Apa Itu Quick Count, Real Count dan Exit Poll ? Begini Penjelasannya
Pemungutan suara Pilkada Serentak 2020 telah dilaksanakan, kemarin Rabu 9 Desember 2020. Saat ini semua orang menantikan hasil dari Pilkada Serentak
TRIBUNPADANG.COM - Pemungutan suara Pilkada Serentak 2020 telah dilaksanakan, kemarin Rabu 9 Desember 2020.
Saat ini semua orang menantikan hasil dari Pilkada Serentak 2020 tersebut.
Bagi yang ingin mengetahui dapat melihat hasil hitung cepat dari beragam survei.
Bahkan KPU juga menampilkan hasil penghitungan suara melalui halaman websitenya di https://pilkada2020.kpu.go.id/#/pkwkk/tungsura/12
Hitung cepat menjadi pilihan cara untuk secepat mungkin mengetahui hasil Pemilu, tak terkecuali Pilkada, sekalipun tidak dapat dinyatakan sebagai hasil resmi.
Masalahnya, hitung cepat juga punya cara tak tunggal. Ada dua cara yang dikenal luas, yaitu quick count dan exit poll. Apa bedanya?
Peneliti Founding Fathers House (FFH) Dian Permata menjelaskan, quick count sebenarnya adalah alih bahasa penyederhanaan dari metode parallel vote tabulations (PVT).
“Dalam konteks pemilu di Indonesia, quick count adalah metode hitung cepat dengan mengambil tempat pemungutan suara (TPS) sebagai sampel. Basis respondennya adalah formulir C1 plano, alias hasil perhitungan suara di TPS yang menjadi sampel,” papar Dian, dilansir Kompas.com.
Adapun exit poll, lanjut Dian, menggunakan pemilih yang selesai menggunakan hak pilih di bilik suara sebagai basis responden, sekalipun tetap sampelnya adalah TPS.
“Jadi, di exit poll, peneliti memilih secara random pemilih yang keluar dari bilik suara, sudah selesai memilih, satu laki-laki dan satu perempuan, yang disodori sejumlah pertanyaan seperti ‘Puas dengan pemilu?’, lalu ditanya lagi ‘Siapa yang tadi dipilih?’. Begitu,” tutur Dian.
Baca juga: Momentum Libur Pilkada, Wisatawan Ramai Kunjungi Pantai Padang dan Masjid Al Hakim
Baca juga: Hasil Quick Count Pilkada Bukittinggi, Paslon Irwandi-David Chalik Ucapkan Selamat ke Erman-Marfendi
Baca juga: HASIL Penghitungan Suara Pilkada Tanah Datar Versi Real Count KPU, Siapa Calon Bupati Terpilih
Beda lagi dengan real count
Nah, kalau bicara hitung cepat dan perhitungan hasil pemilu , ada satu lagi istilah yang sering terdengar, yaitu real count.
“Kalau real count, itu basis respondennya betul-betul adalah angka dari C1 plano yang sudah dikumpulkan. Harus 100 persen C1 plano telah terkumpul, bukan lagi sampel,” ungkap Dian.
Cara perhitungan ini, imbuh Dian, sama sekali berbeda dengan quick count dan exit poll.
Dian menegaskan, baik quick count maupun exit poll memiliki akar ilmu yang sama, yaitu statistika.
Di luar perbedaan dalam definisi dan basis responden, teknik penarikan sampel (sampling) kedua cara itu ya ibarat satu guru, satu ilmu.
Misal, ujar Dian, untuk konteks Pemilu 2019, ada sekitar 810.000 TPS dan 80 daerah pemilihan (dapil).
Maka, sampel yang ditarik harus dihitung sehingga diyakini mewakili jumlah dan sebaran jumlah TPS dan dapil tersebut.
Urutan operasionalisasinya, sebut Dian, dimulai dari sampling, baru mengumpulkan data berdasarkan basis responden sesuai cara hitung cepat yang dipakai.
“(Sampling), katakanlah kedua cara menggunakan sampel 6.000 TPS, harus diyakini dan dipastikan oleh peneliti jumlah TPS itu adalah representasi dari 80 dapil,” tegas Dian.
Barulah setelah itu muncul sejumlah perbedaan dalam praktik di lapangan.
Quick count mendata angka yang didapat dari C1 dari TPS yang menjadi sampel, sementara exit poll mendata pendapat dari satu responden lelaki dan satu responden perempuan dari TPS sampel.
Baca juga: HASIL Penghitungan Suara Pilkada Pesisir Selatan 2020 Versi Real Count KPU, Siapa Bupati Terpilih?
Baca juga: Data Real Count KPU Hari Ini, Hasil Pilgub Sumbar di Web pilkada2020.kpu.go.id
Baca juga: LINK Hasil Real Count Pilkada Dharmasraya 2020 Versi KPU, Siapa Calon Bupati Terpilih?
Level keyakinan dan margin of error
Faktor berikutnya yang mempengaruhi hasil hitung cepat memakai quick count dan exit poll adalah tingkat kepercayaan (level of confidence) dan rentang angka penyimpangan (margin of error).
“Angka-angka itu tergantung masing-masing lembaga penyelanggara hitung cepat,” kata Dian.
Tingkat kepercayaan yang lazim untuk quick count dan exit poll, sebut Dian, adalah 95 persen dan 99 persen.
Ini pula pembeda hitung cepat dengan beragam survei lain yang pilihan level of confidencenya bisa 90 persen, 95 persen, atau 99 persen.
“Itu ada hitungan matematikanya,” ujar Dian.
Nilai margin of error ini adalah rentang kesalahan yang mungkin terjadi.
Artinya, kata Dian, nilai yang didapat bisa bertambah sampai dengan angka margin itu, atau malah sebaliknya berkurang hingga sebanyak margin of error itu.
Baca juga: LINK Hasil Quick Count Pilkada Dumai Meranti Kuansing Siak Rohil Rohul Pelalawan Bengkalis Inhu
Baca juga: Hasil Quick Count Pilkada Rohil 2020, Simak Penghitungan Suara di Web pilkada2020.kpu.go.id
Baca juga: Live Hasil Quick Count Pilkada Sumbar, Pesisir Selatan, Agam, Solok, Dharmasraya, Pasaman Barat
Tantangan masing-masing cara
Setiap cara yang dikembangkan secara akademis pasti punya plus-minus.
Namun, kata Dian, di luar toleransi kesalahan yang dapat dihitung secara matematis masih ada pula kemungkinan kesalahan yang berasal dari operator pelaksananya.
"(Untuk quick count) tantangannya kalau sampai salah sampling lokasi TPS yang ternyata tak merepresentasikan TPS dan dapil secara nasional," ujar Dian.
Ada pula tantangan teknologi untuk pengiriman data, semacam jaringan internet yang tak stabil atau bahkan tidak ada.
Tantangan untuk exit poll, lanjut Dian, lebih banyak lagi.
"Karena basis respondennya adalah orang dari TPS yang menjadi sampel," ujar Dian.
Dari situ, tantangan untuk exit poll bisa mulai dari penolakan responden menjawab pertanyaan yang berdampak pada response rate hingga kegagalan peneliti mengajukan pertanyaan yang dapat menggali jawaban yang substantif dari responden.
"Ibarat kata reporter baru ditugasi wawancara, kadang-kadang ada yang kurang lihai saat mewawancarai narasumber, sehingga jawabannya normatif atau malah menyimpang," ujar Dian memberikan analogi.
Meski begitu, exit poll juga tetap perlu sebagai cara, karena ada ruang untuk bertanya beberapa hal kepada responden, termasuk soal tingkat kepuasan atau persepsinya atas suatu even seperti pemilu.
Kalau yang dikejar semata informasi hasil perhitungan angka, Dian cenderung kepada cara quick count dibandingkan exit poll.
"Selama sampling TPS-nya benar dan tidak ada kendala teknologi untuk pengiriman data, hasil yang didapat dari quick count itu secara objektif lebih kuat karena dari C1 di TPS sampel," ujar dia.