Cerita Slamet, Nelayan di Teluk Bayur Padang yang Beli Minyak Sejauh 20 KM untuk Melaut Sehari
Para nelayan di Teluk Bayur, Kota Padang harus menempuh jarak 20 kilometer demi mendapatkan satu jeriken BBM jenis Pertalite.
Penulis: Nandito Putra | Editor: Fuadi Zikri
Namun mereka tak terlalu mempersoalkan kenaikan itu, melainkan lebih ke kesulitan memperolehnya.
"Pernah beli ketengan juga, tapi modalnya jauh lebih mahal lagi. Saya sekali melaut bisa habis 15 liter," tuturnya.
Dedy dan Slamet mengaku telah mengadu ke Dinas Perikanan Kota Padang, namun belum menemukan solusi. Slamet menyebut, mereka diminta menunggu dan bersabar.
Tribunpadan.com mencoba menghubungi Kepala Dinas Perikanan Kota Padang Guswardi melalui sambungan telepon dan via WhatsApp namun belum tersambung.
Sementara, dosen dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Bung Hatta, Eni Kamal mengatakan, persoalan ini terjadi karena tak adanya SPBU khusus nelayan di kawasan Teluk Bayur.
"Dulu ada SPBU khusus nelayan di Pasia Jambak, tapi sekarang juga sudah tidak beroperasi," kata Kamal.
Kamal menyebut, adanya SPBU nelayan menjamin keterjangkauan nelayan mendapatkan BBM. Menurutnya, pemerintah seharus bisa menjamin akses bahan bakar bagi nelayan.
Kamal berpendapat, naiknya harga BBM dan sulitnya mendapatkan Pertalite semakin memperbesar angka kemiskinan, khususnya bagi nelayan tradisional.
Ia menuturkan, pada kondisi cuaca tidak menentu seperti sekarang, beban yang dialami nelayan dan keluarganya semakin berat.
"Dengan naiknya harga BBM, nelayan tradisional dua kali lipat masalah yang mereka dapat," katanya lewat panggilan telepon. (TribunPadang.com/Nandito Putra)