Ramadan
Masjid Muhammadan di Padang, Didirikan Muslim Asal India 2 Abad Lalu, Serak Gulo Jadi Tradisi
Berkunjung ke daerah Sumatera Barat ( Sumbar), rasanya belum lengkap jika belum berkunjung ke kawasan Kota Tua yang terletak di Kota Padang.
Penulis: Nadia Nazar | Editor: Saridal Maijar
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Nadia Nazar
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Berkunjung ke daerah Sumatera Barat ( Sumbar), rasanya belum lengkap jika belum berkunjung ke kawasan Kota Tua yang terletak di Kota Padang.
Berbagai macam ragam budaya beserta peninggalannya dapat ditemui di sini.
Jangan heran pada kawasan ini berdiri sebuah masjid tua bernama Masjid Muhammadan, yang diyakini sudah berdiri sejak 2 abad lalu.
Tempat berdirinya masjid ini, warga Padang menjulukinya dengan sebutan Kampuang Kaliang.
Berawal dari sekelompok Muslim yang mayoritas berasal dari India, mereka datang kemudian membentuk komunitas di dekat Pelabuhan Muaro.
"Pedagang asal Gujarat menetap di sini, lalu berkembanglah dan mereka bangun masjid," jelas Wakil Ketua Pengurus Masjid Muhammadan Ma'ruf Safata.

• Masjid Rao-rao Tanah Datar, Dibangun 1908 dengan Biaya 40 Ribu Gulden, Keramik Dipesan dari Milan
• Masjid Raya Gantiang, Masjid Tertua di Padang, Paduan Arsitektur Minang, Cina, Persia & Timur Tengah
Masjid Muhammadan yang terletak di Jalan Pasar Batipuh, Pasar Gadang, Kecamatan Padang Selatan, kata dia, berdiri sejak tahun 1792.
Menurut cerita terdahulu, masjid ini terbuat dari kapur, pasir dan gula serta menggunakan putih telur sebagai perekatnya.
"Zaman dulu untuk cari semen susah mencarinya, jadi putih telur tersebut di campur dengan kapur. Tapi saya juga tidak tahu pasti kebenarannya bagaimana," jelasnya.
Namun, kini masjid yang berdiri di kawasan Kampung Kaliang ini sudah diganti dengan semen tanpa mengurangi atau mengubah bentuk aslinya.
"Sejak masjid ini berdiri, bentuknya masih seperti ini, terutama ruang utama (sekarang saf laki-laki) belum ada yang berubah bentuknya," jelas Ma'ruf.
Saat memasuki masjid, bercorak hijau putih ini, dapat terlihat sebuah jendela yang berbentuk seperti mimbar dan ditutupi kain hijau berlambang bulan dan bintang.
Pantauan TribunPadang.com, simbol bulan dan bintang memang banyak ditemukan pada masjid ini.

Masjid ini memiliki denah berukuran lebar 15 meter dan panjang 25 meter, yang bangunannya terdiri dari tiga lantai.
"Lantai dasar merupakan tempat salat, sementara lantai dua dan tiga merupakan tempat kegiatan tablig seperti pengajian, pendidikan agama, dan lainnya," kata Ma'ruf.
Ma'ruf mengatakan, kegiatan masyarakat di sekitar masjid, masih melakukan tradisi berbau daerah India.
Kegiatan serak gulo atau tabur gula misalnya. Menurut penuturannya, kegiatan tabur gula merupakan kegiatan dalam rangka perayaan maulid atau hari besar.
"Di India bahkan sudah tidak ada tradisi ini, tapi kita setiap tahun masih melaksanakannya," katanya.
• Surau Gadang Ikur Koto,Surau Tua di Kecamatan Koto Tangah,Kutbah Jumat Wajib Menggunakan Bahasa Arab
• Berusia Hampir 2 Abad, Surau Paseban Simpan 20 Naskah Kuno Peninggalan Ulama Besar Kota Padang
Bahkan, kata Ma'ruf kegiatan tersebut sudah termasuk ke dalam kalender Pariwisata.
"Tabur gula ini ya gulanya dari warga-warga, nanti ditebar dari atas masjid lalu warga itu juga yang kembali mengambilnya dari bawah.
Tahun kemaren mencapai 6 ton gula yang kita sebar," ceritanya.
Selain itu, keunikan lainnya dari masjid ini yaitu pelaksanaan salat tarawih sebanyak 20 rakaat dan 3 witir yang ditargetkan dalam sehari mencapai satu juz satu malam.
"Jadi abis salat isya, langsung salat tarawih, satu malam satu juz, jadi satu bulan bisa menamatkan Alquran," sebut Ma'ruf.
Lalu, lanjutnya, masjid ini juga menyediakan takjil gratis bagi jamaahnya yang ingin berbuka di Masjid Muhammadan ini.(*)