POTRET Sekolah Beratapkan Alang-alang, Berdinding Bambu, dan Berlantai Tanah

Pemenuhan kebutuhan anak usia sekolah untuk mendapatkan kesempatan belajar di sekolah belumlah sifatnya meluas.

Penulis: Emil Mahmud | Editor: Emil Mahmud
KOMPAS.COM/NANSIANUS TARIS
Kondisi bangunan SMPN 3 Waigete, desa Watu Diran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, Sabtu (23/3/2019). 

TRIBUNPADANG.COM - Pemenuhan kebutuhan anak usia sekolah untuk mendapatkan kesempatan belajar di sekolah belumlah sifatnya meluas.

Pasalnya, masih relatif ada sekolah yang kondisinya memprihatinkan. Tampak kondisi SMPN 3 Waigete yang terletak di Desa Watu Diran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, NTT masih jauh dari ideal.

Kondisi gedungnya sangat memprihatinkan. Sejak berdiri pada 2017, sekolah itu belum sedikit pun mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sikka.

Bangunan sekolah masih bangunan darurat yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat.

Bangunan sekolah itu beratapkan alang-alang, berdinding bambu, dan berlantai tanah.

Selain bangunan, fasilitas sekolah seperti meja, kursi, dan papan tulis juga serba darurat.

Papan tulis dibuat dari tripleks bekas, meja dari belahan bambu dan kursi dari papan bekas.

Di dalam ruang kelas tidak ada lemari buku pelajaran seperti layaknya sekolah negeri yang lain, yang ada hanya kursi, meja, dan papan tulis.

Kepala SMPN 3 Waigete Hendrikus Seda menjelaskan, sejak berdiri tahun 2017 lalu, sekolah itu sama sekali belum tersentuh perhatian dari Pemerintah Kabupaten Sikka.

Ia mengatakan, dua bangunan darurat yang ada adalah hasil kerja swadaya masyarakat setempat.

"Lihat saja, atapnya masing alang-alang, dindingnya masih belahan bambu, dan berlantai tanah. Kalau hujan, air masuk melalui atap dinding. Terpaksa kalau hujan, pelajaran dihentikan dan kami lari di rumah warga yang terdekat," kata Hendrikus kepada Kompas.com di halaman SMPN 3 Waigete, Sabtu (23/3/2019).

Ia mengungkapkan, tidak hanya bangunan, fasilitas di dalam ruang kelas juga diadakan secara swadaya oleh masyarakat setempat.

Semuanya serba dari masyarakat. "Semua serba kurang dan terbatas di sini," ungkap Hendrikus.

Ia menuturkan, hingga kini SMPN 3 Waigete belum mendapat dana bantuan operasional sekolah (BOS) seperti sekolah lainnya.

Hal itu karena SMPN 3 Waigete belum memililki nomor pokok sekolah nasional (NPSN).

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved