TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Jalan-jalan ke Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) belumlah lengkap bila tak menikmati nasi sek.
Apa yang kamu bayangkan saat mendengar nasi sek?
Sebagian dari kamu pasti membelalakkan mata saat pertama kali mendengarnya?
Ya, bisa jadi kamu berpikir macam-macam, karena kalimatnya cukup tabu diucapkan.
Nasi sek merupakan kepanjangan dari 'saratuih kanyang' atau seratus kenyang.
Konon saat awal kehadiran nasi sek ini, sebungkus nasi hanya dibanderol seratus rupiah saja.
"Kalau Jakarta dan sekitarnya disebut nasi kucing, karena ukurannya sama sama kecil."
"Tapi di Pariaman, tampak beda pada nama dan lauk yang disajikan," kata seorang penjual nasi sek, Zahrina.
Sekepal nasi panas dibungkus daun pisang dan lauknya sala ikan.
Sementara menu pelengkap dalam piring lainnya juga ada ikan bakar dan gulai kepala ikan kakap.
Kemudian gulai udang, ditambah gulai jengkol, atau sambal goreng petai dan teri yang membangkitkan selera.
Untuk minuman ada kelapa muda dan berbagai jus buah.
Makan siang seporsi nasi sek dipatok dengan harga Rp 17.000.
Zahrina menuturkan, di awal tahun 1980-an hidup serba susah.
Dia mencoba membuat ubi kayu yang dibungkus daun, kemudian kelapa parut dikasih gula.