tahukan kepada masyarakat, baik ninik mamak atau keluarganya. Sudah sosialisasi, sudah kita proses lahannya untuk ganti rugi, setuju tidak setuju, nanti akan dimusyawarahkan," jelas Irwan Prayitno, Selasa (3/11/2020).
Terakhir jika masih ada yang tidak setuju, kata Irwan Prayitno, tentu diproses sesuai peraturan perundangan-undangan.
Lalu uang ganti ruginya dititipkan ke pengadilan, sedangkan lahannya tetap dipakai untuk kepentingan umum pembangunan jalan tol.
"Untuk 4,2 sampai 36,6 Km, Alhamdulillah dari hasil appraisal, itu diterima bahkan satu keluarga itu ada yang menerima sampai Rp18 miliar. Jadi, cukup baguslah dibandingkan dengan 0-4,2 Km," ungkap Irwan Prayitno.
Project Director Jalan Tol Padang-Sicincin, Marthen Robert Singal mengatakan jika sudah tersedia lahan yang cukup, konstruksi juga semakin cepat.
"Yang sudah berbentuk jalan itu 2 Km lebih. Pengadaannya 14 sampai 15 persen, selebihnya bobot untuk pengerjaan fisik," imbuhnya.
Jadi, untuk kebutuhan pengadaan, bahan-bahan pabrikan dan lain-lain, kata Marthen, sebetulnya 95 persen sudah diproduksi. Di lapangan bisa dilihat ada tumpukan sekian panjang besinya, ada gilder, geril, dan lain-lain.
Jika lahan siap, lanjutnya, bisa langsung dikerjakan.
"Kerja menyesuaikan lahan yang tersedia. Kalau target kita sih sudah banyak. Namun pada 2020 ini yang 4,2 kilometer ini mudah-mudahan bisa dibeton semua," harap Marthen. (*)