Advertorial
Dokter Spesialis Paru SPH Ungkap Cara Diagnosa dan Terapi Penyakit Asma
Asma merupakan penyakit gangguan pernapasan pada saluran udara yang membuat pengidapnya sulit bernapas. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya perada
3. Paparan di lingkungan kerja: asap rokok, debu dan polusi
4. Polusi udara
5. Infeksi pernapasan
6. Perubahan cuaca
7. Diet dan Status sosioekonomi akan memicu gejala eksaserbasi asma
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Gelombang Kedua, Lansia : Terima Kasih PT Semen Padang
Baca juga: Semen Padang Laksanakan Vaksinasi Lansia Dosis Kedua
Untuk pengobatan bagi penderitanya, Dokter Masrul mengatakan bahwa tidak semua penderita asma harus dirawat di rumah sakit. Pasien asma yang dirawat di rumah sakit, lanjutnya, biasanya merupakan pasien asma dalam serangan dengan infeksi sekunder (misalnya infeksi bakteri).
"Untuk itu, seseorang yang menderita asma harus melakukan pengontrolan asmanya dengan baik (pasien harus konsultasi dengan dokter) dan perlu pencegahan faktor risiko lingkungan yang memicu untuk serangan eksaserbasi asma, dan menjalani pola hidup sehat seperti olahraga teratur dan makan makanan bergizi" ujarnya.
Kemudian dalam terapi dan pengobatannya, jika di IGD (saat pasien dalam serangan), dokter akan melakukan nebulisasi (pengasapan) untuk membantu saluran pernapasan pasien. Sementara jika di Poli, (saat pasien dalam kondisi stabil), dokter akan menganalisa dan melakukan assessment tingkat kontrol asma pasien sehingga terapi dapat diberikan sesuai dengan derajat keparahan penyakit.
Ia juga menjelaskan, ada beberapa cara penilaian sederhana untuk mengetahui asma penderitanya terkontrol atau tidak, yaitu dengan menggunakan pelangi asma atau Asma Control Test (ACT). (Penjelasan nanti akan disertai gambar)
Selanjutnya, secara khusus ada 2 tatalaksana asma stabil untuk pasien yakni:
a. Farmakologis (obat obatan): terdiri dari obat2an saat serangan dan obat2an yang diminum rutin untuk mencegah serangan asma muncul kembali
b. Non farmakologis: Meningkatkan kebugaran tubuh, berhenti dan tidak pernah merokok, hindari paparan lingkungan kerja yang memicu eksaserbasi asma.
Dokter Masrul melanjutkan, penyakit asma tidak bisa disembuhkan atau hanya bisa direda. Karena itu, untuk mengantisipasi kondisi semakin parah, maka penderitanya wajib menghindari faktor-faktor pemicu untuk eksaserbasi (serangan) seperti faktor lingkungan.
"Biasanya, dokter akan merekomendasikan inhaler sabagai pengobatan saat gejala asma muncul. Terapi inhalasi merupakan cara pemberian obat dalam bentuk aerosol dan langsung ke target organ di saluran napas," terangnya.
Dijelaskannya, ada tiga cara kerja inhalasi yaitu: