Kisah Inspiratif
Budidaya Ikan di Kota Padang: Sekali Panen 2.5 Ton, Tidak Berpengaruh Pandemi Covid-19
Peluang usaha budidaya ikan yang tidak berpengaruh terhadap dampak pandemi Covid-19 di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Penulis: Rezi Azwar | Editor: Emil Mahmud
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Peluang usaha budidaya ikan yang tidak berpengaruh terhadap dampak pandemi Covid-19 di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Saat adanya pandemi Covid-19, banyak masyarakat yang biasanya bekerja dirumahkan.
Namun, bagi masyarakat yang hobi budidaya ikan dapat mencoba budidaya ikan dengan hasil jutaan rupiah.
Salah satunya adalah di lokasi budidaya ikan di Jalan Lubuk Minturun, Kelurahan Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Provinsi Sumbar.
Selain banyaknya usaha bunga hias, ternyata tedapat sebuah lokasi budidaya ikan yang memasok ikan nila ke pedagang di Pasar Raya Padang.
Baca juga: Kota Padang Jadi Pilot Project Sekolah Penggerak Kemendikbud, Lakukan Berbagai Pesiapan
Baca juga: Informasi Melalui Berbagai Sumber untuk Mengetahui Nama Tari, Asal Tari dan Cerita
"Untuk budidaya ikan dalam usaha kolam ikan air deras, kami ada 3 jenis ikan," kata Topan Furqon (29) pengelola usaha budidaya ikan di Lubuk Minturun, Senin (1/2/2021).
Topan Furqon menjelaskan, 3 jenis ikan tersebut terdiri dari KIkan Nila, Ikan Karayo, dan Ikan Koi.
Namun, disebutkannya kalau usahanya lebih terfokus kepada budidaya ikan nila.
Hal itu dikarenakan Ikan Nila, termasuk salah satu Ikan yang kebal dan tidak butuh perawatan yang banyak.
"Kami mencoba budidaya Ikan Nila, karena mumpung airnya bagus dari aliran Lubuk Minturun," kata Topan.
Disebutkannya, untuk jenis Ikan Nila hanya memerlukan air yang mengalir terus dan hasilnya akan bagus.
"Jadi kami memilih Ikan Nila, alhamdulillah berhasil," kata Topan.
Pihaknya melakukan panen sekitar 6 bulan sekali untuk 1 kolam dengan melihat ukuran ikan.
"Kami panen sekali 6 bulan untuk 1 kolam, hasilnya ada sampai 2.5 ton hasilnya. Kita menjualnya per kilogram dengan harga Rp 26 ribu," katanya.
Dijelaskannya, untuk bibit ikan nila dibeli dari lokasi kawasan terdekat saja, karena pihaknya tidak menyediakan kolam untuk pembibitan sendiri.
"Pembibitan kami ambil di sekitar di Lubuk Rayo, lalu kita ambil dari sekita saja. Saya memasok bibit sebanyak 70 ribu bibit Ikan Nila sekali 3 bulan untuk kapasitas kolam saya," katanya.
Disebutkannya, bibit Ikan Nila tergantung dari ukurannya misalnya 1 inci Rp 100 rupiah.
Ia mengatakan tidak mendistribusikan secara langsung ke pembeli. Namun, pedagang yang datang membeli ke kolam untuk didistribusikan di pasar raya.
"Sedangkan ikan karayo, rentan terhadap penyakit. Namun, ikan karayo dalam waktu 4 bulan sudah bisa dipanen," katanya.
Topan menjual Ikan Karayo biasanya kepada kolam pemancingan ikan untuk dilombakan dengan harga Rp 30 ribu per kilogram/Kg.
Baca juga: Ratusan Rumah dan Sawah Terdampak Banjir di Kabupaten Solok, Petani Rugi Akibat Gagal Panen
Ada yang Rumit
Lain pula dengan ikan koi, menurutnya ikan koi lebih rumit perawatannya sehingga dipisahkannya tersendiri dengan kolam terpal.
"Air yang dialirkan juga disaring, karena kita menjaga pasokan oksigen dan suhu air harus dijaga," katanya
Selain itu, makanan untuk ikam koi juga berbeda dengan ikan nila dan karayo. Hal itu karena ikan koi dijual per ekor dan tergantung warna dan keunikannya.
"Karena ikan hias kan, tapi ikan koi di sini tidak terlalu banyak. Karena kita leboj fokus ke nila," katanya.
Disebutkannya, pihaknya memgambil bibit ikan koi dari Blitar dan harga per ekornya cukuo mahal.
"Kami menjual Ikan Koi mulai dari harga Rp 100 ribu sampai Rp 3.5 juta," katanya.
Sejauh ini lanjutnya, Ikan Koi yang mempunyai keunikan atau motif yang menarik harganya bisa berkali lipat.
Ia menyebutkan, dalam 1 hari dapat menghabiskan 6 karung pakan ikan jenis pelet.
"Diperkirakan, 1 kolam habis 1 karung pelet makanan ikan. Untuk pakan ikan alhamdulillah tidak ada kendala," katanya.
Selama masa pandemi, menurutnya tidak mengubah apa-apa bagi pengusaha budidaya ikan.
"Kalau pandemi, omset tidak berpengaruh. Tapi yang berpengaruh itu pedagang di pasar. Misalnya, bisa menghabiskan 100 Kg ikan dalam satu hari, namun kini hanya 50 Kg saja," katanya.
Ia menyebutkan, kendala dalam budidaya ikan hanya saat turun hujan dan air besar.
"Biasanya kalau sudah air besar saat hujan, biasanya aliran arah ke hulu sering tersumbat karena material kerikil dan tanah. Akhirnya kita kuras dulu," katanya.(*)