Kunci Jawaban
Contoh Soal UTBK 2023 dan Pembahasannya
Berikut contoh soal UTBK 2023 dan pembahasannya. Contoh soal UTBK 2023 ini diharapkan membantu siswa sebelum menghadapi ujian.
E. Toxic positivity akan membuat seseorang terus menghindari emosi negatif yang semula penting untuk dirasakan dan diekspresikan.
Kunci Jawaban: D
Pembahasan: Mencari kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan yang sama dengan kalimat tertentu sama halnya dengan mencari variasi kalimat. Sebuah kalimat dapat divariasikan dengan berbagai cara. Namun, hasil dari variasi kalimat tersebut tidak boleh mengubah makna pada kalimat asalnya.
Kalimat (2) berbunyi Seseorang yang terjebak dalam toxic positivity akan terus menghindari emosi negatif, padahal emosi negatif juga penting untuk dirasakan dan diekspresikan. Kalimat tersebut memuat dua klausa. Dari dua klausa dalam kalimat tersebut, didapatkan dua informasi: (1) emosi negatif akan terus dihindari oleh seseorang yang terjebak dalam toxic positivity dan (2) emosi negatif penting untuk dirasakan dan diekspresikan.
Tanpa mengubah maknanya, kalimat (2) dapat divariasikan menjadi Emosi negatif yang penting untuk dirasakan dan diekspresikan (informasi 1) akan terus dihindari oleh seseorang yang terjebak dalam toxic positivity (informasi 2).
Pilihan A tidak tepat. Kalimat pada pilihan A merupakan kalimat yang tidak logis karena susunan anak kalimat dan induk kalimatnya membuat frasa penting untuk dirasakan dan diekspresikan menerangkan seseorang. Padahal, menurut teks, sesuatu yang penting untuk dirasakan dan diekspresikan itu bukan orang, melainkan emosi negatif.
Pilihan B tidak tepat. Pada pilihan B, terdapat informasi bahwa emosi negatif sangat penting untuk dirasakan dan diekspresikan. Informasi tersebut berbeda dengan informasi pada kalimat (2). Dalam kalimat (2), emosi negatif hanya disebut penting (bukan sangat penting) untuk dirasakan dan diekspresikan. Dalam memvariasikan kalimat, seseorang tidak boleh mengubah maksud dari kalimat asalnya sehingga kalimat pada pilihan B tidak tepat.
Pilihan C tidak tepat. Pada pilihan C, disebutkan bahwa emosi negatif penting untuk dirasakan oleh orang dengan toxic positivity. Padahal, pada kalimat (2), emosi negatif hanya disebut penting untuk dirasakan (artinya, penting untuk dirasakan oleh siapa saja, bukan hanya dirasakan oleh orang dengan toxic positivity).
Pilihan E tidak tepat. Pada pilihan E, terdapat kata semula yang menunjukkan bahwa emosi negatif awalnya penting untuk dirasakan dan diekspresikan. Informasi tersebut tidak sesuai dengan kalimat (2).
Berdasarkan penjelasan tersebut, kalimat yang mengungkapkan gagasan yang sama dengan kalimat (2) adalah Emosi negatif yang penting untuk dirasakan dan diekspresikan akan terus dihindari oleh seseorang yang terjebak dalam toxic positivity.
Teks ini digunakan untuk menjawab soal berikut.
(1) Di Jepang, ada sebuah istilah yang terkenal, yaitu wabi-sabi. (2) Istilah itu merupakan filosofi yang kerap digambarkan sebagai seni menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan. (3) Filosofi tentang ketidaksempurnaan ini dapat digunakan untuk mendekorasi rumah atau hunian. (4) Konsep hunian wabi-sabi cukup mirip dengan konsep minimalis karena menerapkan mebel yang sederhana untuk menciptakan suasana teduh. (5) Perbedaannya terletak pada karakterisasi perabot dan mebel yang digunakan. (6) Dalam konsep hunian wabi-sabi, perabot yang biasanya digunakan terbuat dari bahan-bahan alam yang dapat bertahan lama, seperti kayu jati belanda, rotan, atau sulaman rumput. (7) Dengan perabot yang dapat bertahan lama, seseorang tak perlu lagi merogoh kocek untuk membeli perabotan berulang kali.
(8) Selain itu, pewarnaan menjadi fokus dalam konsep hunian tersebut. (9) Penerapan warna dapat dilakukan dengan memilih warna-warna yang terinspirasi dari alam, seperti warna abu-abu, hijau, biru, atau warna yang menyerupai padang rumput. (10) Hal tersebut dilakukan agar tercipta suasana tenang dan damai. (11) Penerapan warna untuk konsep ini tak melulu harus lewat dinding, tetapi pada lantai atau aksesori rumah.
Kania. (2019). Prinsip Wabi-sabi Dalam Desain Hunian Jepang: Keindahan dalam Ketidaksempurnaan. Diambil 15 Desember 2021 dari https://www.dekoruma.com/artikel/92961/prinsip-wabi-sabi.
Topik : Kata, Frasa, dan Makna
Subtopik : Konsep Kilat Makna
4. Ungkapan yang digunakan penulis untuk mengumpamakan sifat yang sama pada bacaan tersebut adalah ....
A. hunian dalam kalimat (3)
B. teduh dalam kalimat (4)
C. bertahan dalam kalimat (6)
D. fokus dalam kalimat (8)
E. tercipta dalam kalimat (10)
Kunci Jawaban: B
Pembahasan: Ungkapan adalah kata yang menyatakan makna khusus atau memiliki makna kiasan/konotatif. Ungkapan yang digunakan penulis untuk mengumpamakan sifat yang sama pada bacaan tersebut adalah kata teduh. Kata teduh memiliki makna kiasan, yaitu ‘tenang; aman’. Makna ini sesuai dengan konteks kalimat (4), yaitu konsep hunian wabi-sabi menciptakan suasana yang tenang.
Pilihan jawaban A tidak tepat karena kata hunian tidak memiliki makna kiasan. Kata hunian bermakna ‘tempat tinggal; kediaman’.
Pilihan jawaban C tidak tepat karena kata bertahan tidak memiliki makna kiasan. Kata bertahan memiliki beberapa makna, yaitu ‘tetap pada tempatnya’, ‘mempertahankan diri’, ‘tidak mau menyerah’, atau ‘ukup untuk beberapa waktu’.
Pilihan jawaban D tidak tepat karena kata fokus tidak memiliki makna kiasan. Kata fokus bermakna ‘pusat’.
Piihan jawaban E tidak tepat karena kata tercipta tidak memiliki makna kiasan. Kata tercipta bermakna ‘sudah diciptakan; terjadi’.
Teks ini digunakan untuk menjawab soal nomor 5–6.
(1) Selama berabad-abad, para gembala dari Desa Aas, di Pyrenees, Prancis, membawa domba dan sapi ke padang rumput. (2) Untuk mengurangi kesunyian saat sedang menggembala, mereka berkomunikasi satu sama lain dengan penduduk desa yang ada di bawah pegunungan. (3) Komunikasi tersebut dilakukan dalam bentuk siulan dengan dialek Gascon lokal. (4) Mereka berkomunikasi dalam kalimat sederhana, seperti “jam berapa?”, “datanglah dan makan”, dan “bawa domba pulang”. (5) Bahasa siul yang digunakan di desa ini baru diketahui oleh orang di luar Aas sekitar pertengahan abad ke-20. (6) Sayangnya, saat itu bahasa siul di desa tersebut hampir sekarat di bibir penggunanya.
(7) Julien Meyer, ahli bahasa dan bioakustik dari Universitas Grenoble Alpes, mengatakan bahwa semua bahasa siul manusia terancam punah. (8) Sebagian besar dari bahasa siul yang tersisa akan hilang dalam dua generasi. (9) Sebenarnya, menurut Meyer, ada upaya yang sedang dilakukan untuk menghidupkan kembali bahasa ini (seperti di Desa Aas), tetapi bahasa ini mungkin tidak dapat bertahan melawan tren yang ada. (10) Praktik bahasa ini akan menghilang apabila jalan, tiang, telepon seluler, dan polusi suara menembus lembah yang dulunya terpencil.
(11) Dulunya, bahasa siul lahir di tempat-tempat yang memiliki kesulitan untuk berkomunikasi jarak jauh (seperti di pegunungan atau hutan lebat). (12) Di tempat-tempat seperti itu, bahasa siul menjadi medium yang efektif karena dapat terdengar lebih jauh. (13) Bahasa siul dapat mencapai 120 desibel–lebih keras daripada klakson–dalam rentang frekuensi 1 hingga 4 kHz.
Tanhati, S. (2021). Bahasa Siul yang Hampir Sekarat di Ujung Bibir Pengguna Terakhirnya. Diambil 13 Desember 2021 dari https://nationalgeographic.grid.id/read/132964946/bahasa-siul-yang-hampir-sekarat-di-ujung-bibir-pengguna-terakhirnya.
Topik : Wacana
Subtopik : Konsep Kilat Analogi
5. Praktik bahasa siul yang akan menghilang sama halnya dengan sesuatu yang terjadi pada ....
A. seseorang yang kehilangan rasa kantuk karena mengonsumsi kopi
B. tamu yang tidak lagi lapar karena menyantap makanan dari tuan rumah
C. pegawai yang terkena PHK karena melanggar aturan-aturan perusahaan
D. karier pebasket yang terancam hancur karena mengalami beberapa cedera
E. jalanan di kota akan lengang saat para penduduk sedang pulang kampung
Kunci Jawaban: D
Pembahasan: Analogi berarti ‘persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yang berlainan’. Untuk mengetahui hubungan analogi yang sama dari kata-kata tertentu, diperlukan pemahaman terhadap makna, fungsi, dan hubungan antarkata terkait. Sementara itu, untuk mencari hubungan analogi dalam sebuah wacana, selain pemahaman-pemahaman tersebut, pembaca juga perlu memahami isi wacana secara utuh.
Teks tersebut membahas tentang bahasa siul manusia. Dalam teks tersebut juga dijelaskan bahwa bahasa siul manusia terancam punah. Praktik bahasa siul akan menghilang apabila jalan, tiang, telepon seluler, dan polusi suara menembus lembah yang dulunya terpencil. Berdasarkan penjelasan tersebut, ada beberapa faktor yang membuat praktik bahasa siul akan menghilang. Untuk mencari analogi yang tepat, kita perlu mencari sesuatu yang akan hilang karena beberapa faktor. Hal tersebut sama dengan sesuatu yang terjadi pada karier pebasket yang terancam hancur karena mengalami beberapa cedera. Pebasket tersebut akan kehilangan kariernya karena beberapa faktor, yaitu cedera. Cedera yang dialami pebasket pun tidak hanya satu, tetapi beberapa.
Pilihan jawaban A tidak tepat. Pada pilihan jawaban A terdapat sesuatu yang sudah hilang, yaitu rasa kantuk. Rasa kantuk tersebut hilang karena sebuah hal, yaitu mengonsumsi kopi.
Pilihan jawaban B tidak tepat. Pada pilihan jawaban B terdapat sesuatu yang sudah hilang, yaitu rasa lapar. Rasa lapar tersebut hilang karena sebuah hal, yaitu makanan dari tuan rumah.
Pilihan jawaban C tidak tepat karena terdapat sesuatu yang sudah hilang, yaitu pekerjaan. Meskipun pekerjaan tersebut hilang dikarenakan beberapa faktor, yaitu aturan-aturan perusahaan. Pilihan jawaban C tidak memiliki analogi yang sama dengan praktik bahasa siul yang akan menghilang.
Pilihan jawaban E tidak tepat. Meskipun ada sesuatu yang akan hilang, yaitu keramaian, pilihan jawaban E tidak memiliki analogi yang sama. Sesuatu yang akan hilang pada pilihan jawaban E disebabkan oleh sebuah hal, yaitu para penduduk pulang kampung.
Topik : Kata, Frasa, dan Makna
Subtopik : Konsep Kilat Makna
6. Perumpamaan pada teks dapat ditemukan pada kalimat ....
A. 6
B. 7
C. 9
D. 11
E. 13
Kunci Jawaban: E
Pembahasan: Perumpamaan adalah perbandingan atau pengibaratan. Dalam hal ini, perumpamaan menunjukkan adanya makna kias dalam suatu kata. Perumpamaan pada bacaan tersebut dapat ditemukan pada kalimat (13), yaitu keras. Kata keras pada kalimat (13) memiliki makna kias, yaitu ‘nyaring’.
Pilihan jawaban A tidak tepat. Frasa yang dapat dicurigai sebagai perumpamaan adalah hampir sekarat. Frasa hampir sekarat bermakna ‘nyaris menjelang kematian’. Kata sekarat pada frasa tersebut merujuk pada kata mati. Kata mati dapat bermakna ‘sudah tidak digunakan lagi (tentang bahasa dan sebagainya)’. Frasa hampir mati tidak memiliki makna kias sehingga tidak dapat dijadikan sebagai perumpamaan.
PIlihan jawaban B tidak tepat. Frasa yang dapat dicurigai sebagai perumpamaan pada kalimat 7 adalah terancam punah. Namun, terancam punah bukan merupakan perumpamaan, melainkan bermakna denotatif.
Pilihan jawaban C tidak tepat. Kata yang dapat dicurigai sebagai perumpamaan pada kalimat 9 adalah menghidupkan. Kata ini tidak memiliki makna kias. Kata menghidupkan bermakna ‘menjadikan hidup’.
Pilihan jawaban D tidak tepat karena tidak ada kata yang bermakna kias. Kata yang dapat dicurigai sebagai perumpamaan pada kalimat 11 adalah kata lahir. Namun, kata lahir bermakna denotatif, yaitu ‘muncul di dunia (masyarakat)’.
Teks ini digunakan untuk menjawab soal nomor 7–8.
(1) Indonesia memiliki kekayaan alat musik yang beragam, tidak hanya jenis notasinya, tetapi juga unsur dan kegunaannya. (2) Selain untuk media hiburan, alat musik dapat digunakan untuk melakukan ritus. (3) Masyarakat Flores menggunakan beghu (alat musik tradisional dari Flores) untuk menjalankan ritus-ritus adat. (4) Beghu dianggap sebagai sesuatu yang sakral bagi masyarakat Flores. (5) Hal ini disebabkan oleh corak kepercayaan animisme yang masih kental di Flores. (6) Kepercayaan tersebut menjadikan beghu sebagai medium untuk berinteraksi dengan roh leluhur. (7) Masyarakat Flores percaya bahwa ketika beghu dimainkan, roh leluhur akan membersamai dan ikut menari di dalam setiap tabuhan irama musik.
(8) Beghu hanya akan dimainkan saat ada penyelenggaraan ritus-ritus keagamaan sehingga tidak boleh dimainkan di sebarang tempat. (9) Pemilihan para pemainnya pun tidak boleh sembarangan. (10) Pemain yang dipilih adalah mereka yang sudah memiliki pengalaman memainkan beghu. (11) Apabila salah memainkan notasinya, mereka akan dikenai denda dan dianggap pelanggaran berat.
(12) Alat musik yang dianggap sakral itu terdiri atas dua buah gendang dan tujuh pasang gong bambu. (13) Gendang yang digunakan dalam beghu adalah laba lewa ‘gendang panjang’ dan laba bhoko ‘gendang pendek’, sedangkan gong bambunya memiliki ukuran dan nada yang berbeda-beda. (14) Karena memiliki dua jenis alat musik (gendang dan gong), beghu termasuk ke dalam alat musik yang dimainkan oleh kelompok ensambel. (15) Beghu dimainkan dengan cara memukul gendang dan gong dengan teknik sahut-menyahut. (16) Teknik yang digunakan dalam memainkan beghu menciptakan pola irama yang menarik untuk didengarkan.
Pranata, G. (2021). Singkap Musik Beghu yang Sakral dan Tersembunyi di Pedalaman Flores. Diambil 22 November 2021 dari https://nationalgeographic.grid.id/read/132942634/singkap-musik-.
Topik : Wacana
Subtopik : Konsep Kilat Ide Pokok dan Simpulan
7. Pada bacaan tersebut, kalimat (6) dan (7) memiliki hubungan ….
A. penambahan
B. penjelasan
C. penguatan
D. perincian
E. penegasan
Kunci Jawaban: B
Pembahasan:
Sebuah paragraf harus memiliki keterkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Hubungan antarkalimat merupakan keterkaitan antara kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terjalin secara logis. Hubungan antarkalimat dapat berupa perincian, pemaparan, penambahan, simpulan, contoh, akibat, penjelasan, atau pertentangan. Untuk menentukan hubungan antarkalimat, pembaca perlu memahami isi dan konteks dari kalimat tersebut.
Kalimat (6) memberikan informasi bahwa beghu menjadi medium untuk berinteraksi dengan roh leluhur. Kemudian, kalimat (7) menyampaikan informasi bahwa saat beghu dimainkan roh leluhur akan membersamai dan ikut menari. Berdasarkan penjelasan tersebut, kalimat (6) dan (7) memiliki hubungan penjelasan. Kalimat (7) menjelaskan hal yang telah dijelaskan pada kalimat (6), yaitu interaksi dengan roh leluhur.
Pilihan jawaban A tidak tepat karena kalimat (7) masih menjelaskan hal yang sama dengan kalimat (6), yaitu interaksi dengan roh leluhur.
Pilihan jawaban C tidak tepat karena kalimat (6) dan (7) tidak saling menguatkan.
Pilihan jawaban D tidak tepat karena kalimat (7) tidak memerinci hal-hal yang dijelaskan pada kalimat (6).
Pilihan jawaban E tidak tepat karena pada kalimat (7) tidak terdapat informasi yang menegaskan kalimat (6).
Topik : Kata, Frasa, dan Makna
Subtopik : Konsep Kilat Makna
8. Reduplikasi sahut-menyahut pada paragraf ke-3 memiliki makna yang sama dengan kata ….
A. jawaban
B. balasan
C. bereaksi
D. merespon
E. bersambutan
Kunci Jawaban: E
Pembahasan:
Reduplikasi merupakan proses pengulangan kata atau unsur kata. Sahut-menyahut adalah reduplikasi dari kata dasar sahut. Reduplikasi dalam sahut-menyahut termasuk pengulangan kata yang disertai pengafiksan karena kata sahut diulang dengan kata menyahut yang memiliki afiks meng-. Reduplikasi sahut-menyahut memiliki makna ‘bersahut-sahutan’ yang bersinonim dengan kata ‘bersambutan’. Kata bersambutan memiliki makna ‘bersahutan, berbalasan, jawab-menjawab’.
Pilihan jawaban A dan B tidak tepat. Kata jawaban dan balasan saling bersinonim. Kedua kata tersebut tidak memiliki makna yang sama dengan reduplikasi sahut-menyahut. Selain itu, kedua kata tersebut berfungsi sebagai nomina.
Pilihan jawaban C tidak tepat karena kata bereaksi memiliki makna yang tidak sesuai dengan konteks paragraf ke-3. Dalam KBBI, kata bereaksi bermakna ‘mengadakan reaksi’.
Pilihan jawaban D tidak tepat karena makna kata merespons tidak sesuai dengan konteks paragraf ke-3. Kata merespons memiliki makna ‘memberikan respons; menanggapi’.
Teks ini digunakan untuk menjawab soal nomor 9–10.
(1) Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa korban kekerasan seksual didominasi oleh perempuan, sedangkan mayoritas pelaku kekerasan seksual adalah laki-laki. (2) Namun, hal tersebut tidak dapat menafikan fakta bahwa kekerasan seksual dapat terjadi pada laki-laki. (3) Dalam sebuah studi, diungkapkan bahwa ada 33 persen laki-laki yang mengalami kekerasan seksual, khususnya dalam bentuk pelecehan seksual. (4) Bahkan, berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tahun 2017, untuk kelompok umur 13—17 tahun, prevalensi kekerasan seksual terlihat lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. (5) Diketahui bahwa prevalensi kekerasan seksual pada laki-laki usia tersebut mencapai 8,3 persen, dua kali lipat lebih tinggi daripada prevalensi kekerasan seksual pada perempuan yang mencapai 4,1 persen
(6) Temuan-temuan tersebut menjadi menarik karena laki-laki selama ini jarang dianggap sebagai korban kekerasan seksual. (7) Namun, jika ditelusuri lebih lanjut, anggapan itu mungkin muncul karena banyak kasus kekerasan seksual pada laki-laki tak terungkap ke permukaan. (8) Pencarian kasus kekerasan seksual terhadap laki-laki dan penelitian terkait dampak kekerasan seksual pada laki-laki pun masih kurang. (9) Bahkan, ketika ada pun, data yang menunjukkan terjadinya kekerasan seksual pada laki-laki seringkali diacuhkan.
(10) Lebih lanjut, dalam masyarakat, melekat pula toxic masculinity, yakni suatu tekanan budaya bagi laki-laki untuk berperilaku dan bersikap dengan cara tertentu. (11) Dengan mengakarnya toxic masculinity, laki-laki dianggap cukup kuat dan harus mampu melakukan perlawanan ketika kekerasan seksual terjadi. (12) Akibatnya, laki-laki korban seksual seringkali merasa lemah dan tidak berharga karena tidak mampu melindungi diri. (13) Itulah yang menjadikan sebagian laki-laki korban kekerasan seksual enggan melaporkan kasusnya.
Ashila, B.I. dan Naomi R. B. (2021). Kekerasan Seksual pada Laki-Laki: Diabaikan dan Belum Ditangani Serius. Diambil 30 Desember 2021 dari http://ijrs.or.id/kekerasan-seksual-pada-laki-laki-diabaikan-dan-belum-ditangani-serius/.
Topik : Wacana
Subtopik : Konsep Kilat Tujuan dan Keberpihakan Penulis
9. Bagaimana sikap penulis dalam bacaan tersebut?
A. Prihatin terhadap pandangan masyarakat akan kasus kekerasan seksual pada laki-laki.
B. Peduli kepada laki-laki dan perempuan yang menjadi korban kasus kekerasan seksual.
C. Was-was akan berbagai penyebab terjadinya kekerasan seksual pada laki-laki.
D. Mendukung korban kekerasan seksual untuk melaporkan dan mendata kasusnya.
E. Khawatir dengan makin banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia.
Kunci Jawaban: A
Pembahasan:
Seorang penulis pasti memiliki tujuan dan sikap tersendiri dalam menuliskan suatu teks. Tujuan dan sikap tersebut umumnya disampaikan secara tersirat dan dapat disimpulkan berdasarkan isi teks. Oleh karena itu, agar bisa mengetahui tujuan dan sikap penulis dalam sebuah teks, pembaca perlu memahami maksud teks secara keseluruhan.
Bacaan dalam soal terdiri dari dua paragraf. Pada paragraf pertama, penulis mengungkapkan bahwa ada laki-laki yang mengalami kekerasan seksual meskipun selama ini hal tersebut dianggap tidak lazim. Dalam paragraf 2, penulis menyebutkan hal-hal yang mungkin menyebabkan kasus kekerasan seksual pada laki-laki dianggap tidak lazim dan sering diabaikan. Penulis menyebutkan bahwa hal tersebut mungkin terjadi karena berbagai hal yang bersumber pada toxic masculinity (berkaitan dengan pandangan masyarakat terhadap laki-laki). Toxic masculinity tersebut akhirnya menyebabkan laki-laki yang menjadi korban enggan melaporkan kasusnya. Berdasarkan isi bacaan, dapat disimpulkan bahwa penulis prihatin terhadap pandangan masyarakat akan kasus kekerasan seksual pada laki-laki. Keprihatinan tersebut ditunjukkan oleh kalimat-kalimat pada paragraf 2.
Pilihan B dan E tidak tepat. Hal yang dibahas pada bacaan adalah kasus kekerasan seksual pada laki-laki, bukan kasus kekerasan seksual secara umum yang terjadi pula pada perempuan.
Pilihan C tidak tepat. Pada bacaan, penulis hanya menyebutkan kemungkinan yang menjadikan kekerasan seksual pada laki-laki kurang mendapat perhatian. Penulis tidak membahas penyebab kekerasan seksual pada laki-laki.
Pilihan D tidak tepat. Pada kalimat (12), disebutkan bahwa laki-laki korban kekerasan seksual enggan melaporkan kasusnya. Namun, penulis tidak menjelaskan lebih lanjut terkait hal tersebut dan tidak menunjukkan dukungan agar korban kekerasan seksual melaporkan dan mendata kasusnya. Selain itu, pihak yang mendata kasus bukanlah korban, melainkan pihak yang berwenang yang dapat melakukan pencatatan.
Topik : Konjungsi dan Kalimat
Subtopik : Konsep Kilat Kalimat Efektif
10. Kalimat yang TIDAK efektif dalam bacaan tersebut adalah ….
A. kalimat (4)
B. kalimat (5)
C. kalimat (6)
D. kalimat (8)
E. kalimat (12)
Kunci Jawaban: C
Pembahasan:
Kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat dipahami maksudnya secara tepat oleh pembaca. Agar efektif, sebuah kalimat perlu ditulis dengan memperhatikan kelengkapan struktur dan kelogisan, kesejajaran, serta kehematan dan kecermatan. Kalimat yang tidak efektif dalam bacaan tersebut adalah kalimat (6). Secara umum, struktur kalimat (6) adalah K-S-P-K dengan analisis sebagai berikut: Namun (konjungsi antarkalimat), jika ditelusuri lebih lanjut (K), anggapan itu (S) mungkin muncul (P) karena banyak kasus kekerasan seksual pada laki-laki tak terungkap ke permukaan (K). Jika dirinci lebih lanjut, kalimat tersebut mengandung 1 induk kalimat serta 2 anak kalimat, yakni sebagai berikut.
Induk kalimat: anggapan itu (S) mungkin muncul (P)
Anak kalimat 1: jika (konj.) ditelusuri lebih lanjut (P)
Anak kalimat 2: karena (konj.) banyak (P) kasus kekerasan seksual pada laki-laki (S) tak terungkap (P) ke permukaan (K)
Pada anak kalimat kedua, terdapat dua predikat tanpa disertai konjungsi di antara keduanya. Hal tersebut menjadikan kalimat tidak efektif. Agar efektif, kata yang (konjungsi perluasan) dapat ditambahkan di belakang kata laki-laki sehingga struktur anak kalimat kedua akan menjadi seperti berikut: karena (konj.) banyak (P) kasus kekerasan seksual pada laki-laki (S) yang tak terungkap ke permukaan (Perluasan S). Sementara itu, kalimat (4), (5), (8), dan (12) sudah efektif.
Kalimat (4): Bahkan (konj.), berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tahun 2017 (K), untuk kelompok umur 13-17 tahun (K. tambahan), prevalensi kekerasan seksual (S) terlihat (P) lebih tinggi (Pel) pada laki-laki daripada perempuan (K).
Kalimat (5): Temuan-temuan tersebut (S) menjadi (P) menarik (Pel) karena laki-laki selama ini jarang dianggap sebagai korban kekerasan seksual (K).
Kalimat (8): Bahkan (konj.), ketika ada pun (K), data yang menunjukkan terjadinya kekerasan seksual pada laki-laki (S) seringkali diacuhkan (P).
Kalimat (12): Itulah (P) yang menjadikan sebagian laki-laki korban kekerasan seksual enggan melaporkan kasusnya (S).
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 35 Kurikulum Merdeka: Eksplorasi Kosakata |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 30 Kurikulum Merdeka: Bab 2 Buku-Buku Berbicara |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Kurikulum Merdeka Halaman 25: Deskripsi Melalui Infografik |
![]() |
---|
Kunci Jawaban PPG 2025: Refleksi Penerapan Pendekatan Understanding by Design |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Modul 3 FPPN Topik 1 Subtema 2 PPG 2025 di Ruang GTK, Cerita Ki Hadjar Dewantara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.