Fakta Menarik Adu Pinalti PSKB Bukittinggi vs Gasliko 50 Kota di Partai Final Liga 3 Sumbar
Ada hal menarik saat babak adu penalti antara PSKB Bukittinggi menghadapi Gasliko 50 Kota di partai final Liga 3 Sumbar.
Penulis: Panji Rahmat | Editor: afrizal
Laporan Wartawan TribunPadang com, Rahmat Panji
TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Ada hal menarik saat babak adu penalti antara PSKB Bukittinggi menghadapi Gasliko 50 Kota di partai final Liga 3 Sumbar.
Bermain imbang di waktu normal dengan skor 1-1, kedua tim melanjutkan pertandingan ke babak tambahan 15 menit kali 2.
Namun di babak tambahan kedua tim tidak mampu menyelesaikan pertandingan dengan cepat, sehingga pertandingan dilanjutkan ke babak tos-tosan.
Baca juga: PSKB Bukittinggi Juara Liga 3 Asprov Sumbar, Erman Safar Umbar Soal Bonus Pemain
Baca juga: Sukses Bawa PSKB Bukittinggi Juara di Sumbar, Gusnedi Adang Sudah Siapkan Rencana di Liga 3 Nasional
Sebelum memasuki babak tos-tosan pelatih PSKB Bukittinggi Gusnedi Adang melakukan pergantian penting.
Daeng sapaan akrabnya menarik keluar kiper PSKB Bukittinggi Mico Ferdiansyah pada menit 119 dan digantikan oleh Syamsul Arifin.
Benar saja keputusan ini, Syamsul Arifin mampu menahan tendangan penalti pertama dan kedua Gasliko 50 Kota yang dieksekusi oleh Aidil Putra dan Boby Candra.
Serta tendangan keempat pemain Gasliko Adam Adnan juga melebar jauh dari gawang, alhasil PSKB Bukittinggi menang di babak adu penalti 3-1 dengan skor akhir 4-2.
Kendati memiliki kiper yang piawai Gusnedi Adang tidak berani sekalipun menoleh pada para pemain PSKB Bukittinggi saat babak adu penalti berlangsung.
Terlihat mantan pemain Semen Padang FC itu selalu membelakangi gawang tempat babak adu penalti dilaksanakan.
Daeng hanya bersorak tak kala para pemain cadangan dan official tim lainnya bersorak.
Terlihat juga di bangku cadangan hanya Gusnedi yang berdiri selebihnya official lain hanya duduk tenang.
Saat ditanyai persoalan tersebut Gusnedi mengaku bahwa ia memiliki traumatik tersendiri dalam babak adu penalti.
"Dari dulu saya tidak bisa melihat tendangan penalti, mental saya sudah kena kalau memasuki babak adu penalti," bebernya sambil tertawa.
Ia mengaku sejak berkarir sebagai pemain, dirinya memang tidak pernah sekalipun memperhatikan rekan-rekannya mengambil tendangan penalti.
Mantan pemain Timnas Primavera Indonesia ini mengaku memiliki trauma tersendiri kalau sudah masuk babak adu penalti baik sebagai pemain dan pelatih.
Tidak hanya saat babak adu penalti sebenarnya Gusnedi Adang juga sering meninggalkan bench pemain saat waktu-waktu genting pertandingan.
Terlihat ia sering berjalan ke kamar ganti di penghujung pertandingan, terlebih saat babak tambahan waktu.
Lebih dari 2 kali Daeng meninggalkan bench dan masuk kamar ganti untuk menyegarkan dirinya sebelum kembali berada di pinggir lapangan.
Namun perlu diketahui juga bahwa Gusnedi Adang bisa dibilang seorang legenda sepak bola Sumatera Barat.
Pelatih yang berhasil membawa PSKB Bukittinggi ke liga 3 Nasional ini adalah mantan pemain Semen Padang FC, Pelita Jaya, Perseden Denpasar, Persebaya Surabaya, Mitra Kukar dan Persiba Bantul.
Gusnedi Adang juga merupakan pemain yang sangat disegani di tingkat nasional, ia merupakan mantan pemain timnas Primavera yang berlatih di Italia.
Gusnedi berangkat ke Italia bersama rombongan Yeyen Tumena, Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto serta Anang ma'ruf dan lainnya.
Sebagai pelatih pemain kelahiran Bukittinggi 1976 silam ini pernah menjadi asisten pelatih Pra PON Sumbar dan PSPS Riau. (*)