Citizen Journalism

Kisah Syekh Maulana Sofi dan Masjid 60 Kurang Aso di Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Sumbar

KEBERADAAN Syekh Maulana Sofi merupakan seorang tokoh agama terpandang dengan karomah luar biasa di Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu.

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA
Masjid 60 Kurang Aso ditetapkan sebagai situs cagar budaya, Pasir Talang. Dari sini, kisah turun-temurun dari masyarakat sekitarnya, terungkap bahwa dulunya terdapat Syekh Maulana Sofi yang turut membangun rumah ibadah. 

Citizen Journalism oleh: Muhammad Asyrafi

KEBERADAAN Syekh Maulana Sofi merupakan seorang tokoh agama terpandang dengan karomah luar biasa di Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu.

Berdasarkan Kisah turun-temurun dari masyarakat sekitar, ada satu kejadian luar biasa d iluar nalar manusia yang diperlihatkan oleh Syekh Maulana Sofi.

Sebuah kerajaan tua yang terletak di Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).

Berdasar catatan dan data yang penulis himpun, bahwa Syekh Maulana Sofi lahir pada 02 Februari 1730 di Pasir Talang, dan meninggal 88 tahun kemudian yakni pada 08 Februari 1818 silam.

Konon kabarnya beliau terlahir dengan keadaan terbungkus oleh selaput tipis yang hanya bisa bisa dibelah dengan sebilah sembilu.

Kejadian ajaib lainnya yaitu ketika tubuh bayi beliau yang masih kecil diletakkan di atas lantai papan, yang seketika suara petir berdentum keras dan lantai papan tersebut patah.

Kisah bermula pada hari Jum’at, ketika beliau sedang mencukur rambut ketika hendak melaksanakan Salat Jumat.

Beliau datang ke sebuah tempat cukur di daerah, yang sekarang disebut sebagai Balai Jumat, berlokasi di sekitar Masjid 60 Kurang Aso.

Ketika rambut beliau sedang dicukur, beliau duduk dengan tenang dan terlelap.

Namun, seketika beliau terbangun, mengatakan kepada tukung cukur tersebut “nanti saja dilanjut, saya ada keperluan penting” dan bergegas pergi.

Beliau pergi dalam keadaan rambut masih sebelah tercukur. Tak lama kemudian, beliau menghilang begitu saja dari pandangan tukung cukur tersebut.

Selang dua jam kemudian, beliau kembali dan melanjutkan cukurannya. Tukung cukur yang masih ternganga keheranan lantas menanyakan apa yang baru saja terjadi.

Kisah ini kemudian menjadi bahan pembicaraan masyarakat sekitar. Ada yang percaya, namun ada juga yang membantah dengan tegas.

Singkat cerita, kejadian itu bertepatan dengan musim Haji. Sepulangnya rombongan Haji dari daerah tersebut, masyarakat beramai-ramai menanyakan pengalaman mereka selama berada di Makkah.

Selanjutnya, ada kisah unik lainnya tentang Syekh Maulana Sofi lainnya adalah ketika beliau hendak mendirikan Masjid 60 Kurang Aso.

Suatu ketika beliau mengusulkan untuk mendirikan sebuah masjid karena jamaah yang terus bertambah.

Masjid tersebut direncakan untuk dibangun dengan 59 buah tiang yang melambangkan jumlah kaum yang ada di Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu tersebut.

Syekh Maulana Sofi mendapat tugas untuk membawa satu buah tiang sebagai perwakilan kaumnya. Namun saat beliau pergi ke hutan untuk menebang kayu yang dibutuhkan, beliau mengalami kejadian aneh.

Saat beliau mengayunkan kapak, terdengar suara rintihan kesakitan namun tidak ada orang di sekitar. Beliau mencoba mengayunkan lagi kapaknya dan saat itulah beliau mendengar bahwa pohon yang ia tebang tersebut menjerit kesakitan.

Beliau lantas mengurungkan niatnya untuk menebang pohon tersebut dan Kembali ke lokasi pembangungan masjid.

Tampak depan halaman depan Masjid 60 Kurang Aso di siang hari, Pasir Talang, 05 April 2022. Dari sini, kisah turun-temurun dari masyarakat sekitarnya, bahwa di darah ini konon dulunya terdapat Syekh Maulana Sofi yang turun membangun rumah ibadah.
Masjid 60 Kurang Aso ditetapkan sebagai situs cagar budaya, Pasir Talang. Dari sini, kisah turun-temurun dari masyarakat sekitarnya, bahwa di daerah ini, terungkap bahwa dulunya terdapat Syekh Maulana Sofi yang turut membangun rumah ibadah. (ISTIMEWA)

Karena beliau tidak berhasil membawa tiang yang sudah dijanjikan, masyarakat kesal karena itu merupakan perjanjian. Namun, Syekh Maulana Sofi dengan sabar mengumpulkan kayu-kayu buangan di sekitar dan membalutnya dengan sehelai kain putih yang panjang.

Masyarakat lantas mengejek beliau dan bertanya keheranan apa yang akan beliau lakukan dengan kayu-kayu tersebut. Setelah semua kayu terkumpul, beliau lalu melakukan salat dan bermohon kepada Allah SWT.

Atas izin Allah SWT, kumpulan kayu-kayu tersebut menyatu dan menjadi sebuah tiang besar yang kokoh. Masyarakat kemudian takjub setelah melihat apa yang baru saja terjadi.

Tiang yang dibuat oleh Syekh Maulana Sofi atas izin Allah tersebut kemudian diberi nama tonggak macu. Bahkan, konon juga sempat sebuah kejadian ketika masyarakat sedang salat berjamaah dan tiba-tiba saja terjadi gempa yang dahsyat.

Anehnya, yang berguncang hanyalah masjid tersebut dan daerah sekitar sangat tenang seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

Setelah kejadian tersebut terjadi beberapa kali, masyarakat kemudian mengetahui bahwa tiang tersebut akan bergetar dengan dahsyat ketika ada orang yang berlaku tidak sopan. Di antaranya, apabila ada yang berkata-kata jorok atau mendekatkan jempol kakinya ke tiang tersebut.

Masyarakat percaya bahwa Syekh Maulana Sofi marah ketika hal-hal tersebut dilakukan dan memberi peringatan dengan cara tersebut. Konon masyarakat percaya bahwa siapapun yang bisa memeluk tiang tersebut kelak keinginannya akan terkabul.

Depan Pagu
Halaman depan Masjid 60 Kurang Aso di siang hari, Pasir Talang, di Kecamtan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

Baca juga: Kisah Inspiratif Nick Vujicic, Motivator Pengidap Sindrom Tetre-amelia, Penulis Life Without Limit

Bangunan yang didirikan pada 1700-an, masjid ini memiliki arsitektur bercorak perpaduan Hindu-Jawa dan Minangkabau. Masjid ini berukuran 17x17x17 m2, dengan berfilosofikan jumlah rakaat shalat fardhu sehari-semalam.

Masjid ini memiliki tiga lantai yang melambangkan tingkatan ajaran Islam, yakni syari’at, hakikat, dan ma’rifat. Jumlah anak tangga untuk naik ke lantai 2 ada 6 buah, yang melambangkan rukun iman.

Dan, untuk naik ke lantai 3 terdapat tekukan kayu pada tonggak macu (tiang utama) yang berjumlah 5 buah, yang melambangkan rukun Islam.

Kemudian, atap masjid ini berbentuk limas bersusun tiga, yang melambangkan susunan masyarakat ada di Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu, yakni suku, paruik, dan anak paruik.

Pada lantai dasar, terdapat 5 tingkok (jendela), 2 buah tingkok menghadap di sisi utara melambangkan jumlah rakaat Salat Subuh. Sedangkan, 3 buah tingkok di sisi selatan melambangkan jumlah rakaat shalat Maghrib. Pada lantai 2, terdapat 4 buah tingkok yang melambangkan jumlah rakaat Salat Zuhur, Ashar, dan Isya.

Pada lantai 3, terdapat 2 buah tingkok, yang melambangkan jumlah rakaat shalat sunnah. Dan satu tingkok di kubah melambangkan ketauhidan dan ke Esa-an Allah SWT.

Serangkaian kisah tentangn Syekh Maulana Sofi beserta Masjid 60 Kurang Aso, hingga beliau jadi  ulama terpandang serta dihormati oleh masyarakat sekitar.

Sampai saat ini, Masjid 60 Kurang Aso dan makam Syekh Maulana Sofi tersebut dirawat dan dijaga oleh masyarakat sekitar. Wisatawan juga dapat berkunjung ke Masjid 60 Kurang Aso dan berziarah ke makam Syekh Maulana Sofi tersebut yang berlokasi di area yang sama.(Penulis, Mahasiswa Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved