Peristiwa Sejarah di Tugu Simpang Tinju Padang: Representasi Semangat Bagindo Aziz Chan
Sebuah tugu berbentuk kepalan tangan berukuran besar berdiri kokoh di pertigaan jalan Kelurahan Kampung Olo, Kecamatan Nanggalo, Padang. Tugu bewarna
Penulis: Rima Kurniati | Editor: Mona Triana
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rima Kurniati
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Sebuah tugu berbentuk kepalan tangan berukuran besar berdiri kokoh di pertigaan jalan Kelurahan Kampung Olo, Kecamatan Nanggalo, Padang.
Tugu bewarna putih ini berbentuk kepala tangan lelaki.
Di bawahnya tertulis lokasi gugurnya Bagindo Aziz Chan.
Hal ini dibenarkan Pengamat sejarah Kota Padang Marsaleh Adaz, Kamis (12/8/2021)
Menurutnya, lokasi simpang Tinju itu dulunya bernama simpang Kandih.
Baca juga: Mengenal Sejarah Hari Lahirnya Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia
Baca juga: Belajar Sejarah Singkat dan Tokoh Pendiri ASEAN
Baca juga: Apa itu ASEAN? Belajar Sejarah Singkat dan Mengenal Negara Anggota ASEAN
Sebab pernah tumbuh Batang Kandih (Pohon Kandih) yang tingginya mencapai 15 m.
"Kayunya berwarna Kekuning-kuningan, kayu agak keras dan awet. Kayunya bisa digunakan untuk atap rumah," kata Marsaleh Adaz.
Kulit kayu kandih ini berwarna kuning dan mengeluarkan getah sangat banyak jika kulitnya dikupas, buah berwarna kuning agak asam.
Baca juga: Cetak Sejarah, Ganda Putri Bulu Tangkis Indonesia Berhasil Sumbangkan Medali Emas di Olimpiade Tokyo
Baca juga: Gareth Southgate Ingin Mengukir Sejarah, Inggris harus Kalahkan Denmark di Semifinal
Baca juga: Tembus Semi Final Euro 2020, Gareth Southgate Ukir Sejarah Baru Bersama Timnas Inggris
Buahnya bisa digunakan sebagai bumbu masak sebagai pengganti jeruk.
Namun seiring didirikannya tugu tersebut, berganti nama menjadi Simpang Tinju.
Tugu Tinju itu berdiri di tahun 1983 pada masa Wali Kota Padang Syahrul Ujud.
Kepalan tangan ini bentuk representasi semangat Bagindo Aziz Chan membela negara
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Padang Pariaman, Warga Didatangi dari Rumah ke Rumah
Baca juga: Bertemu Wali Kota Padang Pelaku Usaha Kafe Minta Perlonggar Aturan PPKM, Tambah Jam Operasional
Dijelaskannya, Bagindo Aziz Chan gugur dibunuh Belanda saat agresi militer 1947 pasca kekalahan Jepang.
Saat itu, usia Bagindo Aziz Chan masih terbilang mudah berusia masih 36 tahun.
"Beliau ditipu dan ditembak, gugur di sana dan semangat juangnya masih terasa hingga kini," tambahnya. (*)