Kisah Inspiratif
Kisah Nenek Fatmawati Menyusuri Jalanan Sambil Pikul Karung yang Berisi Barang Bekas
Di bawah pohon rindang dekat lampu merah Sawahan Kota Padang, Fatmawati (54) bersama cucu perempuannya nampak sedang beristirahat.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Emil Mahmud
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Di bawah pohon rindang dekat lampu merah Sawahan Kota Padang, Fatmawati (54) bersama cucu perempuannya nampak sedang beristirahat.
Ia beristirahat cukup lama sambil mengisahkan awal mula ia sampai memulung di Kota Bengkuang.
Di samping tempat duduk mereka, terlihat satu karung yang sudah berisikan kardus dan botol-botol bekas minuman.
Tatapan lesu dan lelah tampak dari wajah Fatmawati.
Fatmawati mengaku sudah lima belas tahun lamanya mengumpulkan barang bekas.
"Hanya untuk mencari makan. Saya sudah tidak punya suami, dia meninggal ketika anak bungsu saya masih di dalam kandungan pada 1997," ungkap Fatmawati.
Fatmawati memiliki tiga orang anak. Kini ia hidup menumpang di kontrakan anaknya.
Dia mengatakan, hidup anaknya juga susah. Untuk itu, berat bagi dia untuk menggantungkan hidup kepada anaknya tersebut.
"Gak mungkin saya minta sama anak, pencaharian dia susah juga," terang Fatmawati.
Perempuan yang berusia lebih dari setengah abad ini mulai memulung pada pukul 11.00 WIB.
Namun, tak seperti kebanyakan orang ia lebih memilih banyak duduk di jalan.
Apalagi saat ini cuaca di Padang cukup panas.
"Banyak duduk di jalan. Singgah sebentar. Panas cukup terik. Kadang saat duduk, diberi nasi, kue, dan uang oleh dermawan," ungkap Fatmawati.
Fatmawati mengumpulkan barang bekas berupa botol mineral dan kardus.
Satu kilogram botol mineral ia jual ke pengepul dengan harga Rp 2 ribu. Sementara, untuk kardus ia jual Rp 1.000.
Ia berjuang kesana kemari bercucuran keringat mencari nafkah untuk dirinya dan anak bungsunya.
Anak bungsu Fatmawati tamat SMK, melamar kemana-mana tidak dapat kerja.
Terpaksalah ia yang mencarikan makannya untuk sementara.
• VIDEO - Kakek Zulmanis, Pemulung di Padang Pernah Diusir Istri karena Hanya Serahkan Rp 50 Ribu
• Kakek Darman Beralih dari Tukang Sol Sepatu Jadi Pemulung Pakai Gerobak Kayu di Pasar Raya Padang
"Kalau dia keluar rumah, saya khawatir sesat jalannya. Makanya biar saja saya yang bekerja sementara," jelas Fatmawati.
Dia mengumpulkan barang bekas puluhan kilometer dengan berjalan kaki.
Fatmawati tidak punya becak.
Dia tidak sendiri. Dia selalu mengajak cucu perempuannya (5).
Lima belas tahun memulung, sempat terpikir oleh Fatmawati untuk berhenti.
Dia mengaku tidak kuat lagi karena umur terus bertambah.
Karung yang dibawa Fatmawati dipikul di atas pundak.
"Kalau dapat, berjalan pakai becak. Saya sering jatuh di jalan karena pusing, mungkin karena gak makan sebelum berangkat," ungkapnya.
Meski pekerjaan pemulung sering dianggap tidak bergengsi dalam status sosial, karena identik dengan kemiskinan, kebodohan, bau dan kumuh, Fatmawati justru tak ambil pusing.
"Daripada mencuri, pekerjaan ini halal daripada meminta-minta dan mengambil barang orang lain, biarlah saya dihina," tutur Fatmawati.
Fatmawati mengungkapkan, dirinya sempat berfoto dengan Sandiaga Uno saat pengusaha tersebut ke Padang tahun lalu.
Dia dirangkul sama Sandiaga untuk berfoto.
"Saya senang ketika itu. Namun tak sempat minta nomor ponselnya," ucap Fatmawati.
Fatmawati mengungkap saat ini banyak orang yang bekerja sebagai pemulung.
Namun hal itu tak menyurutkan langkahnya.
Kata dia, rezeki itu sudah diatur sama yang Mahakuasa.
Dalam sehari, penghasilan Fatmawati tidak menentu. Kadang karung yang ia pikul berisi, kadang kosong.
"Yang penting cukup untuk makan, saya sudah bersyukur. Saya juga mau bilang terima kasih pada orang-orang yang pernah kasih saya uang atau makanan. Alhamdulillah saya masih bisa bertahan," ucap Fatmawati.
Fatmawati pernah dituduh mencuri, padahal dirinya tidak pernah mencuri.
Daripada mencuri, kata dia, lebih baik dirinya kerja memulung.
"Nanti masuk penjara, tinggal anak-anak. Kita diketawain sama orang," kata Fatmawati.
Biasanya Fatmawati berkeliling di sepanjang tepi laut Kota Padang.
Di jalan, katanya sedikit banyak diberi uang untuk belanja oleh dermawan.
Di rumah nganggur, pikiran suntuk, dan perut lapar. Namun ketika berjalan akan lupa rasa lapar itu.
Saat ini, Fatmawati mengaku belum memiliki gerobak atau becak, bila ada akan lebih mudah.
“Dibantu orang beli becak Alhamdulillah, terimakasih. Bisa digunakan anak bungsu daripada dia di rumah," tutur Fatmawati. (*)