Ramadan

Masjid Raya Gantiang, Masjid Tertua di Padang yang Pernah Jadi Tempat Mengungsi Soekarno

Penulis: Nadia Nazar
Editor: Saridal Maijar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Raya Ganting berada di Kelurahan Gantiang, Kecamatan Timur, Kota Padang, Sumatera Barat.

Sederet peristiwa penting di negeri ini pernah terjadi di Masjid Raya Gantiang, satu di antaranya pernah jadi tempat mengungsi Soekarno.

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Nadia Nazar

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Masjid Raya Gantiang berada di Kelurahan Gantiang, Kecamatan Timur, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat ( Sumbar).

Masjid Raya Gantiang telah berdiri sejak 200 tahun lalu dan dinilai sebagai masjid tertua di Padang.

Ketua Pengurus Masjid Raya Gantiang, Nur Suhud Husin mengatakan pada masjid ini pernah terjadi beberapa peristiwa penting.

Di antaranya, masjid ini pernah menjadi tempat mengungsi Soekarno atau Bung Karno.

Pada saat Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942, saat itu Soekarno ditahan Belanda di Bengkulu diungsikan oleh Belanda ke Kota Cane (Aceh).

Namun, ketika rombongan pasukan Belanda baru sampai di Painan, tentara Jepang sudah sampai di Bukittinggi yang menyebabkan Belanda merubah rencana semula dengan mengungsi ke Barus dan meninggalkan Bung Karno di Painan.

Masjid Raya Gantiang, Masjid Tertua di Padang, Paduan Arsitektur Minang, Cina, Persia & Timur Tengah

Surau Nagari Lubuk Bauk, Kisah Buya Hamka hingga Inspirasi Novel ‘Tenggelamnya Kapal Van der Wijck’

Selanjutnya, oleh Hizbul Wathan yang bermarkas di Masjid Raya Ganting ini, Bung Karno dijemput ke Painan untuk dibawa ke Padang.

Selama beberapa hari, kata dia, Soekarno menginap di rumah pengurus Masjid Raya Ganting

Kejadian lainnya yang tercatat sebagai peristiwa penting pada Masjid Raya Gantiang ini, yaitu ketika gempa bumi dan tsunami yang melanda pada tahun 1833.

"Masjid Raya Gantiang pada saat itu masih berupa bangunan sederhana selamat dari hantaman gelombang Tsunami," sebutnya.

Hanya saja, ujar Nur Husni masjid yang semula terbuat dari batu yang disusun diganti dengan campuran kapur diolah dari kulit kerang dan batu apung.

"Sehingga lantainya relative lebih datar daripada susunan sebelumnya," ujar Nur Husni.

Tiang penyangga masjid berjumlah 25 buah yang berjajar lima buah yang masing-masing dilapisi marmer putih, melambangkan jumlah para Nabi. (TribunPadang.com/Nadia Nazar)

Surau Nagari Lubuk Bauk, Kisah Buya Hamka hingga Inspirasi Novel ‘Tenggelamnya Kapal Van der Wijck’

Berusia 1,5 Abad, Surau Tarok Masih Berdiri Kokoh di Kuranji Padang, Punya Tiang Kayu Melengkung

Lalu, dilanjutkan dengan peristiwa gerakan pembaharuan Islam yang dikembangkan oleh kau Padri di Minangkabau pada tahun 1803.

Masjidnini dijadikan tempat pertemuan untuk membahas langkah-langkah yang akan ditempuh untuk melaksanakan pemurnian ajaran agama Islam.

"Ajaran Agama Islam pada saat itu menurut ceritanya memang pemahaman agama Islam masih diwarnai oleh pemahaman mistik dan khufarat," jelasnya.

Nur Husni menjelaskan pemahaman mistik dan khufarat merupakan peninggalam Budha dan Hindu yang sebelumnya juga berkembang dikalangan masyarakat Minangkabau saat itu.

Dua tonggak yang saling berlenggek merupakan peninggalan bangunan dari arsitektur Belanda. (TribunPadang.com/Nadia Nazar)

Beberapa peristiwa lainnya, yaitu menjadikan Masjid Raya Ganting sebagai tempat pertama di Sumatera Tengah untuk melaksanakaan Embarkasi Haji.

"Dari masjid inilah diberangkatkan calon jemaah haji ke Pelabuhan Teluk Bayur, di mana pada saat itu masih menggunakan kapal menuju Mekah," jelas pria kelahiran 1943 ini.

Sedangkan pada tahun 1921, Syech Karim Amarullah ( Ayah Buya Hamka) mendirikan sekolah Thawalib di Padang Panjang, maka beliau juga mendirikan sekolah yang sama di dalam perkarangan Masjid Raya Gantiang ini.

Sambut Ramadan, Hotel Ibis Padang Ciptakan Miniatur Masjid dari 976 Botol Bekas

Latar Belakang Masjid Raya Sumbar, Ammar Zoni Unggah Foto Bareng Istri Pakai Hijab di Instagram

"Hal tersebut dipergunakan sebagai sarana pendidikan agama nagi masyarakat Padang saat itu, Alumni dari sekolah ini kemudian mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) yang merupakan cikal bakal Partai Masyumi," katanya kepada TribunPadang.com.

Di samping itu, masjid ini juga pernah dijadikan tempat pembinaan Prajurit Gyugun - Hei Ho.

"Dijadikan tempat melatih tentara pribumi untuk membantu tentara Jepang melawan Belanda," tambah Nur Husin.

Setelah kemerdekaan, Masjid Raya Ganting semakin ramai dikunjungi oleh beberapa pejabat negara baik dalam maupun luar negri.

Tercatat dari beberapa di antaranya yaitu, Wakil Presiden RI Moehammad Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Ketua DPR RI Akhmad Syaichu, Ketua DPR/MPR Jendral Abdul Nasution, dan beberapa Mentri Kabinet lainnya.

Sedangkan dari negara tetangga pernah pula dikunjungi oleh Sekretaris Negara Malaysia, Saudi Arabi, dan Mesir.

"Hingga juga pernah dikunjungi oleh Rekor Universitas Al Azhar Cairo Mesir dan beberapa hafiz quran dari Mesir," tambahnya.

Pintu masuk terdapat ukiran kaligrafi bertuliskan Allah dan Muhammad merupakan bangunan renovasi kini. (TribunPadang.com/Nadia Nazar)

VIDEO: Live Streaming Leicester City vs Chelsea Liga Inggris Malam Ini, Berikut Prediksinya

VIDEO: Jadwal Lengkap MotoGP Prancis dan Klasemen MotoGP 2019, Marc Marquez Teratas, Rossi ke-4

Masjid tertua di Padang ini telah menjadi cagar budaya.

"Masjid ini di bawah pembinaan cagar budaya Batusangkar, sehingga kami tidak boleh merubah bentuknya, terutama pada ruang utama itu masih belum ada renovasi mutlak terutama pada bagian pavlon kayunya," jelasnya.

Masjid ini kini punya perpustakaan yang memiliki sekitar 700 macam judul buku yang rata-rata merupakan sumbangan dari instansi dan pengunjung masjid.

"Buku-buku ini dapat dibaca masyarakat serta jamaah, tetapi tidak diperkenankan untuk dipinjam serta dibawa untuk dibaca di luar masjid," jelasnya.

Masjid Raya Ganting ini kini di samping melakukan salat, juga melakukan beberapa kegiatan lainnya seperti tausiah atau pengajian agama, pertemuan majlis taklim, kegiatan sosial untuk nikahan, merayakan hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra Miraj, dan lain-lain.

"Sebelum salat zuhur, juga ada tausiah, tak lain semata-mata gunanya untuk memakmurkan masjid," tutupnya.(*)

Berita Terkini