Advertorial

Keunggulan Layanan Urologi di SPH, Sediakan Alat Uroflowmetri yang Hanya Satu-satunya di Padang

Saluran berkemih atau sistem urinaria termasuk hal yang penting dan dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA/DOK.HUMAS PT SEMEN PADANG
Alat uroflowmeter ini nantinya akan mengeluarkan informasi seperti jumlah urine yang dikeluarkan, kecepatan keluarnya urine (per detik), serta waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan seluruh isi saluran kemih 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Saluran berkemih atau sistem urinaria termasuk hal yang penting dan dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia.

Jika fungsi sistem ini terganggu, limbah dan racun bisa menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.

Saat seseorang memiliki masalah pada saluran kemihnya, ia akan menjalani pemeriksaan uroflowmetri.

Salah satu penyakit gangguan berkemih yakni Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Penyakit ini merupakan kondisi yang menyebabkan terjadinya pembesaran jinak pada kelenjar prostat, sehingga menganggu aliran urine saat berkemih.

Kelenjar prostat sendiri memiliki fungsi untuk memproduksi air mani dan terletak pada rongga pinggul antara kandung kemih dan penis.

Kelenjar prostat ini hanya dimiliki oleh pria. Oleh sebab itu BPH hanya bisa dialami oleh pria. Dalam kebanyakan kasus BPH, umumnya kondisi ini lebih sering terjadi pada pria di atas usia 50 tahun.

Dokter Urologi di Semen Padang Hospital, dr. Peri Eriad Yunir, Sp.U (K) menjelaskan, uroflowmetri dilakukan pada pasien dengan gangguan berkemih dimana terdapat masalah di saluran kemih bagian bawah, termasuk pada penyakit BPH.

"Pemeriksaan ini paling sering digunakan untuk evaluasi pada pasien dengan pembesaran prostat bagi pasien yang memiliki masalah saat buang air kecil. Kemudian digunakan untuk mengetahui seberapa bagus pola berkemih pasien," ujar dokter Peri.

Dengan pemeriksaan uroflowmetri, maka akan keluar diagram dari aliran air seni pasien.

Dari diagram tersebut, akan diketahui berapa volume urine, kecepatannya, dan berapa lama keluarnya urine.

Kemudian, data itu akan dibandingkan dengan data normal dari berkemih yang normal atau tidak bermasalah.

"Dengan uroflowmetri, kita bisa memprediksi kelainan apa yang membuat urine pasien menjadi bermasalah. Misalnya, hal itu diakibatkan oleh pembesaran prostat, maka diagramnya akan berbeda dengan penyempitan saluran pipis (Striktur Uretra). Karena itu penting untuk dilakukan uroflowmetri untuk membantu diagnosis pasien," katanya.

Selanjutnya, setelah dilakukannya pemeriksaan uroflowmetri dan diagnosis, maka dokter akan memberikan obat untuk penyakit yang diderita pasien terkait masalah gangguan berkemihnya.

Selanjutnya, pasien yang mendapatkan obat dan menyelesaikan kontrol obat, dilakukanlah evaluasi untuk mengetahui apakah dengan pengobatan yang sudah diterapkan pada pasien berhasil, yakni ada perbaikan atau tidak.

"Keadaan pasien dinilai dengan dua cara, yaitu subjektif dan objektif. Subjektif itu melalui apa yang dirasakan pasien. Seperti pasien yang merasa urinenya sudah baikan, puas dan normal. Kemudian secara objektif, yakni melalui pemeriksaan uroflowmetri," kata dokter Peri.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved