Kabut Asap di Sumbar

Kabut Asap Makin Tebal di Padang, Pelajar Mulai Keluhkan Batuk, Kadisdik: Masih Tahap Kewaspadaan

Walaupun kabut asap semakin tebal tampak di Kota Padang, aktivitas belajar masih terlihat sepeti hari-hari biasanya.

Penulis: Rima Kurniati | Editor: afrizal
Tribunpekanbaru/Theo Rizky
Ilustrasi: Foto tak terkait berita kabut asap di Padang Murid SD di SDN 29, 66 dan 67 di Pekanbaru dipulangkan karena kabut asap yang semakin pekat, Selasa (10/9/2019) lalu 

"Baiknya masyarakat memantau arahan dari dinas terkait seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup," pungkas Wan Dayantolis. 

Sehari sebelumnya, kualitas udara Sumbar Minggu (22/9/2019) mencapai level tidak sehat.

Hal itu disebabkan kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di beberapa wilayah di luar provinsi.

"Jika karhutla teratasi, maka kualitas udara Sumbar akan membaik," kata Kepala Stasiun GAW Bukit Kototabang Wan Dayantolis, Minggu siang.

Pada Minggu pagi, di Sumbar sendiri terpantau sebanyak 9 titik panas yang menjadi indikasi awal kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Yakni 5 titik di Kabupaten Dharmasraya, 1 titik di Kepulauan Mentawai, 2 titik di Pesisir Selatan dan 1 di Kabupaten Solok Selatan.

Lebih lanjut, Wan Dayantolis mengatakan angin secara umum mengarah dari arah tenggara di mana masih banyak terlihat hotspot pada wilayah tenggara/timur di luar Sumbar tersebut.

Ia manambahkan, berdasarkan sebaran asap dari Satelit Himawari menunjukan kabut asap terpantau merata di seluruh Sumbar.

"Berdasarkan model satelit kondisi paling pekat pada wilayah perbukitan ke arah timur Sumbar seperti Padang Panjang, Bukittinggi hingga Sawahlunto dan Payakumbuh," ujar Wan Dayantolis.

Berdasarkan pengukuran PM10 pukul 10.00 WIB di GAW Kototabang menunjukkan angka 221 mikrogram/m3.

"Angka ini belum tentu mencerminkan kondisi satu hari. Namun nilai ini sudah berada di atas baku mutu PM10 yaitu 150 ug/m3.

Lalu, parameter Aerosol Optical Depth (AOD) menunjukkan nilai >1.6 yang berarti kondisi udara terkontaminasi partikulat padat seperti debu dan partikel asap kebakaran," jelas Wan Dayantolis.

Wan Dayantolis menyebut potensi konsentrasi polutan umumnya akan mencapai maksimum pada siang hari dan menurun pada sore hari.

"Sementara, pada malam hari konsentrasi akan kembali naik tetapi tidak setinggi saat siang hari," jelasnya.

Pihaknya juga memprediksi, berdasarkan analisis model satelit, konsentrasi polutan masih berpotensi tinggi hingga beberapa hari ke depan.

Ia juga mengatakan kondisi kualitas udara yang buruk dapat dijadikan pertimbangan langkah-langkah antisipasi kepada pihak-pihak terkait.

"Memperhatikan pola harian konsentrasi PM10, masyarakat sebaiknya mengurangi aktivitas di luar ruangan pada pagi hingga siang hari dan pada malam hari," kata Wan Dayantolis. (*)

Sumber: Tribun Padang
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved