Saran Asrinaldi untuk Pemda terkait Pernyataan Megawati soal Sumbar yang Sudah Berubah
Pengamat Politik Universitas Andalas (Unand) Asrinaldi minta semua pihak mengapresiasi positif pendapat Ketua Umum PDIP Megawati
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: afrizal
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Pengamat Politik Universitas Andalas (Unand) Asrinaldi minta semua pihak mengapresiasi positif pendapat Ketua Umum PDIP Megawati soal penilaiannya terhadap Sumbar.
“Saya tanya kenapa sih Sumatera Barat menjadi berubah ya Buya (Ahmad Syafii Maarif)? Sudah tidak adakah yang namanya tradisi bermusyawarah mufakat oleh Ninik Mamak itu?,” ungkap Megawati.
Hal itu dilontarkan Megawati saat menyampaikan pidato di Hari Ulang Tahun (HUT) ke-49 PDIP.
Megawati juga menyebutkan saat ini Provinsi Sumatera Barat juga sepi.
Baca juga: Sering Soroti Sumbar, Gubernur Mahyeldi jadi Ingin Ketemu Megawati dan Puan Maharani
Baca juga: Dikritik Megawati Sumbar Sudah Beda Dibandingkan Dulu, Gubernur Mahyeldi: Saya Ingin Bertemu
“Sekarang saya tanya saja ke orang di Sumatera Barat, rasanya kok jadi kayak sepi begitu ya, di sana,” tambahnya.
Menurut Asrinaldi, pernyataan Megawati tersebut dapat dilihat dari dua dimensi.
Pertama, dimensi Megawati yang memang ada keturunan Minang dari ibunya, Fatmawati.
Apalagi secara sosiobudaya, Megawati dekat dengan Minangkabau.
"Dia juga mendapatkan sako ketika beliau dengan Taufik Kiemas. Tentu dia merasakan adanya perubahan karena beliau juga hidup di zaman awal kemerdekaan," kata Asrinaldi.
Kemudian juga dapat dilihat dari interaksinya dengan tokoh-tokoh Sumatera Barat, yang memang menjadi Founding Fathers bangsa ini.
Baca juga: Soal Ucapan Puan Maharani tentang Sumbar, Fadli Zon: Jangan Sampai Kita Menjadi Malin Kundang
Dari situ, Megawati melihat ada perubahan dalam konteks atmosfir cara berpikir dialektifka orang Minangkabau hari ini.
"Sebetulnya bagian dari autokritik menurut saya yang harus menjadi sinyal dan perhatian oleh orang Minangkabau," terang Asrinaldi.
Kedua, pernyataan Megawati itu juga terkait dengan ideologi partai PDIP yang nasionalisme.
Dalam konteks ini nasionalisme yang dulunya diperjuangkan oleh orang Minangkabau dalam mendirikan bangsa ini seakan-akan di zaman sekarang sudah bergeser ke arah yang sektarianisme.