Sekretaris MUI Padang: Hewan Ternak Tertular PMK Kategori Berat Tidak Sah Dijadikan Hewan Kurban
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang Mulyadi Muslim mengatakan, hewan yang tertular Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) tidak terhalang
Penulis: Rima Kurniati | Editor: Mona Triana
Laporan Reporter TribunPadang.com, Rima Kurniati
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang Mulyadi Muslim mengatakan, hewan yang tertular Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) tidak terhalang untuk dijadikan hewan kurban selama memenuhi ketegorinya.
Dijelaskan, hewan yang terkena PMK dengan gejala klinis kategori ringan dan sedang masih sah dijadikan hewan kurban.
Baca juga: Dekan Faterna Unand: PMK Pernah Merebak di Indonesia saat Zaman Belanda
Baca juga: Persiapan Hewan Kurban saat Wabah PMK di Limapuluh Kota, Disnak: Stok Kita 60 Persen dari Kebutuhan
Hewan yang tertular PKM kategori ringan memiliki gejala seperti lepuh ringan pada celah kuku, kondisi lesu, tidak nafsu makan, dan keluar air liur lebih dari biasanya.
"Penentuan ketegori lebih afdalnya dokter hewan. Namun biasanya hewannya tidak kurus, tidak nafsu makan dan keluar air liur lebih dari biasanya," kata Mulyadi Muslim, Kamis (2/6/2022).
Baca juga: 130 Ternak Terjangkit PMK di Payakumbuh: Angka Kematian Nihil, dan Sebagian Mulai Sembuh
Baca juga: Seekor Sapi di Limapuluh Kota Terjangkit PMK, Disnak: Kondisinya Makin Membaik
Dikatakannya, masa ingkubasi penyakit PMK ini selama 14 hari, dikategorikan sedang apabila tertular masih 7 sampai 8 hari.
Apabila tertular masih pada hari 1 sampai hari 3 itu maka masih dikategori sebagai penyakit PMK kategori ringan.
"Sementara kalau sudah lewat sepuluh hari dan nafsu makannya turun, badannya kurus hampir sekarat itu, dalam fatwa mui kategori berat itu tidak sah dijadikan hewan kurban," ungkapnya.
Baca juga: Sebanyak 297 Hewan Ternak di Padang Pariaman Terinfeksi PMK, 3 Diantaranya Sudah Dinyatakan Sembuh
Baca juga: Berita Populer Sumbar: 1.022 Hewan Ternak Terinfeksi PMK, Rusa Kesasar di Ruas Jalan Bukittinggi
Ia menjelaskan, hewan yang terkena PMK dengan gejala klinis kategori berat hukumnya tidak sah dijadikan hewan kurban.
Gejala klinis kategori berat seperti lepuh pada kuku hingga terlepas dan atau menyebabkan pincang atau tidak bisa berjalan serta menyebabkan sangat kurus.
"Hewan PMK yang kategori berat ini tidak boleh sebab tidak memenuhi syarat sah bekurban itu hewan yang sehat, gemuk dan tidak kena penyakit," ungkapnya.
Baca juga: Sudah 1.022 Ekor Hewan Ternak di Sumbar Terinfeksi PMK, 2 Ekor Dipotong Paksa
Baca juga: Pedagang Daging Sapi di Pasar Pariaman Prediksi akan Ada Kenaikan Harga Akibat PMK
Ia mengatakan, untuk menentukan hewan kurban yang layak juga perlu dilakukan koordinasi dengan dokter hewan.
Mulyadi Muslim menambahkan, hewan yang terkena PMK dengan gejala klinis kategori berat dan sembuh dari PMK dalam rentang waktu yang dibolehkan kurban pada tanggal 10 sampai dengan 13 Dzulhijjah, maka hewan ternak tersebut sah dijadikan hewan kurban.
Begitu juga dengan hewan yang terinfeksi PMK memiliki gejala klinis kategori berat dan kemudian sembuh dari PMK setelah lewat rentang waktu yang dibolehkan berkurban tanggal 10 sampai dengan 13 Dzulhijjah, maka sembelihan hewan tersebut dianggap sedekah dan bukan hewan kurban. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/padang/foto/bank/originals/Akibat-wabah-penyakit-mulut-dan-kuku-PMK.jpg)