Berita Padang Hari Ini
Nasib Petani Padi di Padang yang Sawahnya Dilanda Kekeringan, Beralih ke Jagung Meski Tak Untung
Nasib Petani Padi di Padang yang Sawahnya Dilanda Kekeringan, Beralih ke Jagung Meski Tak Untung
Penulis: Rezi Azwar | Editor: Saridal Maijar
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Kekeringan akibat kemarau di Padang membuat petani beralih tanaman dari padi ke tanaman jagung.
Julih (60), seorang warga di dekat aliran sungai ke Beringin di Kelurahan Padang Basi, Kecamatan Lubuk Kilangan mengaku kekeringan tidak hanya membuatnya susah untuk mencari sumber air bersih.
Kekeringan menurut dia juga berdampak terhadap hasil pertanian.
"Kekeringan ini sudah terjadi sekitar empat bulan ini, karena diakibatkan oleh musim kemarau yang panjang," kata Julih, Kamis (19/9/2019).
• BREAKING NEWS: Sebuah Bangunan di Siteba Padang Terbakar, Api Membesar di Lantai Dua
Dikatakannya, bahwa biasanya sungai yang ada di Beringin, mengalirkan air, namun saat air sungai susut.
Dijelaskannya, bahwa kekeringan berdampak terhadap pertanian warga.
"Akibat tidak adanya air juga berdampak terhadap pertanian, yaitu paling berpengaruh terhadap sawah," ujarnya.
Dikatakannya bahwa di daerah tempat tinggalnya ada sekitar 40 hektare sawah berdampak kekeringan.
"Untuk sawah saat ini ada sekitar 40 hektare tedampak kekeringan," katanya.

• Selain Rumah Makan Padang, Ada Informasi tentang Pariwisata Padang di Museum Vietnam
Diceritakannya, sebelumnya ia menanam padi di sawah, namun karena kekringan yang melanda ia memutar otaknya untuk berladang menanam jagung.
"Sebelumnya saya bertanam padi, namun sekarang saya berladang. Untuk saat ini saya berladang, tapi hasil dari ladang tersebut hasilnya berbeda dengan sawah," katanya.
Dikatakannya bahwa hasil dari berladang tidak cukup penghasilannya, karena kebanyakan pulang pokok.
• 3 Dosen Bahasa Indonesia UNP Ajarkan Siswa Tulis Cerpen dengan Media Bergambar
"Berladang ini tidak cocok dengan penghasilan karena kebanyakan pulang pokok. Kalau lama panennya sama sekitar tiga bulan. Tapi kalau ke sawah ada hasilnya," katanya.
Ia mengatakan, sumur juga kering, dan sumber airnya biasanya adalah sumur.
"Sumur saya juga kering, biasanya sungai di sini airnya banyak. Tapi sekarang kering, biasanya sumber air bersih saya ya sumur, dan kalau sungai banyak air, sumur pun juga penuh," katanya.
"Kalau untuk keseharian ada lokasi tempat pengambilan air di atas bukit, dan harus berjalan sekitar tiga kilometer," ujarnya.
Ia berharap ada solusi akan kekeringan ini, dan bantuan air bersih.(*)