Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 5 Halaman 94, 97, 98, 99, 102, dan 103, Subtema 2 Pembelajaran 3
Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 5 Halaman 94, 97, 98, 99, 102, dan 103, Subtema 2 Pembelajaran 3
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Rizka Desri Yusfita
Contoh pertanyaan:
1. Di mana letak desa Lamalera? (Desa lamalera terletak di Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur)
2. Apa ladang kehidupan masyarakat desa Lamalera ? (Laut)
3. Apa tradisi unik masyarakat desa Lamalera? (Berburu paus)
4. Paus jenis apa yang diburu masyarakat desa Lamalera ? (Paus yang sudah tua)
5. Berapa jumlah paus yang boleh diburu oleh masyarakat desa Lamalera selama setahun? (Tidak boleh lebih dari 15 ekor paus)
6. Di mana tempat warga Lamalera melakukan pemantauan ikan paus? (Bibir pantai)
7. Apa teriakan yang diucapkan nelayan Lamalera saat melihat paus? (“baleo”)
8. Digunakan untuk apa daging dan minyak paus hasil tangkapan tersebut? (Dibagi ke seluruh warga desa)
9. Siapa yang diutamakan dalam pembagian hasil tangkapan tersebut (Bagi janda dan yatim piatu).
10. Apa nama pasar tempat masyarakat Lamalera melakukan barter? (Pasar Wulandoni)
Ayo Membaca
Luasnya lautan dan samudra yang mengelilingi wilayah Indonesia, memengaruhi kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat nelayan setempat. Interaksi masyarakat nelayan dengan lingkungannya sangatlah erat. Keterikatan antara masyarakat nelayan dengan lingkungannya terwujud salah satunya melalui kegiatan upacara tradisi nelayan. Setiap masyarakat nelayan di Indonesia memiliki kegiatan yang berbeda sebagai bagian dari upacara tradisi. Salah satunya adalah masyarakat nelayan Pantai Malo, Kokorotan, Sumatra Utara.
Bacalah artikel berikut ini dengan saksama.
Festival Mane’e, Tradisi Nelayan di Pantai Malo
Festival Mane’e, merupakan tradisi adat untuk penangkapan ikan. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Pantai Malo, Kokorotan, Sulawesi Utara. Ritual ini biasa disebut dengan ritual menangkap ikan dengan doa-doa dalam bahasa adat kuno.
Mereka berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar nelayan mendapatkan tangkapan yang banyak, dan mendapatkan perlindungan agar terhindar dari bahaya.
Penangkapan ikan dimulai dengan berkumpulnya para pemuka adat bersama perwakilan pemerintah setempat. Mereka bermusyawarah untuk menentukan tanggal yang tepat untuk melakukan ritual mane’e. Selanjutnya, para pemuka adat ini akan memanjatkan doa-doa dalam bahasa adat kuno.
Sementara, masyarakat lainnya mengumpulkan tali dan janur (daun kelapa yang masih muda) untuk dibuat jarring yang disebut dengan sammy.
Tibalah hari yang ditentukan untuk melaksanakan ritual mane’e. Para pemuka adat dan pemerintah setempat, membawa sammy ke Pantai Malo. Beramai-ramai mereka menariknya sepanjang mungkin ke arah laut hingga membentuk sebuah kolam.
Ketika ikan-ikan telah banyak terperangkap ke dalam sammy, masyarakatpun mulai menangkapnya. Hasil tangkapan ikan ini akan disantap bersama dalam pesta rakyat yang digelar saat itu. Ada hal yang menarik sepanjang ritual hingga pesta rakyat ini, yaitu masyarakat dilarang mengenakan pakaian berwarna merah sebagai pantangan.
Ritual seperti ini masih dilaksanakan hingga kini. Masyarakat meyakini ritual ini sebagai ucapan syukur dan permohonan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kegiatan ini mengandung nilai-nilai kebersamaan antar anggota masyarakat dan kepedulian untuk memelihara laut sebagai sumber kehidupan masyarakat.
Nilai-nilai kerja sama, persatuan dan kesatuan pun, sangat bisa dirasakan sepanjang persiapan hingga dilaksanakannya ritual ini.
Kunci Jawaban Halaman 97