Tradisi Bakaua Adat di Sijunjung Sumbar, Wujud Syukur Hasil Panen Masyarakat
Masyarakat Sijunjung menyelenggarakan tradisi bakaua adat, di ruang pertemuan makam Syech Abdul Wahab, Kampung Calau, Sijunjung, Sabtu (30/3/2019).
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Saridal Maijar
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Masyarakat Nagari Muaro Kacamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, menyelenggarakan tradisi bakaua adat, di ruang pertemuan makam Syech Abdul Wahab, Kampung Calau, Sijunjung, Sabtu (30/3/2019).
Bakaua adat dihadiri oleh Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN), pengurus Kampung Calau, niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai, dan bundo kanduang Nagari Muaro Sijunjung.
Pada kesempatan itu, Sekretaris Wali Nagari Muaro Sijunjung Sudirman mengatakan, bakaua adat merupakan tradisi turun-temurun sebagai wujud syukur masyarakat Nagari Muaro Sijunjung atas hasil panen yang diperoleh.
• JADWAL Bioskop Minggu 31 Maret 2019 di Kota Padang, My Stupid Boss 2 10 Kali Jadwal Tayang
• Gowes Nusantara 2019, Ribuan Pesepeda Kelilingi Kota Padang, Kampanyekan Ayo Olahraga
"Bakaua adat yang diselenggarakan bernama bakaua tulak bola. Ini kita lakukan agar terhindar dari bahaya dengan cara menyebar 'ureh' (obat)," jelas Sudirman.
Sebelum bakaua dimulai, beberapa orang masyarakat tampak meracik daun obat-obatan (ureh).
Ureh terdiri atas daun kumpai, cikarau sitawau, sidingin, piladang, kunyit bolai, jirangau dan lain-lain.
Dalam kesempatan itu, Sudirman juga menjelaskan pantangan serta tata cara pemakaian ureh.
"Kalau ada binatang yang masuk ke dalam rumah, diusir secara baik-baik," ucap Sudirman.
"Kaduo, jan mambuang aie sambarangan sonjo-sonjo hari dan tangah hari. (Jangan buang air sembarangan di waktu senja dan tengah hari)," tambah Sudirman.
• Rudi Widodo Resmi Berlabuh ke PSS Slemat, Ini Pesannya untuk Persija Jakarta
• Promo TIX ID Hari Terakhir, Diskon 50 Persen Beli Tiket Nonton Bioskop, Cek Syarat dan Ketentuannya
Sebelum digunakan, ureh diberi doa atau mantra oleh dukun setempat.
Nantinya, ureh dibawa ke rumah masing-masing dan dipakaikan kepada masing-masing anggota keluarga.
“Setelah itu, baru diserakkan sekeliling rumah mulai dari pintu masuk sebelah kanan.
Hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang selama 3 petang," imbuh Sudirman.
Terakhir, menggantung kunyit bolai dan daun sicerek di pintu.
Selain ureh, bundo kanduang Nagari Muaro Sijunjung juga membawa makanan di atas talam dan ditutup dengan tudung saji lengkap dengan kain penutupnya.
• Prabowo Berterus-terang Sahabat Baiknya Adalah Jokowi
• HASIL Barcelona vs Espanyol, Messi Kalahkan Sensasi Maradona China di Derbi Catalunya
Makanan tersebut dibawa dengan cara dijujung sebagai hidangan untuk makan bersama.
Acara dilanjutkan mengaji dimulai dengan membaca alfatiha. Setelah itu menyerakkan sebagian ureh kepada masyarakat yang hadir.
Masyarakat tampak berebutan untuk mendapatkan ureh.
Menurut masyarakat Nagari Muaro, banyak hikmah yang dapat diambil dari bakaua
Yakni berdoa bermohon kepada Allah SWT sawah yang digarap petani membawa berkah dan rezki.
Serta tidak banyak hama penyakit yang mengganggu hasil panen masyarakat.
Seorang khalifah Kampung Calau, Umar mengatakan bakaua merupakan agenda rutin masyarakat.
"Ikolah agenda rutin kito. Iko harus kito lestarikan. (Ini adalah agenda rutin. Harus kita lestarikan)," tutup Umar.(*)