Universitas Andalas

Teater Kampus Hidup Lagi, Ruang Ekspresi Mahasiswa yang Mulai Dilirik

Dalam waktu relatif lama vakum keberadaan ruang ekspresi, yang identik dengan kegiatan ekstrakurikuler atau komunitas minat

Editor: Emil Mahmud
Magang FIB UNAND/Aisa Elvira
AKSI PANGGUNG TEATER: Seorang mahasiswa perempuan memerankan tokoh dalam pementasan kampus yang digelar di Medan Nan Balinduang Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Foto ini diambil dalam rangka kebangkitan teater kampus yang kini mulai dilirik kembali dan bahkan menjadi mata kuliah wajib di beberapa jurusan. 

RENTANG waktu relatif lama vakum keberadaan ruang ekspresi, yang identik dengan kegiatan ekstrakurikuler atau komunitas minat bakat, kini teater kampus mulai naik kelas. 

Di beberapa perguruan tinggi, teater tak lagi sekadar ruang hobi, melainkan sudah masuk ke dalam struktur akademik sebagai mata kuliah wajib, terutama di jurusan-jurusan yang berkaitan dengan pendidikan, komunikasi, dan seni.

Di Universitas Andalas (Unand), beberapa program studi mulai menjadikan aktivitas pertunjukan teater sebagai bagian dari asesmen keterampilan wajib komunikasi dan kerja tim. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa teater tak hanya dilihat dari sisi artistik semata, tetapi juga sebagai alat pendidikan karakter, ekspresi diri, dan pengembangan soft skill mahasiswa.

Teater kampus yang sempat mati suri akibat pandemi, kini mulai menemukan napas baru melalui ruang akademik.

Pentas-pentas mini mulai digelar kembali, baik di aula kampus, halaman terbuka, bahkan di lorong-lorong gedung fakultas.

Mahasiswa tampil dengan energi penuh, memainkan peran-peran yang tak hanya menantang secara teknis, tapi juga menyuarakan keresahan mereka sebagai generasi muda.

Fenomena ini juga didorong oleh meningkatnya kesadaran kampus terhadap pentingnya ruang ekspresi non-formal di tengah tekanan akademik. 

Tak heran jika kini teater juga menjadi ruang yang inklusif tempat bertemunya mahasiswa lintas jurusan untuk meramu cerita, melatih empati, dan menyampaikan pesan lewat pertunjukan.

Selain itu, kehadiran media sosial sebagai alat dokumentasi dan promosi membuat teater kampus terasa lebih hidup. 

Cuplikan latihan, poster pertunjukan, hingga video behind the scene disebarkan luas dan menarik perhatian mahasiswa lainnya untuk ikut terlibat atau sekadar menonton. 

Teater kini bukan hanya panggung alternatif, tapi juga bagian dari gaya hidup mahasiswa yang haus ekspresi.

Masuknya teater ke dalam kurikulum, artinya kampus mulai membuka mata: bahwa seni pertunjukan punya peran besar dalam mencetak lulusan yang tak hanya cerdas, tapi juga komunikatif, kreatif, dan berjiwa kolaboratif.

Teater kampus hidup lagi dan kali ini, bukan hanya lewat hobi, tapi juga lewat lembar nilai.

(Aisa Elvira, Mahasiswa Sastra Indonesia FIB Unand, yang magang di TribunPadang.com)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved