Mahasiswa Asal SMAN 1 Bukittinggi Berpuasa dan Lebaran di New York, Jalani Masa Pandemi Covid-19

Mahasiswa Asal Bukittinggi Jalani Puasa Ramadan dan Idulfitri di New York City, Tengah Pandemi Covid-19

Penulis: Emil Mahmud | Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA/DOK.PRIBADI
Miftahul Khairi di depan Kampus Columbia Law School, Amerika Serikat (AS) baru-baru ini. 

BULAN Ramadan 1441 H menjadi momentum istimewa bagi Miftahul Khairi, Mahasiswa Columbia University di Program Magister Hukum (LL.M), alumni program Youth Exchange Program (YES).

Miftahul Khairi,  yang berasal dari SMA Negeri (SMAN 1) Bukittinggi saat itu tinggal dengan keluarga Amerika Serikat (AS) dan bersekolah di SMA daerah suburban Minneapolis, di negara bagian Minnesota menuturkan pengalamannya.

Menurutnya, momentum menjalani ibadah saat Bulan Ramadan, ternyata bukan merupakan pertama kalinya baginya berpuasa di AS.

Miftahul Khairi di depan Kampus Columbia Law School, Amerika Serikat (AS) baru-baru ini.
Miftahul Khairi di depan Kampus Columbia Law School, Amerika Serikat (AS) baru-baru ini. (ISTIMEWA/DOK.PRIBADI)

Berikut catatan Miftahul Khairi yang dikirimkan melalui Kedubes AS (US Embassy) di Jakarta lalu diteruskan secara khusus untuk TribunPadang.com pada Selasa (26/5/2020).

"Pada Tahun 2008 saya juga sempat tinggal di AS dalam program pertukaran Youth Exchange and Studies (YES) yang disponsori oleh Departemen Luar Negeri AS," papar Miftahul Khairi.

Pada waktu itu dikatakan dirinya menjalani puasa pada musim panas dengan durasi puasa lebih kurang 14 jam.

"Host family saya saat itu sangat toleran dan host mom saya selalu mempersiapkan makanan sahur dan berbuka," ujar Miftahul Khairi.

Selama lebih kurang satu tahun terakhir ini dirinya kembali tinggal di AS sebagai mahasiswa program magister hukum (LL.M) di Columbia University di New York, AS.

Miftahul Khairi menikmati piknik di Central Park, New York, Amerika Serikat saat hari Idul Fitri 1441 H atau Minggu 24 Mei 2020 waktu setempat
Miftahul Khairi menikmati piknik di Central Park, New York, Amerika Serikat saat hari Idul Fitri 1441 H atau Minggu 24 Mei 2020 waktu setempat (ISTIMEWA/DOK.PRIBADI)

"Saya baru saja menyelesaikan studi saya pada tanggal 20 Mei ini. Berbeda dengan tahun 2008, saya tinggal sendiri di apartemen di daerah Morningside Heights, New York, tidak jauh dari kampus," beber Miftahul Khairi.

Kali ini, lanjutnya untuk bulan puasa pada Tahun 1441 saat ini dijalankan pada musim semi dengan durasi puasa kurang lebih 16 jam.

"Banyak perbedaan antara kondisi bulan Ramadhan pada tahun 2008 dan 2020. Pada tahun ini AS menjadi episenter dari krisis pandemi global Covid-19".

Gelombang Tinggi Terjadi di Pesisir Selatan, Rumah, Warung & Jalan Akses ke Lokasi Wisata Rusak

Peringatan Gelombang Hingga 1.5 Meter, Berpotensi Landa Pesisir Barat di Dua Kabupaten Sumbar

"Negara bagian New York, dengan kasus tertinggi, menerapkan kebijakan stay-at-home untuk memperlambat penyebaran virus Covid-19."

Miftahul Khairi mengatakan bahwa bulan puasa kali ini bertepatan dengan momentum istimewa baginya.

"Periode ini bertepatan jadwal ujian untuk semester final saya dan waktu wisuda, jadi bulan puasa tahun ini akan selalu menjadi hal yang unik dan spesial bagi saya," ujar Miftahul Khairi.

Sementara itu, kebijakan stay-at-home (atau disebut juga sebagai shelter in place policy) di New York membuat semua fasilitas kampus ditutup.

Di samping itu, pembelajaran dilanjutkan secara online, dan restoran hanya bisa melayani permintaan delivery dan take-out lagi.

Sejauh ini lanjutnya kondisi New York pada akhir Maret hingga pertengahan April terkesan sangat berbeda. Ada perbedaan ketika melihat Times Square atau Stasiun Grand Central sepi dari turis dan warga New York.

Seiring itu, imbuhnya kebijakan stay-at-home dari negara bagian New York, tentunya pelaksanaan Salat tarawih maupun Salat Ied secara berjamaah menjadi tidak memungkinkan.

"Pada bulan Ramadan ini, saya melaksanakan Salat tarawih sendiri di rumah. Saya mempunyai jadwal waktu Salat, sahur dan berbuka melalui situs islamicfinder.org".

Info Terbaru List Harga & Spesifikasi HP Samsung, Ada Galaxy A70, Galaxy A51, Galaxy A31

Terlengkap Daftar Harga & Spesifikasi HP Xiaomi Terkini Ada Mi A2 Lite, Mi 8 Lite, Redmi Note 8

"Untuk makanan, saya terkadang pesan secara online atau memasak sendiri. Saya tidak bisa memasak sebelumnya, namun kondisi membuat saya harus belajar," ujar Miftahul Khairi.

Biaya delivery di New York jauh lebih mahal daripada di Jakarta sehingga sempat membuatnya khawatir terkait pengantaran makanan di tengah isu Covid-19.

"Saya mencoba memasak berbagai macam makanan seperti makanan Italia, Asia atau Perancis melalui video tutorial yang ada di food network app," papar Miftahul Khairi.

Selain itu lanjutnya, terkadang juga harus menjemput sendiri makanan yang dipesan secara online.

Sedangkan, kawasan kampus Columbia University juga merupakan salah satu daerah tempat tinggal bagi warga New York, restoran dan grocery stores masih banyak yang beroperasi.

Makanan masakan sendiri untuk sahur dan berbuka

Tantangan lainnya selama bulan puasa tahun ini adalah perubahan jam tidur yang tidak menentu: jam biologis terganggu karena harus menetap di apartemen saja.

Hal itu lantaran, kurangnya kegiatan fisik, persiapan ujian dan penulisan term papers yang memakan waktu sampai malam hari dan harus bangun lagi untuk sahur sekitar pukul 03 dini hari waktu setempat.

Guna menghadapi tantangan tersebut, dirinya mengusahakan untuk berolahraga menjelang berbuka puasa, seperti lari ke taman di dekat apartemen atau ke Central Park.

Kegiatan ini masih diizinkan di Kota New York sepanjang tetap memakai masker dan melakukannya sendiri.

"Saya juga membagi waktu untuk bermacam kegiatan seperti berkomunikasi dengan rekan-rekan atau keluarga secara online, memasak, istirahat, mengikuti kelas secara online untuk membangun rutinitas baru," ujar Miftahul Khairi.

Di tengah tantangan yang diluar kebiasaan ini saya bersyukur masih bisa menjalankan ibadah puasa secara penuh dan lulus dari salah satu sekolah hukum terbaik dunia (Columbia Law School) dengan predikat cum laude (Harlan Fiske Stone academic honors).

"Saya tidak mempunyai masalah sama sekali menjalankan ibadah puasa dan rekan-rekan disini pun sangat toleran," kata Miftahul Khairi.

Sebaliknya, kata Miftahul sebagian dari mereka justru tertarik guna mengetahui makna dari ibadah puasa hingga dirinya merayakannya sebagaimana juga keluarga di Indonesia.

"Teman-teman saya justru membuatkan makanan untuk saya seperti masakan dari Colombia, Inggris, Argentina dan India, yang memperlihatkan toleransi yang sangat tinggi. Tentunya saya juga mempunyai toleransi yang tinggi atas nilai-nilai, budaya serta praktik agama mereka," ungkap Miftahul Khairi.

Terkait pelaksanaan Salat Idul Fitri, saya melakukannya secara sendiri di apartemen dikarenakan masih berlakunya kebijakan stay-at-home order di New York.

Situs persatuan mahasiswa Indonesia di AS memberikan panduan untuk melaksanakan sholat Idul Fitri secara sendiri dengan rujukan kepada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 28 Tahun 2020.

Sehari sebelum Idul Fitri di New York, gubernur negara bagian New York mengumumkan bahwa warga New York diizinkan untuk melaksanakan pertemuan (maksimal 10 orang) untuk tujuan yang diperbolehkan (lawful purposes).

"Saya dan beberapa teman dekat saya yang kebetulan juga berkuliah atau bekerja di kota New York sepakat untuk merayakan hari raya Idul Fitri dengan mengadakan piknik sederhana di Central Park".

"Saya sangat menghargai teman-teman dekat saya ini yang membuatkan makanan Indonesia untuk perayaan Idulfitri meskipun beberapa dari mereka adalah non-muslim. Saya sangat menghargai pengalaman dan kebersamaan saat Idulfitri di New York yang tenang saat pandemi Covid-19" pungkas Miftahul Khairi.

(*/TribunPadang.com/Emil Mahmud)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved