Penanganan Covid

TIPS Bepergian Naik Pesawat Terbang Masa Pandemi Covid-19, Check in, Unduh eHAC dan Validasi

Bagi Tribunners, yang hendak bepergian naik pesawat terbang di masa pandemi Covid-19 tidak perlu bingung ataupun gusar.

Editor: Emil Mahmud
TribunPadang.com/Dokumentasi
Ilustrasi: Sejumlah Maskapai penerbangan yang parkir di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Ketaping, Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) belum lama ini. 

TRIBUNPADANG.COM - Bagi Tribunners, yang hendak bepergian naik pesawat terbang di masa pandemi Covid-19 tidak perlu bingung ataupun gusar.

Kendati, sejauh ini menempuh perjalanan pada saat pandemi Covid-19 memang menjadi tantangan tersendiri.

Bagaimana tidak, ada banyak perubahan aturan yang diberlakukan saat melakukan perjalanan menggunakan pesawat.

Bagaimana sih caranya terbang sekarang? Jadi repot ya kalau pergi-pergi naik pesawat di masa pandemi? Aman enggak ya berlibur naik pesawat sekarang?

Itulah pertanyaan-pertayaan yang cukup sering saya dengar, pada masa pandemi Covid-19 ini.

Saya pun termasuk yang bertanya-tanya soal itu.

Meski pun banyak membaca berita soal proses bepergian dengan pesawat terbang, namun tetap saja ada pertanyaan yang mengganjal.

Suasana Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta pada Jumat (6/11/2020) pagi. (Warta Kota/AC Pingkan)

Baca juga: PT Semen Padang Minta Hasil Social Mapping Jadi Rujukan Forum Nagari, Susun Program Kerja 2021

Baca juga: BMKG Padang Pariaman: Ketahui Prakiraan Cuaca Sumatera Barat, 10-12 November 2020

 
Kemudian kantor tempat saya bekerja menugaskan ke Bali, dan berangkat pada Jumat (6/11) siang.

Terminal 3 di Bandara Internasional Soekarno Hatta tampak lengang pada Jumat pagi, ketika saya turun dari bus Damri.

Saya memang datang jauh lebih awal dari jam keberangkatan, mengingat proses pendaftaran penumpang menjadi lebih panjang di masa pandemi ini.

Saat berjalan ke Pintu 5, yang merupakan pintu masuk ke terminal keberangkatan domestik, saya hanya berpapasan dengan dua penumpang lain yang berjalan santai.

Jauh berbeda dari suasananya pada akhir Februari tahun ini, terakhir kali saya menginjakkan kaki di tempat tersebut.

Sembilan bulan lalu itu rasanya hampir semua orang berjalan tergesa-gesa, mendorong koper beroda mereka secepat-cepatnya.

Suara riuh roda koper, roda troli, klakson mobil dan bus, deru kendaraan, dan tentu saja manusia bercakap-cakap begitu intensif, seperti mendorong orang untuk berjalan tergesa-gesa juga.

Kesunyian yang saya lihat pada Jumat pagi itu adalah bukti nyata, pandemi Covid-19 ini memang benar-benar membuat penumpang transportasi udara menurun tajam.

Protokol kesehatan di Bandara

Menjelang masuk ke Pintu 5, saya melihat marka di lantai, tanda tempat orang berdiri agar tercipta pembatasan jarak fisikal.

Namun saat itu tak ada orang di belakang saya, dan orang di depan juga sudah jauh, sehingga tak perlu lah saya menjaga jarak lagi.

Di pintu masuk ada pula beberapa banner imbauan menggunakan masker, menjaga jarak, membersihkan tangan (3M).

Pokoknya semua imbauan dan pengumuman yang berkaitan dengan protokol kesehatan dipasang di dekat pintu masuk.

Melihat itu malah muncul pertanyaan di benak saya, "Bagaimana memastikan tas dan koper yang dibawa calon penumpang steril dari virus?"

Ternyata jawabannya langsung di depan mata. Ketika ransel saya melewati alat detektor tas, saya melihat sebuah tulisan pengumuman dalam bahasa Inggris di mesin tersebut. "Safety with UV Light"

Oke, berarti sekarang saya sudah enggak ada virusnya lagi.

Membersihkan tangan

Sesudah kembali memanggul tas di bahu, dan berbalik badan untuk mencari konter pendaftaran penumpang (check-in), saya menemukan sebuah dispenser hand sanitizer berdiri dengan menyolok, minta diperhatikan.

Hahaha, pintar benar yang meletakkan alat tersebut di situ, sehingga setiap orang yang masuk Terminal 3 Keberangkatan pasti akan melihat dispenser hand sanitizer itu.

Otomatis pengunjung, setidaknya kepada saya, diingatkan untuk membersihkan tangan sebelum melangkah lebih jauh.

Membersihkan tangan setiap saat adalah sebuah perilaku yang hendak ditanamkan menjadi kebiasaan masyarakat, pada masa pandemi Covid-19.

Tujuannya adalah memperkecil risiko tertular virus corona 2, yang mungkin sudah menempel di tangan seseorang.

Sebelum virus itu pindah ke wajah orang itu, atau ke benda lain yang tersentuh tangan individu itu, langsung dibunuh dengan mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer.

Menurut pengumuman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus corona 2, atau nama resminya SARS-CoV-2, memang akan langsung mati begitu terkena sabun, atau hand sanitizer yang mengandung alkohol 70 persen.

Karena itulah mencuci tangan dengan sabun, atau menggunakan hand sanitizer, sangat efektif untuk mencegah penyebaran SARS-CoV-2 itu. Dan juga mudah dilakukan.

Oh ya, di pintu masuk itu juga terpasang detektor suhu manusia, sehingga calon penumpang tak perlu lagi "ditodong" dengan thermogun.

Validasi syarat bepergian

Di samping mesin itu ada sebuah pengumuman lain, yang bunyinya mengarahkan penumpang untuk memvalidasi surat keterangan bebas Covid-19.

Surat keterangan itu adalah syarat wajib bagi setiap orang yang akan bepergian menggunakan transportasi umum.

Syarat itu tertuang dalan Surat Edaran dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, tentang Kriteria dan Persyaratan Perjalanan Orang dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

Disebutkan di sana, surat keterangan bebas Covid-19 itu berupa hasil pemeriksaan dengan metode rapid test atau polymerase chain reaction (PCR).

Hasil pemeriksaanya harus non-reaktif untuk rapid test, atau negatif untuk pemeriksaan PCR.

Saya mengikuti arah yang ditunjuk, dan menemukan tempat validasi tersebut di tengah-tengah terminal keberangkatan.

Ada sekitar 6 petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang bertugas pada pagi itu. Mereka duduk di belakang meja yang memiliki partisi dari material plexiglass.

Di depan meja itu dipasang pita-pita pembatas, supaya orang tidak saling serobot menyerahkan dokumen syarat perjalanan.

Tampak seorang petugas keamanan bandara mengatur jarak antar-orang yang akan melakukan validasi.

Petugas itu memeriksa suhu para calon penumpang, dan mengingatkan mereka agar membersihkan tangan dengan cairan hand sanitizer.

Di pintu masuk tempat antre itu memang terpasang alat dispenser hand sanitizer, namun kali ini benda itu tak menarik perhatian.

Saya sudah akan berjalan bergegas menuju meja, namun seorang petugas mengingatkan saya untuk membersihkan tangan dengan hand sanitizer.

Di sepanjang jalur menuju meja pemeriksaan KKP, saya melihat marka di lantai untuk mengingatkan jarak antar-pengantre.

Masalahnya, meski pun marka dan rambu sudah dipasang namun kedisiplinan penerapannya kembali kepada manusia yang menjalankan.

Saya sudah berusaha menjaga jarak dengan orang di depan, namun ada seseorang, yang mungkin waktu penerbangannya sudah mepet sementara dia belum check-in, menyerobot tepat di ujung antrean

Syarat perjalanan yang akan saya gunakan adalah hasil rapid test, yang tentu saja berbunyi non-reaktif untuk IgG dan IgM.

Untuk memvalidasi surat keterangan itu, calon penumpang harus menyerahkan kartu identitas yang saat melakukan tes. Karena saya menggunakan KTP, maka saya juga menyerahkan KTP saya.

Petugas KKP yang melayani saya memeriksa dokumen saya dengan cepat, dan memberikan validasi.

Baca juga: BMKG Padang Pariaman: Ketahui Prakiraan Cuaca Sumatera Barat, 10-12 November 2020

Mengunduh eHAC

Sebelum saya meninggalkan mejanya, dia mengatakan agar saya mengunduh aplikasi eHAC, atau Indonesia Health Alert Card, sambil menunjuk sebuah banner yang menampilkancara mengunduh aplikasi eHAC, cara mendaftar, dan cara mengisi formulir laporan rencana perjalanan.

Informasi yang wajib dilaporkan adalah kota keberangkatan, tanggal keberangkatan, alamat menginap di destinasi, nomor telepon saya, nomor penerbangan, dan nomor tempat duduk.

Informasi itu akan digunakan untuk melacak orang-orang yang berada di dekat saya, andaikata saya ternyata mengidap Covid-19.

Mengunduh aplikasinya sih mudah, namun untuk mengisi eHAC-nya yang bikin bingung. Terutama untuk menemukan formulir yang harus diisi.

Untung saya datang jauh lebih awal dari waktu keberangkatan pesawat, sehingga tidak diburu-buru waktu untuk segera naik ke pesawat.

Setelah eHAC sudah terisi dan diterima, langkah berikutnya adalah check-in.

Nah itulah salah satu perubahan penting untuk proses keberangkatan penumpang pesawat udara.

Kalau dulu calon penumpang bisa langsung check-in di bandara, kini dia harus melakukan validasi dokumen syarat bepergian dan mengisi eHAC terlebih dahulu sebelum mendaftar ke bagian penerimaan penumpang.

Pasalnya petugas check-in akan meminta calon penumpang melampirkan hasil rapid test atau tes PCR, selain kode pemesanan tiket dan KTP.

Jika petugas check-in tak melihat cap validasi dari KKP, calon penumpang akan ditolak check-in saat itu dan diarahkan untuk melakukan validasi.

Baca juga: Garuda Indonesia Bebaskan Biaya Reschedule dan Refund Tiket, Hari Ini Macet ke Bandara Soetta

Check-in

Untuk keberangkatan ke Bali, saya menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia.

Konter check-in Garuda kini memiliki partisi dari flexiglass, yang gunanya menghalangi droplet dari kedua belah pihak.

Dengan begitu salah satu kemungkinan penularan Covid-19 sudah dieliminir.

Selain menunjukkan tiket digital di layar ponsel pintar saya, menyerahkan hasil rapid test dan KTP. Terlihat petugas itu mensterilkan kedua benda itu dengan lampu ultra violet.

Ketika proses check-in selesai, dan petugas tersebut menyerahkan KTP, hasil rapid test, dan boarding pass, dia menyarankan saya membersihkan tangan dengan hand sanitizer, sebab selama proses check-in mungkin tanpa disadari tangan saya menyentuh konter.

Imbauan itu adalah tindakan jaga-jaga, mengingat virus corona 2 ini memang degil banget dan karakter aslinya belum semuanya ketahuan oleh para ahli epidemiologi.

Periksa suhu dan  instruksi membersihkan tangan menggunakan hand sanitizer kembali saya jumpai saat pemeriksaan barang bawaan kabin, dan di boarding lounge sebelum masuk ke pesawat.

Rasanya tangan ini jadi licin karena bolak-balik diusapi hand sanitizer.

Namun itu adalah kondisi yang jauh lebih baik dibandingkan tertular Covid-19.

Artikel ini telah tayang di Tribunwartakotatravel.com dengan judul : Inilah Proses Bepergian dengan Pesawat Udara di Masa Pandemi Covid-19 dan di Tribunnews.com berjudul; Ini Panduan Bepergian Naik Pesawat Terbang di Masa Pandemi Covid-19 

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved