Kabut Asap di Sumbar

Kabut Asap Makin Tebal di Padang, Pelajar Mulai Keluhkan Batuk, Kadisdik: Masih Tahap Kewaspadaan

Walaupun kabut asap semakin tebal tampak di Kota Padang, aktivitas belajar masih terlihat sepeti hari-hari biasanya.

Penulis: Rima Kurniati | Editor: afrizal
Tribunpekanbaru/Theo Rizky
Ilustrasi: Foto tak terkait berita kabut asap di Padang Murid SD di SDN 29, 66 dan 67 di Pekanbaru dipulangkan karena kabut asap yang semakin pekat, Selasa (10/9/2019) lalu 

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rima Kurniati

TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Pelajar di Kota Padang belum diliburkan hingga Senin (23/9/2019).

Walaupun kabut asap semakin tebal tampak di Kota Padang, aktivitas belajar masih terlihat sepeti hari-hari biasanya. 

Hanya aktivitas di luar ruangan yang dikurangi bahkan ditiadakan. 

Guru SMA 3 Muhammadiyah, Fitriani mengakui proses pembelajaran di sekolahnya masih berlangsung seperti biasa.

"Proses pembelajaran masih berlangsung. Saat ini siswa sedang menghadapi ujian tengah semester," kata Fitriani pada Senin (23/9/2019) pada TribunPadang.com. 

Fitriani mengatakan semenjak kabut asap beberapa pekan terakhir, upacara bendera serta kegiatan di luar ruangan tiadakan.

BREAKING NEWS: Kualitas Udara Sumbar Sudah Sangat Tidak Sehat, Kabut Asap Mengarah Padang & Pariaman

Diselimuti Kabut Asap, Pemkab Sijunjung Liburkan Anak Sekolah Dua Hari

"Sejak kabut asap, kita tidak mengadakan aktivitas luar ruangan, seperti upacara bendera," kata Fitriani.

Senada dengan itu, Kepala sekolah SDN 55  Aia Pacah Padang Murniati mengatakan proses pembelajaran masih berlangsung seperti biasa.

Namun dikatakan Murniati sejumlah siswa mulai mengeluhkan dan mengalami batuk-batuk.

Sebagian besar siswa juga ke sekolah menggunakan masker.

"Kebanyakan siswa kita mulai mengalami batuk-batuk. Pagi ini ada yang bagi-bagi masker sebanyak 200 masker. Sebagian besar sudah pakai masker ," kata Murniati.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang, Barlius mengatakan saat ini sekolah di Padang masih beraktivitas seperti biasa.

Weliansyah dan Rifqi Tanggapi Kabut Asap Jelang Semen Padang FC Kontra PSM Makassar

Demo Kabut Asap, Mahasiswa Bawa Pocong hingga Bakar Sampah di Halaman Kantor Gubernur Sumbar

"Kabut di kota Padang masih dalam tahap kewaspadaan, kita menganjurkan siswa dan guru di luar ruangan memakai masker dan belum ada instruksi meliburkan siswa," kata Barlius pada TribunPadang.com.

Sementara itu, Senin (23/9/2019), kualitas udara di wilayah Sumbar sudah berada dalam kategori sangat tidak sehat. 

Kualitas udara di daerah ini sudah berada di atas baku mutu PM10 yang harusnya maksimal 150 ug/m3.

Namun, hingga 22 September 2019 malam, Grafik PM10 indikator polutan partikulat berada jauh di atas angka tersebut. 

Siang hari kemarin mencapai 341 ug/m3.

Sementara malam hari berkisar pada 150-250 ug/m3.

"Grafik PM10 indikator polutan partikulat seperti debu dan partikel asap sejak siang hingga malam pada 22 September 2019, konsisten berada di atas baku mutu atau nilai yang ditolerir.

Siang hari kemarin mencapai 341 ug/m3 dan malam hari berkisar pada 150-250 ug/m3," jelas Wan Dayantolis, Senin (23/9/2019).

Sementara kondisi Senin (23/9/2019) ini, lanjut Wan, kondisinya tidak berbeda, masih di atas baku mutu. 

Kabut asap yang ada di wilayah Sumatera Barat akibat kebakaran hutan dan lahan di beberapa wilayah di luar provinsi.

Menurut Kepala Stasiun GAW Bukit Kototabang Wan Dayantolis, baku mutu udara Sumbar mencapai rekor terburuk tahun ini.

Ia manambahkan, berdasarkan citra Satelit Himawari-8 sebaran asap merata di wilayah Sumbar.

Pola angin secara umum mengarah dari timur yakni Riau dan Jambi.

"Berdasarkan model analisis iklim global sebaran asap mengarah ke daerah sisi barat Sumbar seperti Padang dan Pariaman," kata Wan Dayantolis.

Pihaknya juga memprediksi, kepekatan asap berdasarkan indikator AOD masih akan mencapai maksimum pada Senin siang hari ini.

"Pandangan mendatar secara umum kurang dari 2 Km," ungkap Wan Dayantolis.

Ia juga mengatakan kondisi kualitas udara yang buruk dapat dijadikan pertimbangan langkah-langkah antisipasi kepada pihak-pihak terkait.

"Baiknya masyarakat memantau arahan dari dinas terkait seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup," pungkas Wan Dayantolis. 

Sehari sebelumnya, kualitas udara Sumbar Minggu (22/9/2019) mencapai level tidak sehat.

Hal itu disebabkan kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di beberapa wilayah di luar provinsi.

"Jika karhutla teratasi, maka kualitas udara Sumbar akan membaik," kata Kepala Stasiun GAW Bukit Kototabang Wan Dayantolis, Minggu siang.

Pada Minggu pagi, di Sumbar sendiri terpantau sebanyak 9 titik panas yang menjadi indikasi awal kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Yakni 5 titik di Kabupaten Dharmasraya, 1 titik di Kepulauan Mentawai, 2 titik di Pesisir Selatan dan 1 di Kabupaten Solok Selatan.

Lebih lanjut, Wan Dayantolis mengatakan angin secara umum mengarah dari arah tenggara di mana masih banyak terlihat hotspot pada wilayah tenggara/timur di luar Sumbar tersebut.

Ia manambahkan, berdasarkan sebaran asap dari Satelit Himawari menunjukan kabut asap terpantau merata di seluruh Sumbar.

"Berdasarkan model satelit kondisi paling pekat pada wilayah perbukitan ke arah timur Sumbar seperti Padang Panjang, Bukittinggi hingga Sawahlunto dan Payakumbuh," ujar Wan Dayantolis.

Berdasarkan pengukuran PM10 pukul 10.00 WIB di GAW Kototabang menunjukkan angka 221 mikrogram/m3.

"Angka ini belum tentu mencerminkan kondisi satu hari. Namun nilai ini sudah berada di atas baku mutu PM10 yaitu 150 ug/m3.

Lalu, parameter Aerosol Optical Depth (AOD) menunjukkan nilai >1.6 yang berarti kondisi udara terkontaminasi partikulat padat seperti debu dan partikel asap kebakaran," jelas Wan Dayantolis.

Wan Dayantolis menyebut potensi konsentrasi polutan umumnya akan mencapai maksimum pada siang hari dan menurun pada sore hari.

"Sementara, pada malam hari konsentrasi akan kembali naik tetapi tidak setinggi saat siang hari," jelasnya.

Pihaknya juga memprediksi, berdasarkan analisis model satelit, konsentrasi polutan masih berpotensi tinggi hingga beberapa hari ke depan.

Ia juga mengatakan kondisi kualitas udara yang buruk dapat dijadikan pertimbangan langkah-langkah antisipasi kepada pihak-pihak terkait.

"Memperhatikan pola harian konsentrasi PM10, masyarakat sebaiknya mengurangi aktivitas di luar ruangan pada pagi hingga siang hari dan pada malam hari," kata Wan Dayantolis. (*)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved