Yulia Pedagang Es Cendol di Pariaman, Sering Bagikan Jualan Secara Gratis ke Masjid
Cindua takacau hari hujan' ialah sebuah istilah umum berbahasa Minang, yang biasanya keluar dari mulut orang Minangkabau.
Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Mona Triana
Ia menyampaikan bahwa beberapa hari pada pekan lalu, ia tidak berjualan karena cuaca ekstrem yang melanda Kota Pariaman selama berhari-hari.
Baca juga: 47 Unit Rumah di Pariaman Tengah Rusak Akibat Angin Puting Beliung Kamis Tengah Malam
Baca juga: Pemko Pariaman Bantu 1 Ton Beras untuk Korban Banjir Ulakan, Genius Umar Bersua Suhatri Bur
Kemudian kata dia, bila dirata-ratakan, setiap hari dagangannya bisa laris sebanyak 30 hingga 40 porsi.
"InsyaAllah jika cuaca bagus, dagangan saya bisa habis semua sekira 40 porsi es cendol," ungkap dia.
Dengan 40 porsi yang terjual tersebut, tentu ia bisa membawa pulang uang sebanyak Rp 200 ribu, namun itu sudah termasuk modal yang dikeluarkan sebanyak Rp 150 ribu.
Baca juga: Peringatan Dini BMKG: Waspada Potensi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang di 6 Daerah Sumbar
"Jika habis semua, saya bisa dapat uang bersih Rp 50 ribu," tambah dia..
Selain pembeli yang memang sengaja membeli cendol ke tempat, sesekali beberapa rumah makan di Kelurahan Jawi-Jawi II juga memesan es cendol untuk pelanggan warung nasi Padang tersebut.
Yulia mengaku bahwa Es Cendol Fajri merupakan usaha milik anaknya, sedangkan ia hanya membantu untuk menjualnya.
Baca juga: ACT Padang Kirim Satu Truk Bantuan Untuk Pengungsi Erupsi Semeru
Selain itu, kata dia, gerobak yang ia gunakan untuk berjualan es cendol ini merupakan sumbangan dari sebuah komunitas di Kota Pariaman.
"Sepeninggal suami saya yang meninggal dunia, ada komunitas yang membantu memberi sebuah gerobak jualan, dan gerobak itu yang saya gunakan saat ini berjualan cendol," ungkap Yulia.
Ibu 3 anak ini juga punya profesi lain yaitu sebagai perias di salon yang ia miliki sendiri.
Baca juga: Mengenal Kelebihan Suzuki XL 7 dari Sisi Interior dan Eksterior, Ada Bold Lead Rear Combination Lamp
Salon tersebut berada persis di pekarangan rumahnya yang berjarak sekitar 5 meter dari lokasinya berjualan es cendol.
Pantauan TribunPadang.com, salon Yulia tidak berada di dalam ruangan, melainkan memang dipekarangan rumahnya.
Cermin besar tampak di tempel di dinding rumahnya, sedangkan alat-alatnya berada di dalam rumah.
"Jika ada orang yang ingin berias, potong rambut atau sebagainya, maka gerobak cendol dijaga oleh anak saya hingga saya selesai merias," ucap dia.
Di samping itu, sebenarnya Yulia juga pernah mencoba berjualan makanan dan minuman ringan, yang juga didepan rumahnya, namun saat ini belum ia lanjutkan karena modalnya yang belum cukup.
"Beberapa waktu lalu, saya jualan makanan dan minuman, namun tidak terlalu laku, sehingga modal tak ada lagi untuk mengisi warung ini," tuturnya.
Ia berujar bahwa sebelumnya seorang anggota DPRD di Kota Pariaman berniat membantu untuk memberi modal untuk warungnya.
"Alhamdulillah ada yang mau bantu, tapi masih di survei, semoga segera direalisasikan," pungkas dia. (*)