Kabupaten Solok
Curhat Nelayan Tradisional di Danau Singkarak: Ikan Bilih Kini Sulit Didapat, Keramba Makin Banyak
Sejumlah nelayan tradisional di Danau Singkarak, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mengalami penurunan hasil tangkapan dalam beberapa
Penulis: Nandito Putra | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM, SOLOK - Sejumlah nelayan tradisional di Danau Singkarak, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mengalami penurunan hasil tangkapan dalam beberapa tahun terakhir.
Terungkap curahan hati atau curhat dari nelayan tradisional setempat, bahwa keberadaan Ikan bilih, yang juga biota air tawar endemik di Danau Singkarak, kini juga sulit didapat.
Hasil tangkapan kian hari kian sedikit, sementara jumlah keramba semakin banyak, demikian pengakuan sejumlah nelayan, Jumat (25/11/2022).
Seorang nelayan yang merasakan sulitnya menangkap ikan adalah Jon Kenedi (54), warga setempat.
Warga Nagari Paninggahan, Kecamatan Junjung Sirih, Kabupaten Solok ini mengatakan, sekarang dalam sehari, ia hanya mampu menangkap ikan bilih 1 kg atau lebih sedikit.
"Apalagi kalau musim panas dan air danau menyusut, dalam dua hari kadang kosong tanpa tangkapan," katanya kepada Tribunpadang.com.
Kenedi menangkap ikan bilih dengan alat tangkap berupa bagan apung.
Bagan atau keramba yang sudah dipasangkan jala, diletakan 50 meter dari tepian danau. Pada malam hari, Kenedi mengandalkan cahaya lampu untuk memikat ikan agar masuk ke dalam keramba.

Kenedi mengatakan, sulitnya menangkap ikan bilih karena banyaknya jumlah keramba apun yang berpoerasi di Singkarak.
"Ini setiap hari terus diambil, lama-lama pasti berkurang ikan yang ada di danau," katanya.
Kesulitan hasil tangkapan juga dirasakan Ediswar, 41. Warga asal Nagari Saniangbaka, Kecamatan X Koto Singkarak ini juga mengelola satu unit keramba apung.
Meski sudah dilarang menggunakan jala yang rapat, Ediswar mengatakan hampir sebagian besar pemilik keramba di Danau Singkarak menangkap ikan bilih dengan jala yang rapat.
Ediswar termasuk satu di antara nelayan, yang menolak menggunakan jala rapat. Oleh sebab itu, hasil tangkapan ikan bilihnya tak seberapa.
"Kadang sehari dapat satu kilo, kadang dua kilo," katanya.
Penggunaan jala yang rapat, kata dia, mengakibatkan ikan berukuran kecil juga terperangkap.
Ia menduga, kebiasaan inilah yang akhirnya semakin mempersulit nelayan karena jumlah ikan bilih tidak berkembang.
Ia mengenang, semasa kecil, ikan bilih begitu mudah ditemukan di Danau Singkarak dan jumlahnya melimpah.
"10 tahun terakhir ini sudah mulai jarang, tidak tahu entah mau habis ikan ini atau bagaimana," katanya.(TribunPadang.com/Nandito Putra).