Nasabah Inspiratif BTPN Syariah di Padang, Buka Usaha Jahit Sprei dengan Omzet Puluhan Juta Rupiah
BTPN Syariah terus membantu banyak nasabah yang merupakan ibu-ibu dalam menyokong perekonomian keluarga di tengah pandemi Covid-19
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Emil Mahmud
Masing-masing memiliik ketua sentra dan ketua grup, satu grup terdiri atas 5 orang dan satu sentra terdiri atas 35 orang.
Sentra mendapat pendampingan dari community officer (CO) yang kerap disebut BTPN Syariah sebagai bankir pemberdaya.
CO inilah yang memberi tips dan edukasi pada sentra untuk mengatur keuangan hingga pengembangan bisnis.
"Kita berikan pembiayaan mulai Rp2 juta hingga 100 juta dengan melalui proses evaluasi. Pembiayaan dilihat berdasarkan waktu usaha dan jenis pengembangan usaha," jelas Dwiyono Bayu Winantio.
Kelompok tersebut selalu dinilai dari waktu ke waktu, untuk melihat rangkingnya mereka masing-masing.
Nilai dari masing-masing kelompok diambilkan dari individu dalam kelompok. Masing-masing individu punya nilai untuk menentukan nilai sentranya.
Nilai sentra itu menentukan berapa besar kenaikan pembiayaan yang BTPN Syariah berikan.
"Kita juga melakukan pelatihan dan pendampingan berdasarkan kekuatan masing-masing individu dalam kelompok," terang Dwiyono Bayu Winantio.
Untuk melihat dampak sosial, lanjutnya, juga diukur dari masing-masing individu. Setiap tahun kenaikan pembiayaan, dilihat perkembangan secara usaha dan sosial nasabah.
Berdasarkan itu BTPN Syariah bisa melakukan tindaklanjut agar masyarakat prasejahtera menjadi sejahtera.
"Yang diberikan ialah nasabah yang baru memulai usaha, memiliki rencana usaha yang jelas, sudah berwirausaha dan meningkatkan usaha lebih baik lagi," tuturnya.
Tentunya bisnis model ini dilakukan melihat dua hal, memberikan layanan yang baik pada nasabah seperti inovasi yang dilakukan apa saja.
Kemudian menyiapkan digitalisasi bagi tim yang melayani nasabah, supaya bisa melayani lebih cepat dan lebih baik sesuai yang diharapkan nasabah.
"Untuk usaha yang kita lihat, semua pembiayaan untuk usaha produktif sehingga bisa dilihat perkembangannya seperti apa usaha, dampak ekonomi dan sosialnya," jelas Dwiyono Bayu Winantio.
Di sisi lain, Business Development Head BTPN Syariah Ade Fauzan menyampaikan bicara dunia keuangan perbankan, tidak lepas dari digitalisasi. BTPN Syariah sering mendapatkan pertanyaan seperti apa digitalisasinya.
"Kami sebenarnya sudah cukup lama melakukan digitalisasi. Sejak 2015. Kemudian pada 2016 mulai melakukan tahap 1 digitalisasi yang akan menjadi model bisnis di masa depan," terang Ade.
Ia melihat pilar digitalisasi dimulai dari digitalisasi internal BTPN Syariah agar CO bisa menjalankan bisnis dengan efektif dan efisien.
"Dulu di lapangan semua serba manual, bawa kertas, harus menghafal angsurannya berapa, namun saat ini,kami sudah kembangkan berbasis tablet, seluruh aktivitas harian didesain dalam aplikasi," jelasnya.
Menurutnya, BTPN Syariah melakukan pengembangan terus-menerus hingga hari ini.
Setelah digitalisasi di internal, baru nasabah. Nasabah inklusi BTPN Syariah sangat masif 4 juta orang dari Aceh hingga NTT.
Karakteristiknya beda-beda, tidak bisa melakukan digitalisasi seperti yang orang kebanyakan lakukan.
BTPN Syariah memulai dari nasabah inspiratif sehingga mereka bisa menjadi Mitra Tepat.
Kemudian dilengkapi dengan aplikasi agen Mbangking. Sehingga dalam melakukan pemesanan lebih murah den kompetitif.
BTPN Syariah terus fokus dalam mendampingi nasabah inklusi adalah wujud komitmen Bank BTPN Syariah selama lebih dari satu dekade.
Melalui pendampingan yang tepat, Bank mampu menyalurkan pembiayaan Rp 10.2 triliun pada kuartal ketiga 2021, tumbuh 12 persen (YoY) dibanding Rp 9.1 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan yang positif ini juga tetap mengedepankan kualitas pembiayaan yang terjaga.(TribunPadang.com/Rizka Desri Yusfita)