Travel
Tradisi 'Serak Gulo' - Warisan Warga Asal India di Kota Padang Masih Berlanjut, Simak! Makna Acara
Satu tradisi yang masih dipertahankan masyarakat berasal dari India di Kota Padang adalah acara bernama "Serak Gulo".
Penulis: Debi Gunawan | Editor: Emil Mahmud
Sebelumnya, tradisi Serak Gulo dilaksanakan baru-baru ini terkumpul gula sebanyak 8 ton kemudian dibagikan kepada masyarakat.
"Itu dari sumbangan keluarga, ada dari Jakarta dan wilayah lain," ungkap Haji Mustafa.
Karena saat ini, Masjid Muhammadan, termasuk ke dalam cagar budaya Kota Padang, maka pelaksanaan tradisi Serak Gulo juga diselenggarakan oleh masyarakat dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Padang.
Haji Mustafa mengatakan ketika tradisi ini dilaksanakan, para wisatawan akan memenuhi lokasi Masjid Muhammadan dan sekitarnya.
Haji Mustafa berharap ke depannya, tradisi ini tetap dijaga oleh anak cucunya nanti agar tidak punah.
Masjid Muhammadan
Di sisi lain, Keberadaan Masjid Muhammadan, merupakan salah satu cagar budaya dan bisa menjadi objek wisata religius yang ada di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).
Dari data Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumbar, masjid ini dibangun sekitar Tahun 1723 masehi.
Lokasi masjid ini berada di Jalan Pasar Batipuah nomor 19, yang berada di tepi jalan raya dan dekat dengan areal pusat pertokoan kawasan Pondok Padang.
Pantauan TribunPadang.com, terlihat Masjid Muhammadan kental dengan ciri khas bangunan India.
Masjid ini dibangun oleh kaum pendatang yang berasal dari India-Arab yang bermukim di wilayah Kota Padang.
Adapun luas bangunan 338,25 meter persegi dan luas tanah sekitar 416,25 meter persegi.
Dari penuturan Haji Mustafa bin Haji Ahmad bin Tayyab Syahib, seorang pemuka agama di Masjid Muhammadan, pada awalnya nenek moyang mereka datang ke Padang untuk menyebarkan agama Islam.
"Sengaja datang dari India untuk menyebarkan agama, dia itu ulama besar, tujuannya untuk dakwah," ungkap Haji Mustafa bin Haji Ahmad bin Tayyab Syahib, Rabu (14/8/2019).

Haji Mustafa bin Haji Ahmad bin Tayyab Syahib menambahkan mereka yang datang menyebarkan keyakina nitu berasal dari daerah Gujarat, India.