Jalan Berlumpur di Mentawai
Infrastruktur Jalan di Pagai Selatan Belum Memadai, Musim Hujan Pemotor Kerap Bergelimang Lumpur
Baru-baru ini, seorang guru di SMA 1 Pagai Selatan Muhammad Yani harus bergelimang lumpur saat mengendarai sepeda motornya, lokasinya di Kilometer 18.
Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Fuadi Zikri
TRIBUNPADANG.COM, KEPULAUAN MENTAWAI - Infrastruktur jalan yang belum memadai di Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) kerap jadi momok bagi masyarakat, termasuk para pengendara sepeda motor yang melintas.
Pasalnya, saat musim penghujan tiba, sebagian jalan akan berlumpur. Pesepeda motor mesti berhati-hati menjajal jalan yang berluluk.
Baru-baru ini, seorang guru di SMA 1 Pagai Selatan Muhammad Yani harus bergelimang lumpur saat mengendarai sepeda motornya, lokasinya di Kilometer 18.
Baca juga: VIRAL Motor Guru Nyungsep Dalam Lumpur di Mentawai, Niat Antar Siswa Ikut Raimuna Cibubur 2023
Yani pada Minggu (9/8/2023) hendak bertolak ke pelabuhan untuk mengantar salah seorang siswinya yang akan mengikuti kegiatan Raimuna pramuka 2023 di Cibubur.
Saat itu, ia cukup kewalahan untuk terus meliuk-liuk dengan sepeda motornya, memilih permukaan jalan yang kering.
Apes baginya, sepeda motornya tak bisa dikuasai. Motornya rebah berlumuran lumpur, body motornya yang dominan berwarna hitam berubah menjadi kecokelatan.
Selain itu, lumpur juga melekat di tas ransel siswinya yang berisi pakaian untuk dibawa ke Cibubur, hingga akhirnya tas tersebut akhirnya diganti dengan tas yang lebih bersih.
Menurut Yani, pengalaman itu adalah hal yang biasa bagi masyarakat setempat.
Baca juga: 3 Kali Pindah, Kronologi Kemunculan Gas dan Semburan Lumpur di Lahan untuk Dijadikan Pabrik Tahu
"Tak selalu pesepeda motor jatuh dan bergelimang lumpur itu, memang mesti lihai memilih permukaan jalan yang lebih keras," kata Yani yang merupakan guru Bimbingan Konseling di SMA 1 Pagai Selatan, Rabu (6/8/2023).
Ia menuturkan, pekan sebelumnya juga ada insiden yang lebih parah dialami masyarakat, dengan kondisi hampir separuh sepeda motornya terjerembab ke lumpur.
Warga asli Pasaman ini mengakui, sejak ia mengajar di SMA 1 Pagai Selatan pada 2019 lalu belum ada perkembangan perbaikan jalan di daerah itu.
SMA 1 Pagai Selatan yang berada di Desa Malakopa itu menurutnya berada tengah-tengah Pulau Pagai Selatan.
Adapun jarak sekolah tempat ia mengajar dengan pelabuhan sekitar 37 kilometer, namun mesti ditempuh dengan waktu dua jam lebih.
Sementara, pada infrastruktur jalan yang sudah baik tentu bisa ditempuh dengan waktu hanya 30 hingga 45 menit saja.
Yani berharap pemerintah memperhatikan kebutuhan masyarakat Pagai Selatan, utamanya perbaikan infrastruktur jalan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.