Dampak Konflik Iran vs AS

Iran-AS Memanas, Indonesia Turut Terimbas hingga Bangkitnya Sel-sel Kelompok ISIS

Risiko konflik antara Iran dan Amerika Serikat meluas, Indonesia kemungkinan terimbas dampak ekonomi dan keamanan, termasuk terkait bangkitnya sel-sel

Editor: Emil Mahmud
TWITTER.COM@ABC
Iran disebut telah meluncurkan beberapa rudal di fasilitas militer Amerika Serikat di Irak pada Rabu (8/1/2020) pagi waktu setempat. 

TRIBUNPADANG.COM - Risiko konflik antara Iran dan Amerika Serikat meluas, Indonesia kemungkinan terimbas dampak ekonomi dan keamanan, termasuk terkait bangkitnya sel-sel tidur kelompok Negara Islam (ISIS) yang berada di Indonesia, menurut seorang pengamat.

Amerika Serikat menewaskan komandan tinggi militer Iran Qasem Soleimani dalam serangan udara di Irak pada hari Jumat (03/01/2020).

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pembunuhan Soleiman "untuk menghentikan perang, bukan untuk memulainya".

Namun, pembunuhan Soleimani menandai eskalasi besar dalam ketegangan antara Washington dan Tehran.

Pakar Timur Tengah dari Universitas Padjajaran, Dina Sulaeman, mengatakan hubungan Indonesia dengan masing-masing AS dan Irak baik, sehingga dampak bilateral dalam konteks konflik ini tidak akan terpengaruh.

Namun, dampak yang mungkin dialami Indonesia adalah sebagai ekses, atau sampingan, jika konflik diantara dua negara itu terus mengalami eskalasi dan kemudian terjadi perpecahan perang.

Dalam hal ini, Dina menyebutkan bahwa jika perang terjadi, ekonomi dunia akan terguncang dan Indonesia akan kena imbasnya juga.

Hal ini, kata dia, terutama menyangkut ketersediaan minyak, mengingat ancaman Iran terkait penutupan sebuah selat di wilayahnya yang dilalui pengangkutan sekitar sepertiga minyak dunia.

"Iran itu kan doktrin militernya sebenarnya defensif, jadi tidak akan menyerang duluan. Kalau diserang, dia akan membalas. Salah satu yang sering disampaikan oleh militer Iran adalah kalau sampai ada serangan, dia akan menutup selat Hormuz.

"Kalau selat Hormuz ditutup, itu kan 30an persen minyak dunia itu lewat selat itu. Bisa dibayangkan yang terjadi itu adalah resesi global," jelas Dina kepada BBC News Indonesia.

Ia menambahkan bahwa selain ekonomi, ada juga kemungkinan berdampak pada sektor keamanan. Ia sebut bahwa konflik terbaru antar kedua negara yang sudah berlawanan ini, diawali dengan kematian seorang jenderal di Iran yang sangat aktif melawan ISIS di Suriah maupun di Irak.

"Kematiannya ini saya khawatir akan mendorong atau membangkitkan lagi semangat sel-sel tidur ISIS yang di Indonesia karena biar bagaimanapun, ketika salah satu musuh terbeesarnya sudah tidak ada lagi, itu akan memberikan semangat moral buat mereka. Ini yang saya khawatirkan dampak lainnya untuk Indonesia," ujar Dina.

Mayjen Qassem Soleimani (alm)
Mayjen Qassem Soleimani (alm) (Repro Foto: FACEBOOK/Setya Krisna Sumargo)

Sebelum kematiannya, Soleimani merupakan komandan militer pasukan Quds, yang merupakan kesatuan khusus Garda Revolusi Iran yang beroperasi di luar negeri dan dibentuk pascarevolusi Iran pada 1979 untuk mempertahankan negara.

Menurut Dina Sulaeman, AS dan Iran, walaupun merupakan lawan, keduanya adalah musuh ISIS. Namun, kedua negara itu memiliki strategi yang berbeda.

Dalam melawan ISIS sepanjang sekitar delapan tahun terakhir, Soleimani menjalin hubungan dengan pemerintah Irak dan Suriah untuk membentuk pasukan gabungan di luar tentara resmi.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved